Wanita di Korea Selatan
Wanita di Korea Selatan mengalami perubahan sosial besar pada tahun-tahun terkini setelah mukjizat di Sungai Han. Peningkatan status sosial wanita memiliki dampak signifikan sepanjang 30 tahun terakhir karena modernisasi masyarakat saat ini berbanding dengan Korea pada masa lampau yang sangat berakar dalam pengajaran-pengajaran Konghucu. Pada saat ini, status sosial wanita telah secara praktik setara dengan pria dalam sektor-sektor sosial seperti hak hukum, pendidikan, dan kesehatan. Namun, masih terdapat ketidaksetaraan besar dalam ketenagakerjaan dan keikutsertaan politik. Masih terdapat stereotipe terhadap wanita Korea. Contoh stereotipe semacam itu terdiri dari bersikap penurut, kemampuan memasak, setia dengan suaminya dan memberikan kelahiran adalah sebuah tugas untuk dipenuhi. SejarahDalam masyarakat Korea tradisional, peran-peran wanita dulunya berada di rumah. Dari masa muda, wanita diajarkan nilai-nilai subordinasi dan didorong untuk peran-peran masa depan mereka sebagai istri dan ibu. Secara umum, wanita tak ikut serta dalam masyarakat seperti halnya pria namun sebagai gantinya disanjung dari dukungan suami mereka.[4] Pada era di bawah pemerintahan kolonial kekaisaran Jepang, wanita Korea (sekitar lebih dari 200,000) dikirim untuk bekerja sebagai ianfu di rumah-rumah bordil militer Jepang. Sampai akhir Perang Dunia II, Korea berada di bawah pendudukan Jepang.[5] Referensi
Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari situs web atau dokumen Library of Congress Country Studies. (Data dari 1990.) Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Women of South Korea. |