Berikut ini adalah daftar para penguasa Banjar, yang merupakan daftar para tokoh yang pernah memimpin masyarakat Banjar dan keseluruhan Kalimantan Selatan, baik secara tradisional maupun resmi. Daftar ini disusun berdasarkan perbandingan garis waktu antara masing-masing kekuatan tradisional dan administratif.
Hanya ada satu penguasa kerajaan Dayak Maanyan Nan Sarunai yang tercatat, yaitu Raden Anyan. Sementara raja Kerajaan Kuripan yang tercatat hanyalah Raja Kuripan Terakhir, yang merupakan ayah angkat Ampu Jatmaka.
Pangeran Layah anak tiri Ratu Mas (Raja Buntar Laut)
Ratu Intan anak kandung Ratu Mas (Raja Cantung & Batulicin tahun 1780-1800) )
Pangeran Prabu anak tiri Ratu Mas (Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, tahun 1780-1800)
Pangeran Nata bin Pangeran Prabu (Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, tahun 1800-1820)
Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (Raja Cengal tahun 1800-1820)
Raja Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) mewarisi Cantung & Batulicin dari Ratu Intan; mewarisi Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dari Pangeran Nata; serta mewarisi Cengal dari Pangeran Seria. Ia melantik bawahannya:
Gusti Kamir bin Pangeran Prabu sebagai Kepala Daerah Bangkalaan.
Gusti Muso sebagai Kepala Daerah Cantung.
Gusti Ali bin Pangeran Prabu sebagai Kepala Daerah Sampanahan
Pangeran Muhammad sebagai Kepala Daerah Sela Selilau/Batulicin.
Raja Aji Jawa (anak Gusti Besar) - Raja Bangkalaan, Manunggul, Cengal.
Gusti Ali bin Pangeran Prabu dilantik sebagai Raja Sampanahan
Pangeran Musa bin Pangeran Muhammad dilantik sebagai Raja Batulicin dan Kusan
Aji Tukul binti Aji Jawi (1845). Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
Aji Pati (suami Aji Tukul) - Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
Aji Madura bin Aji Pati dilantik sebagai Raja Cantung dan Buntar Laut
Aji Samarang bin Aji Pati sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
Aji Darma bin Aji Madura dilantik sebagai Raja Cantung dan Buntar Laut
Aji Mas Rawan bin Aji Samarang (1884-1905) sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul, dan Cengal.
Hindia Belanda
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya.
Awalnya administrasi militer Minami Borneo atau Borneo Belanda berada di bawah yurisdiksi Armada Wilayah Barat Daya yang dipimpin oleh seorang panglima tertinggi, yang kemudian menunjuk seorang superintenden jenderal atau kepala administrator sipil atau 総官 untuk pemerintahan sipil. Sōkan mengawasi Kantor Administrasi Sipil Angkatan Laut (民政府) yang didirikan di Makassar.
Jepang menguasai:
Shū (州), bekas Keresidenan, jika suatu Keresidenan bersinggungan dengan kedudukan Minseibu, seperti residentie Zuider-en-Oosterafdeeling van Borneo dengan Banjarmasin sebagai ibu kotanya, maka menjadi "Daerah Pemerintahan Langsung" di bawah Minseibu, dalam hal ini, Minseibu Borneo.
Bunken (分遣, area) melambangkan Afdeeling Belanda.
Orang pribumi menguasai:
Gun (郡) atau distrik, pengelompokan baru dari bekas onderdistrict
Fukugun (副郡), mewakili landschap pulau-pulau terluar yang setara dengan onderdistrict/asisten kewedanaan di Jawa.
Son (村) atau Kampung (desa), bekas tingkat semu desa.
Selama pendudukan Jepang, secara khusus wilayah Banjar dipimpin oleh Pimpinan Pemerintahan Civil (PCC). Pada tanggal 12 Februari 1942, Komando Militer Kekaisaran Jepang mengeluarkan maklumat bahwa kota Banjarmasin dan daerahnya diserahkan pada pemerintahan PPC yang beranggotakan:
Wilayah Banjar menjadi provinsi Kalimantan Selatan pada 1957, dimekarkan dari Provinsi Kalimantan. Berikut adalah daftar Gubernur dan penjabat Gubernur yang memerintah Provinsi Kalimantan Selatan.