Kerajaan Mutawakkiliyah Yaman
Kerajaan Mutawakkiliyah Yaman (bahasa Arab: المملكة المتوكلية اليمنية al-Mamlakah al-Mutawakkilīyah al-Yamanīyah), yang juga dikenal sebagai Kerajaan Yaman atau secara retrospektif sebagai Yaman Utara, adalah sebuah negara yang berdiri antara 1918 dan 1962 di bagian utara dari negara Yaman sekarang. Negara ini beribu kota di Sana'a sampai 1948, kemudian pindah ke Taiz. SejarahPendirianPemimpin agama Zaidiyah salah satu kelompok dalam Islam berhasil mengusir Kesultanan Utsmaniyah dari Yaman bagian utara pada pertengahan abad ke-17, tetapi setelah satu abad, persatuan Yaman retak karena sulitnya mengatur daerah pegunungan Yaman. Pada 1849, Kesultanan Utsmaniyah menduduki pesisir wilayah Tihamah untuk menekan Imam Zaidiyah agar menandatangani perjanjian suzerainity Turki Utsmani dan memperbolehkan pasukan kecil Turki Utsmani ditempatkan di Sana'a. Namun, Turki Utsmani lamban memperoleh kontrol atas Yaman dan tidak berhasil menghilangkan perlawanan dari Zaidi lokal. Pada tahun 1913, tak lama sebelum Perang Dunia I, Kesultanan Utsmaniyah terpaksa menyerahkan wilayah kepada Zaidi yang tinggal di dataran tinggi. Pada 30 Oktober 1918, menyusul runtuhnya Kesultanan Utsmaniyah, Imam Yahya Muhammad Hamiduddin dari dinasti al-Qasimi mendeklarasikan Yaman bagian utara menjadi negara berdaulat yang independen. Pada tahun 1926, Imam Yahya memproklamasikan Kerajaan Mutawakkiliyah Yaman, kemudian ia menjadi raja dan pemimpin agama (Zaidiyah), dan berhasil mendapatkan pengakuan internasional atas negara barunya. PembubaranKetika Imam Ahmad meninggal pada bulan September 1962, dan digantikan oleh Putra Mahkota Muhammad al-Badr, yang pemerintahannya singkat. Perwira militer terlatih Mesir yang terinspirasi oleh Nasser dan dipimpin oleh komandan pengawal kerajaan, Abdullah as-Sallal, menggulingkannya pada tahun yang sama, mengambil kendali Sana'a, dan menciptakan Republik Arab Yaman (YAR). Pertempuran ini memicu Perang Sipil Yaman Utara, dan menciptakan sebuah medan baru dalam Perang Dingin Arab, di mana Mesir membantu YAR dengan pasukan dan pasokan untuk pasukan tempur yang setia pada imamat, sementara Arab Saudi dan Yordania mendukung pasukan kerajaan Badr menentang republik yang baru dibentuk. Konflik berlanjut secara berkala hingga 1967 ketika pasukan Mesir ditarik. Pada 1968, setelah pengepungan istana terakhir Sana'a, sebagian besar pemimpin yang menentang mencapai rekonsiliasi, dan Arab Saudi mengakui republik pada tahun 1970. Hingga saat ini diyakini untuk keturunan beliau ada yang melarikan diri ke Indonesia, lebih tepat nya di Jalan Saleh Abud Otista Raya Bendera
Lihat pulaReferensi
Pranala luarLihat entri Kingdom of Yemen di kamus bebas Wiktionary.
|