Kereta api Turangga
Kereta api Turangga merupakan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif & panoramic yang dioperasikan oleh Kereta Api Indonesia (KAI) untuk melayani relasi Bandung–Surabaya Gubeng melalui lintas selatan Pulau Jawa. Kereta api yang menempuh jarak sejauh 696 km dalam waktu sekitar 10 jam 14 menit[2] ini memiliki waktu keberangkatan dari stasiun awal pada malam hari dan tiba di stasiun akhir pada keesokan paginya serta kereta ini berlawanan dengan kereta api Argo Wilis. Asal usulNama Turangga diambil dari nama hewan yang menurut kepercayaan rakyat setempat, Turangga merupakan nama lain dari kuda tunggangan para bangsawan Jawa. Kuda ini menjadi lambang kendaraan yang kencang dan tahan berbagai situasi. Penamaan ini jelas bermaksud agar Kereta api Turangga mampu memberikan pelayanan terbaik demi kepuasan dan kebanggaan penumpangnya.[3] SejarahAwal Pengoperasian (1995–2018)Kereta api Turangga pertama kali beroperasi pada 1 September 1995 melayani rute Bandung-Surabaya dengan layanan kelas bisnis plus dan eksekutif.[1] Sejak 11 Oktober 1999, ia hanya melayani kelas eksekutif dan beroperasi menggunakan rangkaian kereta baru dari INKA keluaran 1999, sedangkan rangkaian kelas bisnisnya dimutasi ke Malang untuk pengoperasian kereta api Gajayana. Sejak 19 Januari 2009, kereta api ini beroperasi menggunakan rangkaian kereta hasil penyehatan kereta buatan tahun 1960—sebagian besar warna tampak dalam kereta berwarna hijau. Pengoperasian Saat ini (2018–sekarang)Sejak pertengahan tahun 2018, rangkaian kereta berbahan baja nirkarat buatan Industri Kereta Api (INKA) digunakan untuk pengoperasian kereta api Turangga. Dengan dikeluarkannya grafik perjalanan kereta api terbaru oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan Kereta Api Indonesia mulai tanggal 1 Desember 2019, rute kereta api Turangga diperpanjang hingga Stasiun Gambir.[4] Per 1 September 2020, rute kereta api ini dikembalikan lagi menjadi seperti semula karena tingkat keterisian penumpang di rute Bandung–Jakarta dan sebaliknya menurun akibat pandemi Covid-19. Mulai Tanggal 28 September 2022, bertepatan Hari Ulang Tahun PT Kereta api Indonesia ke 77 Tahun, Kereta api Turangga akan mengalami peningkatan kecepatan dari semula hanya 105 km/jam menjadi 120 km/jam[5] Perpindahan kepemilikan Daerah Operasi serta perubahan pola rangkaianMulai Tanggal 1 Juni 2023 bertepatan dengan pemberlakuan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2023, KA Turangga akan saling bertukar rangkaian dengan Kereta api Argo Wilis, yang direncanakan 2 Trainset Kereta api Turangga ini akan dimutasi 1 Trainset ke Depo Kereta Jakarta Kota (JAKK) untuk keperluan pengoperasian Kereta api Manahan sedangkan 1 Trainset nya lagi telah dimutasi ke Depo Kereta Bandung (BD), itupun Kereta api Turangga juga diambil alih operasional ke Daerah Operasi II Bandung dari Daerah Operasi VIII Surabaya. Pada tanggal 3 Juni 2023, dua hari setelah pemberlakuan Gapeka 2023 diikuti peluncuran layanan bagi kereta api lintas barat yaitu Argo Parahyangan, rangkaian kereta Panoramic di kereta api Argo Wilis dan Turangga di jalur selatan Pulau Jawa kini beroperasi secara reguler dengan nomor KA 5 dan 6 untuk KA Argo Wilis serta nomor 65 dan 66 untuk KA Turangga.[6][7] Pola pengoperasianDi Gapeka 2023, kereta api Argo Wilis dan Turangga menggunakan sistem tukar rangkaian dengan pola operasi "tiga rangkaian & empat perjalanan" dimana mereka saling bertukar rangkaian satu sama lain. Misalnya, Turangga 66 berangkat dari Stasiun Bandung pukul 18.10 WIB dan tiba di Stasiun Surabaya Gubeng pukul 04.20 WIB. Sesampainya di Surabaya, eks rangkaian Turangga 66 akan 'berganti nama' menjadi Argo Wilis 5 keberangkatan dari Surabaya Gubeng pukul 08.15 WIB. Begitu pula kedatangan Argo Wilis 6, pukul 17.35 WIB di Surabaya Gubeng juga akan berganti nama menjadi Turangga 65 untuk keberangkatan pukul 20.00 dari Surabaya Gubeng. Namun, berbeda dengan kedatangan ataupun keberangkatan KA Turangga dan Argo Wilis di Stasiun Bandung yang tidak memungkinkan untuk "bertukar" kembali layaknya di Stasiun Surabaya Gubeng. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan satu trainset "cadangan ke-3" yang akan digunakan kembali. Ketika KA Turangga dari Surabaya Gubeng datang di Stasiun Bandung pukul 06.17, maka rangkaian eks Turangga akan "tidur" di Depo Kereta Api Bandung dan satu trainset "cadangan ke-3" (bekas dari Depo Induk Sidotopo) akan digunakan Argo Wilis untuk ke Surabaya dan bertukar dengan Turangga di Surabaya Gubeng. Untuk memudahkan pemahaman, maka akan dibuatkan diagram sederhana urutan perjalanan kereta api sebagai berikut:
Jadi, kereta api Argo Wilis dan Turangga hanya "berubah nama" di Stasiun Surabaya Gubeng dengan satu rangkaian yang sama. Sedangkan di Stasiun Bandung, tepatnya di Depo Kereta Bandung mereka menukarkan satu rangkaian atau "ganti pemain" dengan rangkaian lain untuk beristirahat seperti pola rangkaian KA Pasundan dan KA Kahuripan. Stasiun pemberhentianLegenda
GaleriWikimedia Commons memiliki media mengenai Kereta api Turangga.
InsidenPada 30 Maret 2023, lokomotif CC 206 13 99 BD yang menarik KA Turangga menabrak truk pakan ternak di perlintasan kereta api nomor 76 antara Stasiun Jombang-Stasiun Sembung di Jatipelem, Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kecelakaan disebabkan karena truk yang mogok saat berada di perlintasan. Lokomotif CC 206 13 99 ringsek, sementara tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Namun lalu lintas kereta api lintas tengah dan selatan Jawa di koridor Surakarta–Surabaya terganggu.[9] Pada 5 Januari 2024 pukul 06.03 WIB, kereta api Turangga nomor PLB 65A relasi Surabaya Gubeng–Bandung yang ditarik lokomotif CC 206 13 97 mengalami tabrakan antarkereta dengan Commuter Line Bandung Raya nomor 350 relasi Padalarang–Cicalengka yang ditarik oleh lokomotif CC 201 77 17 CN dengan livery Vintage di Cikuya, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kecelakaan ini terjadi di sinyal masuk Stasiun Cicalengka atau KM 181 +700. Kejadian ini menyebabkan 4 orang tewas, yaitu Masinis KA Bandung Raya, Asisten Masinis KA Bandung Raya, Petugas keamanan KA Bandung Raya, dan Pramugara KA Turangga. Sementara itu dari total penumpang KA Turangga sebanyak 287 orang dan KA Commuter Line sebanyak 191 penumpang, sebanyak 37 penumpang mengalami luka ringan.[10] Imbas dari kejadian tersebut, lalu lintas kereta api lintas selatan Jawa di koridor Bandung–Kroya terganggu.[11] [Informasi lebih lanjut] Lihat pulaCatatanReferensi
Pranala luar |