Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1] Kitab ini sebenarnya berwujud sebuah surat yang ditulis oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah negara Turki).[1] Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi tujuannya.[1] Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku bangsa Keltik yang masa itu tinggal di Asia Kecil.[1] Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi.[1] Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu—bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus.[1] Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali.[1] Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil.[1] Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.[1] TujuanSurat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-ajaran palsu.[1] Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang benar.[1] Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus.[1] Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia.[1] Dia juga mengatakan bahwa tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2).[1] Setelah itu, Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4).[1] Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada Kristus.[1] Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakter Kristus, yaitu kasih.[1] Waktu penulisanSurat ini diyakini ditulis pada pertengahan kedua (antara bulan Juli - Desember) tahun 56 M.[2] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53,[3] atau tahun 53-56.[4] IsiGaris-garis besar surat Paulus kepada jemaat Galatia:[5][6]
Ayat-ayat terkenal
Latar BelakangSurat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu.[7] Paulus diberitahu bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat.[7] Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu.[7] Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus.[7] Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.[7] Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat.[7] Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan dalam halam hal ini.[7] Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut kerasulannya.[7] Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleh rasul dan dia juga tidak menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup.[7] Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya sendiri.[7] Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus.[7] Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6).[7] Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang kuat.[7] Muatan teologisPaulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat.[7] Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat.[7] Para penentang Paulus menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci.[7] Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8).[7] Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).[7] Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.[7] Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|