Galatia 5
Galatia 5 (disingkat Gal 5) adalah bagian dari Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1][2] Digubah oleh rasul Paulus.[3] Teks
StrukturPembagian isi pasal:
Ayat 14Memuat kutipan dari Imamat 19:18 Ayat 22-23
Textus Receptus bahasa Yunani:
Transliterasi Yunani:
Buah Roh KudusBuah Roh Kudus (bahasa Yunani: καρπος, karpos, "buah"; πνευματος, pneumatos, "roh") adalah istilah Alkitab yang merangkum 9 sifat nyata dari hidup Kristen yang sejati menurut rasul Paulus. Meskipun tertulis ada 9 sifat (atau "atribut"), tetapi istilah aslinya dalam bahasa Yunani untuk "buah" adalah kata tunggal, menegaskan bahwa hanya ada satu macam "Buah", dengan 9 sifat. Di seluruh Alkitab, orang saleh diibaratkan seperti pohon (Mazmur 92:12; Amsal 11:30) dan di pasal ini Paulus menjelaskan buah macam apa yang dihasilkan oleh "pohon yang baik" yaitu orang saleh atau orang benar. Buah ini akan dihasilkan oleh mereka yang sungguh-sungguh bertobat, yang menjadi pengikut sejati Yesus Kristus (Matius 3:8) Sebaliknya, jika seseorang tidak menghasilkan buah ini, ia bukanlah seorang Kristen sejati.[5] Penyampaian sifat-sifat buah Roh ini didahului dengan peringatan untuk tidak melakukan "perbuatan daging" yang diikuti dengan sejumlah sifat-sifat yang buruk, berlawanan dengan buah Roh (Galatia 5:19–21). Sifat-sifat baik dari buah Roh disampaikan dalam bentuk "pleonasme" yang menurut ahli retorik George Kennedy adalah "Penggabungan runtunan kata yang mengalir ke luar dari hatinya (Paulus)"[5] Ini merupakan ciri khas tulisan Paulus (Lihat: Roma 1:29–31; Roma 13:13; 1 Korintus 6:9–10; 2 Korintus 12:20;Galatia 5:19–23; Filipi 4:8).[5] Kasih(bahasa Yunani: agape, bahasa Latin: caritas, bahasa Inggris: love, charity) Kasih "agape" menunjukkan kehendak hati yang murah hati dan tidak dapat dikuasai yang selalu menginginkan kebaikan orang lain, tanpa peduli apa yang dilakukan orang itu. Merupakan kasih yang memberi yang diberikan cuma-cuma tanpa mengharapkan balasan dan tidak mempertimbangkan nilai pemberiannya. Agape lebih merupakan suatu pilihan daripada philos, yang merupakan kasih yang kebetulan; dan menunjukkan keinginan daripada emosi. Agape menggambarkan kasih Allah yang tanpa pamrih kepada dunia ini. Kata ini terutama dipakai oleh Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat diKorintuspasal 13 menggambarkan pengorbanan, seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus dengan kematiannya di kayu salib untuk menebus dosa manusia, yang tidak memegahkan diri:
Kata "agape", diterjemahkan dalam Terjemahan Baru sebagai "kasih akan semua orang", dipergunakan oleh rasul Petrus dalam suratnya yang kedua:
Sukacita(bahasa Yunani: chara, bahasa Latin: gaudium, bahasa Inggris: joy) Kata Yunani untuk "sukacita" adalah chara, yang berasal dari kata charis, yaitu kata Yunani untuk "rahmat" (lang-en|grace}}). Dalam kaitan ini, "sukacita" (chara) dihasilkan oleh "rahmat" (charis) Allah. Jadi 'sukacita' ini bukan kebahagiaan manusia yang sesaat saja, melainkan 'sukacita sejati' yang bersumber dari Khalik kudus. Merupakan ekspresi dari Roh yang berkembang paling bagus pada waktu kesusahan. Misalanya, dalam 1 Tesalonika 1:6, jemaat Tesalonika mengalami tekanan berat akibat penganiayaan; tetapi di tengah kesusahan itu, mereka terus mengalami sukacita besar. Kata chara memberi makna sukacita yang luar biasa karena Roh Kudus bekerja di dalam orang itu. Paulus bahkan menyebutnya "sukacita Roh Kudus".[8] Di dalam Kitab Nehemia 8:11 tertulis:
Damai sejahtera(bahasa Yunani: eirene, bahasa Latin: pax, bahasa Inggris: peace) "Damai sejahtera" ini merupakan hasil penyandaran pada hubungan dengan Allah.[10] Damai ini adalah keadaan istirahat yang tenang, dihasilkan dari mencari Allah, dan berlawanan dengan keadaan "kacau balau" (chaos). Kata aslinya dalam bahasa Yunani "eirene" merupakan terjemahan dari kata bahasa Ibrani "syalom" (shalom) yang merupakan ekspresi dari kepenuhan, kesempurnaan atau ketenangan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh keadaan ataupun tekanan dari luar. Kata eirene menegaskan kekuatan keteraturan yang berlawanan dengan kekacaubalauan. Kesabaran(bahasa Yunani: makrothumia, bahasa Latin: longanimitas, bahasa Inggris: patience, forbearance, longsuffering) Kesabaran dalam bahasa Yunani aslinya "makrothumia" terdiri dari dua kata: makros, "panjang," dan thumos "temperamen", yang memberikan makna "kelunakan", "mau menanggung", "panjang sabar", "tabah", "tahan menderita". Juga termasuk dalam kata makrothumia ini kekuatan untuk menanggung aniaya dan perlakuan buruk. Menggambarkan orang yang memiliki kemampuan untuk membalas dendam, tetapi sebaliknya memilih untuk menahan diri. Kemurahan(bahasa Yunani: chrestotes, bahasa Latin: benignitas, bahasa Inggris: kindness, benignity) Kemurahan bukan hanya berlaku manis. Orang dapat berbuat murah hati tetapi tidak berperilaku manis. Kelakuan manis lebih bermakna "dapat diterima", sedangkan kemurahan merupakan tindakan yang bermanfaat bagi orang lain tanpa peduli tindakan sebelumnya. Kata christotes merupakan perbuatan baik yang nyata, kelembutan dalam berlaku terhadap yang lain, bersikap penuh rahmat. Kebaikan(bahasa Yunani: agathosune, bahasa Latin: bonitas, bahasa Inggris: goodness)
Kesetiaan(bahasa Yunani: pistis, bahasa Latin: fides, bahasa Inggris: faithfulness, faith) Kesetiaan adalah mendedikasikan diri kepada sesuatu atau seseorang, misalnya pasangan hidup, atau suatu hal atau suatu kepercayaan/agama. Menjadi setia membutuhkan tekad pribadi untuk tidak menyimpang jauh dari komitmen atau janji. Tidak selalu mudah untuk menjadi setia. Iman Kristen membutuhkan kepercayaan kepada Allah. Kelemahlembutan(bahasa Yunani: prautes, bahasa Latin: modestia, bahasa Inggris: gentleness, meekness, modesty) Dalam bahasa Yunani, prautes dikenal sebagai "kelembahlembutan". New Spirit Filled Life Bible mendefinisikan kelemahlembutan sebagai "disposisi yang bertemperamen stabil, tenang, seimbang dalam roh, tidak sombong, dan dapat menguasai emosi. Kata ini diterjemahkan sebagai 'kelemahlembutan,' bukan merupakan indikasi kelemahan, melainkan kemampuan menguasai energi dan kekuatan. Orang yang mempunyai kualitas ini mampu mengampuni kesalahan, memperbaiki kekeliruan, dan menguasai jiwanya sendiri dengan baik." Penguasaan diri(bahasa Yunani: egkrateia, bahasa Latin: continentia, bahasa Inggris: self-control, chastity) Kata Yunani "egkrateia" [engkrateia] bermakna "mempunyai kuasa atas" (kata dasar "krat-" seperti pada kata "demokrat", yang berarti "pemerintahan"), atau "kepemilikan atas kelakuan sendiri."[11] Kata yang sama dipergunakan oleh rasul Petrus dalam suratnya yang kedua pasal 1:5-7:
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|