Wijaya Karya
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau biasa disingkat menjadi WIKA, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini memiliki sebelas kantor operasi di Indonesia dan sembilan kantor perwakilan di luar Indonesia.[3] Sejarah1958 - 1970Perusahaan ini telah eksis sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia dengan nama NV Technische Handel Maatschappij en Bouwbedrijf Vis en Co. (NV Vis en Co.), dengan fokus di bisnis pembangunan jaringan listrik dan pipa air. Pada tahun 1958, perusahaan ini resmi diambil alih oleh pemerintah Indonesia, dan pada tahun 1960, Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga mengubah nama perusahaan ini menjadi Perusahaan Bangunan Widjaja Karja. Pada saat itu, kantor pusat perusahaan ini terletak di Jl. Johar No. 10, Jakarta Pusat. Pada tanggal 29 Maret 1961, perusahaan ini resmi dinasionalisasi oleh pemerintah dan ditetapkan menjadi sebuah perusahaan negara (PN) dengan nama PN Widjaja Karja.[4] Perusahaan ini pun turut membangun Gelora Bung Karno dalam rangka penyelenggaraan Games of the New Emerging Forces dan Asian Games 1962 di Jakarta. Pada tahun 1962, perusahaan ini memindahkan kantor pusatnya ke Jl. Hayam Wuruk No. 111, Jakarta Pusat. Pada tahun 1972, status perusahaan ini resmi diubah menjadi persero dan namanya disesuaikan dengan EYD menjadi seperti sekarang.[5] Pada dekade 1960-an sampai 1970-an, WIKA mengerjakan sejumlah proyek, antara lain pemasangan jaringan listrik Asahan di Sumatera Utara dan jaringan irigasi Jatiluhur di Jawa Barat.[3][6] 1971 - 1990Perusahaan ini kemudian membangun enam pabrik beton yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perusahaan ini lalu meluncurkan produk beton pertamanya, yakni tiang listrik prategang berpenampang H. Perusahaan ini kemudian berekpansi ke bisnis konstruksi gedung dengan membangun gedung tinggi pertamanya, yakni kantor pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pada tahun 1979, perusahaan ini kembali memindahkan kantor pusatnya ke Jl. D.I. Panjaitan Kav. 9, Cipinang Cempedak, Jakarta Timur. Pada tahun 1982, perusahaan ini membentuk tujuh divisi baru, yakni Sipil Umum, Bangunan Gedung, Sarana Papan, Produk Beton & Logam, Konstruksi Industri, Energi, dan Perdagangan. Perusahaan ini kemudian mulai memproduksi PC Piles dan mempelopori produksi bantalan rel berbahan beton di Indonesia.[3][6] 1991 - 2010Pada tahun 1997, perusahaan ini memisahkan Divisi Produk Beton menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT Wijaya Karya Beton. Pada tahun 2000, Divisi Produk Logam dan Divisi Perdagangan juga dipisah menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT Wijaya Karya Intrade. Pada tahun 2000 juga, perusahaan ini memisahkan Divisi Sarana Papan menjadi sebuah perusahaan tersendiri dengan nama PT Wijaya Karya Realty. Untuk pertama kalinya, perusahaan ini juga menerapkan teknologi Incremental Launching Method (ILM) pada proyek pembangunan Flyover Sudirman dan K.S. Tubun di Jakarta. Perusahaan ini kemudian juga mengembangkan perumahan pertamanya, yakni Tamansari Persada Raya di Bekasi, Jawa Barat. Pada tahun 2005, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan jalan layang Pasupati di Bandung yang menggunakan box girder terberat di Indonesia. Perusahaan ini juga mengerjakan Jembatan Cikubang di Tol Cipularang, yang merupakan jembatan dengan pilar tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2007, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun yang sama, perusahaan ini berekpansi ke luar negeri dengan menjadi mitra Consortium Japonais de l’autoroute algerienne (COJAAL) agar dapat ikut serta membangun jalan tol East West Motorway di Aljazair. Setahun kemudian, perusahaan ini mendirikan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung. Pada tahun 2008 juga, perusahaan ini mengakuisisi PT Catur Insan Pertiwi. Pada tahun 2009, perusahaan ini menjadi pemimpin dalam konsosium BUMN Karya yang membangun Jembatan Suramadu, jembatan terpanjang di Indonesia.[3][6] 2011 - sekarangPerusahaan ini kemudian mulai mengoperasikan PLTD Bali berkapasitas 50 MW, yang merupakan proyek investasi pertamanya di bidang energi. Pada tahun 2013, perusahaan ini berhasil menyelesaikan pembangunan PLTU Amurang. PLTU tersebut pun menjadi salah satu pemicu pertumbuhan bisnis EPC dari perusahaan ini. Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga mengakuisisi PT Sarana Karya (Persero). Selain di Indonesia, perusahaan ini juga sempat mengerjakan sejumlah proyek di luar Indonesia, antara lain di Timor Leste (2012), Myanmar (2013), Malaysia (2014), Arab Saudi (2016), Dubai (2017), Filipina (2018), Niger (2018), Taiwan (2019), dan Senegal (2019). Pada tahun 2014, perusahaan ini meresmikan Pusat Kepemimpinan WIKA, yakni Wikasatrian di Bogor. Pada tahun 2014, Wijaya Karya Beton resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2016, perusahaan ini berhasil menyelesaikan pembangunan jembatan terpanjang di Sumatera (Jembatan Dompak), Kalimantan (Jembatan Tayan), dan Maluku (Jembatan Merah Putih). Pada tahun yang sama, perusahaan ini juga mulai mengerjakan proyek pembangunan jalur rel kereta cepat pertama di Asia Tenggara, yakni Kereta Cepat Jakarta–Bandung. Pada tahun 2016 juga, Wijaya Karya Beton dan Wijaya Karya Gedung membentuk sebuah joint venture dengan nama PT Wijaya Karya Pracetak Gedung guna menangkap potensi penggunaan beton pracetak untuk membangun hunian vertikal. Pada tahun 2017, perusahaan ini membentuk PT Wijaya Karya Serang Panimbang sebagai calon pengelola jalan tol Serang-Panimbang yang saat itu sedang dibangun. Pada tahun yang sama, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Simpang Susun Semanggi, yang merupakan jalan layang dengan lengkung terpanjang di Indonesia. Pada tahun 2017 juga, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang merupakan terminal penumpang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini juga menyelesaikan pembangunan Bendungan Jatigede, yang merupakan bendungan terbesar kedua di Indonesia yang dibangun setelah tahun 1945. Menjelang Asian Games 2018, perusahaan ini juga memenangkan kontrak untuk membangun Jakarta International Velodrome, Jakarta International Equestrian Park, serta Stadion Madya, Lapangan Softball, Lapangan Bisbol, Lapangan Basket, Lapangan Squash di kompleks Gelora Bung Karno, serta Wisma Atlet Kemayoran. Perusahaan ini kemudian menyelesaikan pembangunan MRT Jakarta yang menghubungkan Lebak Bulus dengan Bundaran Hotel Indonesia. Perusahaan ini lalu juga menyelesaikan pembangunan jalan tol pertama di Kalimantan (Jalan Tol Balikpapan-Samarinda), Sulawesi (Jalan Tol Manado-Bitung), serta underpass New Yogyakarta International Airport sepanjang 14,3 km, yang merupakan underpass terpanjang di Indonesia.[3][6] Pada bulan Desember 2020, Kementerian BUMN menunjuk Wijaya Karya Realty sebagai induk holding kepemilikan hotel BUMN,[7] dengan Hotel Indonesia Natour akan menjadi operator dari seluruh hotel BUMN yang telah disatukan kepemilikannya ke Wijaya Karya Realty.[8] DivisiUntuk menjalankan bisnisnya, WIKA saat ini memiliki enam divisi, yakni Infrastruktur 1, Infrastruktur 2, Fasilitas Industri, Listrik & Energi, Bangunan Gedung, dan Luar Negeri.[3] InfrastrukturDivisi Infrastruktur 1 dan Infrastruktur 2 mengerjakan proyek-proyek infrastruktur, seperti jalan dan jembatan, pengairan, prasarana perhubungan, dan ketenagaan. Saat ini, kegiatan usaha Divisi Infrastruktur tidak sekadar kontraktor. Didukung oleh Tim Enjinering yang mumpuni, divisi ini mampu mengerjakan rancang bangun (design and build) dari mulai proses perencanaan sampai proses konstruksi. Beberapa proyek yang telah dikerjakan di antaranya adalah Jetty Batubara PLTU Cilacap, Jetty Wood Chip Pulau Laut, serta Removable Trashrack Banjir Kanal Manggarai. Bangunan GedungDivisi Bangunan Gedung mengerjakan proyek pembangunan gedung yang dibiayai oleh Pemerintah dan BUMN, sedangkan untuk yang dibiayai swasta, dikerjakan oleh anak usaha WIKA, yakni WIKA Gedung. Divisi ini meliputi Sub Bidang Usaha Bangunan Hunian dan Bangunan Fasilitas. Saat ini, dengan dukungan kemampuan di bidang enjinering, telah melakukan pekerjaan rancang bangun atau design and build, yaitu melakukan pekerjaan sejak proses perencanaan sampai proses konstruksi. Listrik & EnergiDivisi ini meliputi sub bidang usaha Minyak & Gas, Sarana Industri, dan Pabrik Fabrikasi Baja. Sub bidang usaha Minyak & Gas meliputi EPC Listrik & Energi di sektor hulu, sektor hilir, dan distribusi dari kegiatan operasi di sektor minyak & gas. Di sektor hulu terkait dengan pekerjaan processing gas plant, crude oil & gas pipeline distribution. Di sektor hilir terkait dengan pekerjaan kilang minyak, pipanisasi, dan tank terminal. Sub bidang usaha Sarana Industri meliputi Jasa Konstruksi & EPC di bidang industri (pabrik) dan material handling seperti pabrik Pengolahan Kelapa Sawit, pabrik biofuels, pabrik granulasi pupuk NPK, pabrik semen, pabrik farmasi, serta instalasi pengolahan air bersih & limbah. Sub bidang usaha Pabrik Fabrikasi Baja pada awalnya merupakan sarana pabrikasi pendukung. Namun sejak tahun 2009 ditingkatkan menjadi sub bidang usaha yang dapat mengelola sendiri usahanya mulai dari pemasaran, produksi, dan pengiriman dengan rentang produk yang besar dalam menghasilkan Produk Konstruksi Baja seperti struktur rangka baja, conveyor, pipe rack, tower telekomunikasi, tower transmisi listrik, jembatan rangka baja, tanki baja, silo, hopper, pressure vessel, welded beam, dan steel plate work lainnya. Selain memproduksi produk-produk di atas, saat ini sedang dijajaki produk-produk baja lainnya terkait dengan industri perminyakan dengan target pasar Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S), misalnya pekerjaan onshore steel platform, dan komponen industri alat berat (heavy equipment). Divisi ini juga menjalankan usaha dalam bidang konstruksi berbasis EPC yang terintegrasi. Lingkup pekerjaan yang dilakukan mulai dari pekerjaan rekayasa dasar, rekayasa proses, rekayasa detail, procurement terkait pengadaan equipment, dan construction atau pelaksanaan konstruksi dari proyek-proyek yang telah direncanakan. Saat ini, yang dikerjakan adalah EPC Power Plant, baik yang terkait dengan konstruksi sipil maupun EPC dari Power Plant. Anak perusahaanHingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki 8 anak usaha, yakni: Proyek besarInfrastruktur
Bangunan Gedung
Listrik & Energi
Pranala luar
Referensi
|