Gereja Persekutuan Misi Injil Indonesia

Gereja Persekutuan Misi Injil Indonesia
Logo GPMII
PenggolonganProtestan
PemimpinPdt. Dwi Muji Wiranto, S.Th
Didirikan6 Desember 1988
Samarinda, Kalimantan Timur
Nama lainGPMII
Situs web resmihttps://www.sinodegpmii.or.id
[1]

Gereja Persekutuan Misi Injil Indonesia (disingkat: GPMII) adalah salah satu gereja Kristen Protestan di Indonesia. GPMII merupakan buah pelayanan dari Badan Misi The Chinese Foreign Missionary Union (CFMU) yang sudah berkiprah sejak tahun 1928. Sinode GPMII dibentuk pada tanggal 6 Desember 1988, berpusat di kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Sejarah

Gereja Persekutuan Misi Injil Indonesia berawal dari Pdt. Dr. Robert Alexander Jaffary adalah pendiri The Chinese Foreign Missionary Union (CFMU) pada tahun 1928, terjadilah suatu pergumulan yang besar di dalam diri beliau dan suatu keyakinan yang teguh di dalam hati beliau bahwa Tuhan sudah menetapkan dan memilih dirinya untuk menjadi sponsor dan pelopor dalam pembentukan Misi Tionghoa untuk mengabarkan Injil di Asia melalui ayat Alkitab Keluaran 5:1. Maka dengan pimpinan Tuhan, beliau memandang jajaran pulau-pulau di Indonesia. Untuk keperluan tersebut, tepatnya tanggal 26 Maret 1929, lahirlah The Chinese Foreign Missionary Union (CFMU) di Tiongkok.

Sebagai realisasi dari visi Pdt. Dr. Robert Alexander Jaffary, maka beliau mengutus Pdt. Jasson Lin dan Pdt. Lien Kwang Lim adalah missionary yang pertama ke Kalimantan Timur. Selama kurang lebih dua tahun setelah kedatangan mereka, maka dimulailah persekutuan jemaat pada waktu itu disebut “Rumah Injil” (letaknya di Jalan Pelabuhan, kota Samarinda, sekarang).

Kemudian Pdt. Jasson Lin dan Pdt. Lien Kwang Lim diutus ke pendalaman Kalimantan Timur pada tahun 1932-1942. Maka persekutuan jemaat (Rumah Injil) di Samarinda memasuki masa krisis. Pada masa krisis ini, oleh karena itu kasih Allah, maka Bapak Cheng Yong Siang hanya sebagai jemaat biasa, namun Tuhan memberikan kemampuan kepada beliau untuk melayani jemaat. Hal seperti ini berjalan kurang lebih sepuluh tahun.

Terjadilah meletusnya perang dunia II, maka persekutuan jemaat memasuki masa krisis lagi pada tahun 1942-1945. Karena perang inilah, maka jemaat bercerai-berai sehingga tidak da kebaktian sampai selesainya perang dunia II.

Setelah perang dunia II usai, Indonesia merdeka dari penjajahan maka pada tahun 1946, Pdt. Jasson Lin kembali ke kota Samarinda dari pendalaman untuk mengajar di sekolah Tionghoa, di samping itu beliau juga membantu jemaat yang bercerai-berai, dan mengumpulkan jemaat untuk bersekutu, maka pada saat itulah Tuhan memakai Bapak Cheng Kim Chiong dan isteri, dengan hati senang meminjamkan tempat untuk berbakti (letaknya di Jalan Banda, kota Samarinda, sekarang). Hal seperti ini berjalan kurang lebih tiga tahun lamanya. Pelayanan dan sumbangan Bapak Cheng Kim Chiong berserta isteri patut dipuji dan diteladani.

Berhubung Pdt Jasson Lin telah berhenti mengajar di sekolah Tionghoa dan berpindah ke kota Ujung Pandang, kemudian beliau pulang kembali ke Tiongkok. Demikian pula Bapak Cheng Yong Siang sebagai gembala berpindah ke Sanga-sanga, pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, maka persekutuan jemaat tidak punya gembala di Samarinda.

Pdt. James Timothy Chen

Pada bulan Juli tahun 1948, Pdt. James Timothy Chen beserta keluaranya diutus ke Samarinda. Dengan kedatangan beliau menjadi Gembala Sidang, maka jemaat memasuki masa pembentukan dan peneguhan. Ini beliau datang ke Kalimantan Timur sudah ke tiga kalinya.

Pada masa ini Bapak Goey Beng Kim dan isteri dengan kasih Tuhan menyediakan tempat tinggal untuk Pdt. James Timothy Chen (Gembala Sidang) beserta keluarganya. Hal ini disebabkan pada waktu itu beluam ada gereja dan pastori, sedangkan rumah Bapak Goey Beng Kim hanya mempunyai dua kamar tidur yang hanya cukup untuk keluarganya yang berjumlah sembilan orang, namun mereka rela meminjamkan satu kamar tidur untuk Gembala Sidang beserta keluarga. Di samping itu mereka juga menunjang keperluanan dalam pelayanan Pdt. James Timothy Chen, baik ekonomi juga material yang diperlukan. Hal seperti ini, sekali lagi membuat kita terharu dan sungguh merupakan suatu perbuatan yang patut dipuji dan diteladani.

Oleh karena kerjasama antara hamba Tuhan dan Bapak Goey Beng Kim dan isteri serta Bapak Cheng Kim Chiong dan isteri, maka pembentukan dan peneguhan jemaat dapat dilaksanakan dengan baik.

Pdt. James Timothy Chen sebagai Gembala Sidang yang bertanggung jawab penuh, maka terbentuklah jemaat Tionghoa Samarinda. Dan berkat kerjasama antara hamba Tuhan, majelis jemaat dan jemaat semuanya.

Pada tanggal 5 April 1950, berdirilah gedung kebaktian oleh Pdt. Dr. Leland Wong adalah ketua The Chinese Foreign Missionary Union (CFMU). Majelis jemaat pertama yang dibentuk pada waktu itu adalah Bapak Goey Beng Kim, Bapak Cheng Kim Chiong, Bapak Goey Sun Siu, Bapak Yunus Kumala dan Ibu Chang Kim Chiong. Mulai saat itu pembangunan gereja berjalan terus seperti pembangunan pastori, membangun kelas sekolah minggu, dan pada tanggal 5 Maret 1962 membentuk Persekutuan Pemuda Kristen Sion. Dengan demikan tahun 1950-1962 untuk keperluan jemaat telah terjadi perbaikan-perbaikan dan pembangunan gereja.

Dalam masa perbaikan yang dilakukan pada bulan April 1964, Pdt. James Timothy Chen dan keluarganya ditampung oleh Bapak Thio Eng Sun sampai selesainya pembangunan gereja pada bulan Desember 1964.

Sikap seperti ini patut kita teladani (pada saat ini Gereja Kristen Tionghoa telah diganti nama baru mejadi Gereja Kristen Samarinda). Gereja Kristen Samarinda berjalan terus dari tahun 1947-1968 di bawah pimpinan Pdt. James Timothy Chen beserta Badan Majelis dalam waktu kurang lebih 21 tahun. Tentunya tidak sedikit jemaat yang telah mengambil bagian dalam pembangunan Gereja Kristen Samarinda, namun kami tidak dapat sebutkan namanya satu-persatu.

Pada saat-saat jemaat dalam masa pembangunan dan peneguhan, Pdt. James Timothy Chen menderita sakit, penyakit beliau semakin parah. Maka pada bulan April 1969, beliau dengan disertai isteri berobat ke kota Malang. Kemudian Pdt. James Timothy Chen meninggal dunia pada tanggal 10 Agustus 1969. Pada saat itu Bapak Joseph Charles (anak Bapak Cheng Yong Siang) bukan majelis jemaat, namun dalam kasih Tuhan telah memperhatikan pekerjaan Tuhan dan setia mendoakan jemaat Tuhan. Hal ini patut dipuji dan diteladani.

Pada tahun 1970-1972, kami sebut masa peneguhan, karena Gembala Sidang dipanggil oleh Tuhan, maka pada saat itu pimpinan penggembalaan jemaat langsung ditangani oleh isteri Pdt. James Timothy Chen. Sekalipun pada waktu itu ada mahasiswa praktik dari Madrasah Alkitab Asia Tenggara (sekarang Seminar Alkitab Asia Tenggara) di Malang dan melayani jemaat, namun bimbingan dan nasihat dari isteri Pdt. James Timothy Chen merupakan hal yang sangat diperlukan dalam meneguhkan dan menghibur jemaat yang baru saja kehilangan gembala sidangnya.

Pelayanan Gereja berkembang

Pada tahun1973-1990, Tuhan adalah yang empunya gereja tidak akan membiarkan jemaat-Nya. Maka pada tahun 1973, Tuhan mengutus Bapak Hardy Farianto sebagai penginjil untuk melayani Gereja Kristen Samarinda (Gereja Persekutuan Kristen Samarinda) memasuki era dan visi yang baru kepada jemaat untuk lebih melihat jauh ke depan. Melihat kebutuhan jiwa-jiwa tersebut yang terbelenggu dalam dosa, maka jangkauan pelayan dikembangkan.

Dengan dikembangkannya jangkauan pelayanan tersebut, bukan berarti pelayanan sudah selesai, melainkan mendorong kita untuk berbuat lebih banyak lagi untuk ambil bagian dalam menyukseskan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya melalui “kebenaran firman Tuhan”.

Di bawah pimpinan Pdt. Hardi Farianto, pelayanan terus berkembang sejak tahun 1973, baik jumlah cabang maupun jumlah lokasi pelayanan yang telah mencapai proyek-proyek transmigrasi dan suku-suku Dayak di pedalaman Kalimantan Timur, maka untuk efektivitas dan efisiensi pembinaan, penggembalaan jemaat cabang tersebut pada tanggal 6 Desember 1988 melalui musyawarah yang dihadiri oleh seluruh gembala sidang Gereja Kristen Samarinda (Gereja Persekutuan Kristen Samarinda) disepakati mendewasakan Gereja Kristen Samarinda (Gereja Persekutuan Kristen Samarinda) menjadi GEREJA PERSEKUTUAN MISI INJIL INDONESIA (GPMII) dengan status sinode yang berkedudukan di Samarinda.

Pengurus

Ketua Umum  : Pdt. Dwi Muji Wiranto, S.Th

Sekertaris Umum  : Vic. Victor Borang, M.Th

Wakil Sekretaris Umum  : Indrawati Mandata, S.H

Bendahara Umum  : Hooky Limantara

Lihat pula

PGI

Referensi

Sejarah GPMII https://sinodegpmii.or.id/ Diarsipkan 2023-02-26 di Wayback Machine.

Anggota-anggota PGI Dewan Gereja-gereja di Indonesia

Kembali kehalaman sebelumnya