Gojoseon
Gojoseon (Hanzi: 古朝鮮; Hangul: 고조선; Hanja: 古朝鮮) adalah kerajaan Korea pertama yang bertahan hingga 108 SM. Menurut mitologi Korea, kerajaan ini didirikan oleh pendiri legendaris bernama Dangun.[1] Gojoseon memiliki budaya paling maju di semenanjung Korea pada saat itu dan merupakan penanda penting dalam perkembangan menuju negara bagian yang lebih terpusat pada periode selanjutnya. Penambahan Go (고), yang berarti "kuno", digunakan untuk membedakan kerajaan tersebut dari dinasti Joseon yang muncul kemudian pada tahun 1392 M. Menurut Memorabilia Tiga Kerajaan, Gojoseon didirikan pada tahun 2333 SM oleh Dangun, yang dikatakan lahir antara pangeran surgawi Hwanung dan wanita beruang Ungnyeo. Sedangkan Dangun adalah tokoh mitologi dari legenda yang sampai saat ini belum ditemukan bukti konkritnya, beberapa menafsirkan legenda Dangun sebagai refleksi dari situasi sosial budaya yang melibatkan perkembangan awal kerajaan.[2] Terlepas dari itu, Dangun telah memainkan peran penting dalam pengembangan identitas Korea. Tanggal 3 oktober berdirinya Gojoseon secara resmi diperingati sebagai Hari Yayasan Nasional di Korea Utara[3] dan Korea Selatan. Beberapa sumber mengklaim bahwa kemudian pada abad ke-12 SM setelah berdirinya Gojoseon, Gija, seorang bijak yang berasal dari keluarga kerajaan dari dinasti Shang, berimigrasi ke bagian utara Semenanjung Korea dan menjadi pendiri Gija Joseon.[4][5] Ada banyak interpretasi tentang Gojoseon dan Gija Joseon, serta perdebatan tentang keberadaan Gija Joseon.[6] Pada tahun 194 SM, dinasti penguasa Gojoseon digulingkan oleh Wi Man, seorang pengungsi dari negara bawahan Han dari dinasti Yan.[note 1] Wi Man kemudian dikenal sebagai Wiman Joseon. Pada 108 SM, dinasti Han, di bawah Kaisar Wu, menyerbu dan menaklukkan Wiman Joseon. Han mendirikan empat komando untuk mengatur bekas wilayah Gojoseon. Setelah fragmentasi Kekaisaran Han selama abad ke-3 dan abad ke-4 yang kacau balau, daerah itu hilang dari kendali Tiongkok dan ditaklukkan oleh Goguryeo pada tahun 313 M. Ibukota Gojoseon adalah Wanggeom setidaknya dari abad ke-2 SM. Di wilayah selatan Semenanjung Korea, negara Jin muncul pada abad ke-3 SM.[7] Bukti sejarahBerdasarkan Dongguk Tonggam, catatan sejarah Joseon yang dikompilasikan pada tahun 1485, menuliskan Dangun mendirikan Joseon bertepatan dengan tahun ke-50 masa pemerintahan Kaisar Yao pada zaman Tiongkok kuno (memerintah antara 2357 SM - 2256 SM). Samguk Yusa, abad sejarah dan mitos yang mengutip kitab sejarah Tiongkok masa purbakala juga menuliskan tanggal yang sama. Samguk Yusa menuliskan bahwa Gojoseon didirikan pada tahun 700 SM oleh Dangun, putra dewa Hwanung yang turun dari Shamayim untuk menyatukan umat manusia di Dunia.[1] Para sejarawan modern yang menelusuri kebenaran Samguk Yusa menyatakan ada kesulitan untuk menghubungkan catatan sejarah dengan bukti-bukti konkret. Bukti-bukti awal pendirian Joseon pertama kali tercatat dalam catatan-catatan sejarah Tiongkok Kuno dan berkat penelitian arkeologi, kerajaan ini dihubungkan dengan kebudayaan perunggu yang berkembang di daerah yang dipercaya sebagai teritori Gojoseon Kuno. DangunMenurut Samguk Yusa, Dangun, sang pendiri Gojoseon, lahir dari pasangan Hwanung, putra dewa dan Ungnyeo, seekor beruang yang berubah menjadi manusia. Dangun memimpin Gojoseon lebih dari 1000 tahun lamanya. Bukti arkeologiGojoseon berkembang mapan di periode antara abad ke-5 SM-3 SM menjadi kerajaan kuat terutama setelah penyatuan kelompok-kelompok suku.[1] Para arkeolog menemukan sejumlah besar artefak dan situs tempat tinggal suku Yemaek di wilayah utara Semenanjung Korea. Suku Yemaek mengusahakan pertanian sejak tahun 4000 SM. Salah satu temuan terkenal adalah palawija setengah terbakar yang ditemukan di Pyeongyang, ibu kota terakhir Joseon Kuno. Perkembangan pertanian dan permukiman di Semenanjung Korea dan Manchuria diperkirakan menyebabkan penyatuan kelompok-kelompok suku, yang berjalan seiring dengan pengenalan teknik membuat peralatan perunggu antara tahun 2000 SM-1500 SM. Legenda mengenai pendirian Joseon dapat diterjemahkan melalui proses sejarah tersebut. Catatan sejarah Tiongkok kuno membuktikan bahwa keberadaan Gojoseon cukup diketahui di Tiongkok. Pada abad ke-7 SM, Gojoseon telah menjalin hubungan dagang dengan dinasti-dinasti di Daratan Tiongkok. KeruntuhanKemunculan Gojoseon sebagai kekuatan utama di wilayah Manchuria mengakibatkan perselisihan dengan Dinasti Han yang telah menyatukan daratan Tiongkok menjadi kekaisaran besar. Pada tahun 109 SM, Gojoseon diinvasi oleh sebanyak 5000 pasukan Han dan ibu kota direbut.[1] Dinasti Han mendirikan 4 koloni di wilayah Gojoseon, namun hanya dapat mengendalikan wilayah terbatas di ibu kota dan sekitar.[1] Sebagian besar teritori Joseon berkembang menjadi negara-negara kecil, bahkan sebelum jatuhnya Gojoseon. Negara-negara tersebut antara lain Buyeo di wilayah utara dan Jin di selatan. Jatuhnya Gojoseon mengakibatkan berkembangnya kekuatan lokal yang membentuk negara independen melalui perlawanan terhadap koloni Han. Situasi politik baru yang berkembang di Manchuria dan Semenanjung Korea di awal abad ke-1 SM dianggap para sejarawan sebagai Periode Banyak Negara, dimana wilayah utama terpecah menjadi negara-negara kecil. WarisanYi Seong-gye mendirikan kerajaan pada tahun 1392 yang diberi nama Joseon, membedakannya dengan Joseon yang terdahulu. Tanggal pendirian Joseon Kuno masih menjadi perdebatan di antara sejarawan di Korea dan negara-negara tetangga. Rakyat Korea meyakini tahun 700 SM secara tradisional layaknya pendiri-pendiri dinasti awal yang meyakini mereka adalah keturunan Dangun, jadi keberadaan Joseon Kuno mewakili identitas rakyat Korea yang sangat penting.[1] Orang Korea menyelenggarakan hari ke-3 bulan Oktober sebagai Hari Pendirian Nasional atau Gaecheonjeol yang bermakna "festival pembukaan Shamayim". Hari libur nasional ini memperingati berdirinya sebuah kerajaan, Tanah Air pertama bangsa Korea . Lihat pulaReferensi
|