Kimia lingkungan

Kimia lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena kimia dan biokimia yang terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat didefinisikan sebagai studi terhadap sumber, reaksi, transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara, tanah, dan air; serta efek aktivitas manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah ilmu antardisiplin yang memasukkan ilmu kimia atmosfer, akuatik, dan tanah, dan juga sangat bergantung dengan kimia analitik, ilmu lingkungan, dan bidang-bidang ilmu lainnya.[1]

Kimia lingkungan pertama kali mempelajari bagaimana cara kerja lingkungan yang tak terkontaminasi, zat kimia apa dan berapa konsentrasi yang ada secara alami, dan apa efeknya. Tanpa hal ini, mustahil untuk mempelajari secara akurat efek manusia terhadap lingkungan dengan pelepasan zat kimia.

Latar belakang

Selama tahun 1950 hingga 1960-an, sektor industri, pertanian, maupun rumah tangga mulai menggunakan bahan-bahan kimia dalam jumlah besar, termasuk penggunaan pestisida, produk pembersih, karet sintesis, poliester, deterjen, dan bahan kimia lainnya. Ketika itu muncul ilmu kimia lingkungan yang mempelajari bagaimana bahan-bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi kualitas udara, air, maupun tanah.[2]

Pada tahun 1970-an para ahli kimia lingkungan mulai mempelajari tentang efek klorofluorokarbon terhadap lapisan ozon stratosfer. Klorofluorokarbon atau CFC tersebut terdiri dari senyawa kimia yaitu klor, fluor, dan karbon yang dapat berasal dari produk jadi seperti AC, kulkas, dan lain-lain.[3][4] Kemudian sejak 1 Januari 1989 berdasarkan Protokol Montreal yang telah diratifikasi oleh 196 negara penggunaan dan produksi industri CFC dilarang karena memiliki dampat buruk terhadap penipisan lapisan ozon.[5]

Sejak tahun 1970-an, kimia lingkungan mulai berkembang dan mencakup bidang studi senyawa kimia air, tanah, sistem biologis, dan bidang ilmu terkait lainnya.

Kontaminasi dan polusi

Polusi udara di Amerika Serikat pada tahun 1973
Pencemaran udara yang diakibatkan oleh produksi senjata pada tahun 1942 di Alabama

Kontaminasi dan pencemaran sama-sama mengacu pada keberadaan bahan kimia di lingkungan, tetapi sebenarnya dua hal tersebut memiliki perbedaan. Kontaminasi terjadi ketika ada satu atau lebih bahan kimia yang memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya di lingkungan sekitarnya, tetapi hal tersebut tidak menyebabkan kerusakan yang parah terhadap biologis atau ekologis.[6][7] Sedangkan, pencemaran terjadi apabila bahan-bahan kimia memiliki konsentrasi yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan organisme di lingkungan sekitarnya. Pencemaran tersebut dapat menyebabkan toksisitas dan perubahan ekologi, tetapi kontaminasi tidak menyebabkan kerusakan pada lingkungan sekitarnya.[8][9]

Gas sulfur dioksida dan ozon merupakan bahan kimia yang biasanya menyebabkan terjadinya polusi, selain itu berbagai jenis pestisida, unsur-unsur seperti arsenik, merkuri, nikel, selenium, atau tembaga juga dapat memicu terjadinya polusi. Selain itu, konsentrasi nutrisi yang besar seperti fosfat dan nitrat juga dapat memicu terjadinya eutrofikasi.[10] Eutrofikasi yaitu masalah lingkungan hidup atau pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrien atau limbah fosfat (PO43-) dalam jumlah besar pada ekosistem air.[11] Akan tetapi, kimia analitik modern yang ada saat ini sudah memungkinkan untuk mencari tahu atau melacak jejak kontaminasi bahan-bahan kimia yang berpotensi beracun untuk lingkungan.[1]

Penerapan dalam kehidupan

  • Digunakan dalam mengembangkan metode dan prosedur untuk mengurangi kontaminan atau bahan-bahan kimia di udara, sehingga kualitas udara dapat menjadi lebih bersih.[12]
  • Digunakan untuk meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia dalam sektor manufaktur.[13]
  • Kimia lingkungan mempelajari faktor-faktor atau risiko dari berbagai bahan kimia secara komprehensif untuk mencari tahu solusi dalam permasalahan lingkungan.
  • Digunakan dalam meneliti dan mengembangkan metode, alat, dan teknik untuk mengurangi pembuangan bahan-bahan kimia atau limbah ke lingkungan yang dapat berbahaya dan berisiko merusak lingkungan. Sehingga dapat membantu tumbuhan dan hewan terhindar dari bahan kimia yang mematikan.[13]

Metode analisis yang dipublikasikan

Metode uji peninjauan sejawat telah diterbitkan oleh lembaga pemerintah dan organisasi penelitian swasta.[14][15] Metode publikasi yang disetujui harus digunakan saat pengujian untuk menunjukkan kepatuhan dengan persyaratan peraturan.[16]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b "Environmental Chemistry | Encyclopedia.com". www.encyclopedia.com. Diakses tanggal 2020-09-28. 
  2. ^ "Environmental chemistry". Ballotpedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-29. 
  3. ^ "What Are the Sources of CFCs?". Sciencing (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-29. 
  4. ^ US Department of Commerce, NOAA. "NOAA Global Monitoring Laboratory - Halocarbons and other Atmospheric Trace Species". www.esrl.noaa.gov (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-29. 
  5. ^ McGrath, Matt (2016-10-15). "Deal reached on HFC greenhouse gases". BBC News (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-29. 
  6. ^ Donovan, Robert P. (2001-03-14). Contamination-Free Manufacturing for Semiconductors and Other Precision Products (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 1–3. ISBN 978-0-8247-0380-6. 
  7. ^ Ramstorp, Matts (2008-07-11). Introduction to Contamination Control and Cleanroom Technology (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 20–26. ISBN 978-3-527-61313-7. 
  8. ^ Chapman, Peter M. (2007-05-01). "Determining when contamination is pollution — Weight of evidence determinations for sediments and effluents". Environment International. Environmental contaminants and their effects: Links between environmental chemistry and toxicology (dalam bahasa Inggris). 33 (4): 492–501. doi:10.1016/j.envint.2006.09.001. ISSN 0160-4120. 
  9. ^ "pollution | Definition, History, & Facts". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-28. 
  10. ^ "What is eutrophication? Causes, effects and control". Eniscuola. 2016-11-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-02. Diakses tanggal 2020-09-28. 
  11. ^ Ngatia, Lucy; Taylor, Robert (2018-11-05). "Phosphorus Eutrophication and Mitigation Strategies". Phosphorus - Recovery and Recycling (dalam bahasa Inggris). doi:10.5772/intechopen.79173. 
  12. ^ "Environment". Royal Society of Chemistry (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-28. 
  13. ^ a b "Importance of Environmental Chemistry". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-18. Diakses tanggal 27 September 2020. 
  14. ^ "2008 CFR Title 40, Volume 22". web.archive.org. 2012-03-01. Archived from the original on 2012-03-01. Diakses tanggal 2020-10-01. 
  15. ^ US EPA, OLEM (2015-10-08). "The SW-846 Compendium". US EPA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-10-01. 
  16. ^ "Standard Methods". web.archive.org. 2016-02-11. Archived from the original on 2016-02-11. Diakses tanggal 2020-10-01. 

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya