Perubahan sosial
Perubahan sosial adalah bentuk peralihan yang mengubah tata kehidupan masyarakat yang berlangsung terus menerus karena sifat sosial yang dinamis dan bisa terus berubah[butuh rujukan], dan merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada individu dalam masyarakat dan juga lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, adat, budaya, sikap-sikap sosial dari Individu masyaraka tersebut, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.[1][2] Sebagian teori-teori tentang perubahan sosial bersifat khusus dan terperinci pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat atau institusi. Dampak perubahan sosial yang terjadi pada suatu masyarakat dapat berbeda dengan dampak perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat lainnya.[3] Perubahan sosial terjadi pada beragam struktur sosial secara cepat maupun lambat. Proses perubahan sosial tidak terjadi secara otomatis dan memiliki mekanisme tertentu, melainkan karena adanya suatu tujuan tertentu. Kecepatan perubahan sosial dapat bersifat revolusioner maupun evolusioner. Faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dapat berasal dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat dan saling berhubungan satu sama lain.[4] Model perubahan sosial yang utama, yaitu model konflik yang dicetuskan Karl Marx dan model evolusi yang dicetuskan oleh Herbert Spencer.[5] Model evolusi menyajikan proses modernisasi sebagai perkembangan yang terjadi bersamaan di berbagai daerah, sedangkan model konflik menekankan hubungan yang global antara perubahan dalam satu masyarakat dan perubahan DefinisiDefinisi dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut:[6]
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:[11]
Samuel Koening Mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari dalam lingkungan masyarakat itu sendiri (intern) maupun sebab-sebab yang berasal dari luar (ekstern).[12] TeoriTeori evolusiDurkheim berpendapat bahwa perubahan karena evolusi memengaruhi cara pengorganisasian masyarakat, terutama yang berhubungan dengan kerja. Ferdinand Tonies, memandang bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai hubungan yang erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki hubungan khusus dan impersonal. Tonies tidak yakin bahwa perubahan-perubahan tersebut membawa kemajuan. Bahkan dia melihat adanya fragmentasi sosial (perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi terasing dan lemahnya ikatan sosial sebagai akibat langsung dari perubahan sosial budaya ke arah individualisasi dan pencarian kekuasaan. Gejala ini tampak jelas pada masyarakat perkotaan. Teori ini hanya menjelaskan bagaimana proses perubahan terjadi.[13] Terdapat dua tipe teori evolusi mengenai cara masyarakat berubah, yakni teori unilinier dan teori multilinier. Pandangan teori unilinier mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti jalur evolusi yang sama. Setiap masyarakat berasal dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks (sempurna), dan masing-masing melewati proses perkembangan yang seragam. Pandangan teori multilinier menggantikan teori unilinier dengan tidak mengamsusikan bahwa semua masyarakat mengikuti urutan yang sama, artinya meskipun jalurnya mengarah ke industrialisasi, masyarakat tidak perlu melewati urutan tahapan yang sama seperti masyarakat yang lain.[14] Teori konflikKonflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok yang tertindas dan kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan konflik kelas sosial merupakan sumber yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial. Ralph Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik kelas kepentingan di masyarakat. Konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian masyarakat. Prinsip dasar teori konflik yaitu konflik sosial dan perubahan sosial selalu melekat dalam struktur masyarakat.[13] Teori fungsionalisPemikiran ini berasal dari konsep goncangan budaya (cultural lag) dari William Ogburn. Meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa unsurnya bisa saja berubah-ubah dengan sangat cepat sementara unsur lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang. Ketertinggalan ini menjadikan kesenjangan sosial dan budaya antara unsur-unsurnya yang berubah sangat lambat dan unsur yang berubah sangat cepat. Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya goncangan budaya sosial budaya dalam masyarakat.[13] Teori siklusTeori ini mempunyai perspektif bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun bahkan orang-orang yang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikuti. Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban tidak dapat dielakkan dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.[13] Berdasarkan teori siklus ini, perubahan yang terjadi diibaratkan sebagai suatu perubahan yang berulang. Apa yang terjadi di masa lalu dapat terulang di masa kini. Contohnya seperti penggunaan motor vespa yang pernah hits di tahun 80-90an, belakangan ini kembali digemari penggunaanya oleh kalangan remaja dengan modifikasi yang berbeda. Hal ini terjadi proses gaya hidup yang sesuai dengan teori siklus. Berikut poal dari teori siklus. Teori Linier (Perkembangan)Menurut teori ini perubahan sosial bersifat linier atau berkembang menuju ke suatu titik tujuan tertentu. Penganut teori ini percaya bahwa perubahan sosial bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tujuan tertentu. Masyarakat berkembang dari tradisional menuju masyarakat kompleks modern. Max Weber berpendapat bahwa masyarakat berubah secara linier dan masyarakat yang diliputi oleh pemikiran mistik menuju masyarakat yang rasional. Terjadi perubahan dari masyarakat tradisional yang berorientasi pada tradisi turun-temurun menuju masyarakat modern yang rasional.[15] Contoh dari teori linier ini adalah dalam penggunaan teknologi komunikasi. Di mana komunikasi yang terjadi sebelum adanya handphone yaitu menggunakan surat. Namun, dengan adanya teknologi komunikasi dan internet, proses komunikasi berjalan dengan mudah dimana dapat mendekatkan yang jauh dengan adanya video call. Bentuk perubahan sosial menurut teori ini dapat digambarkan seperti tampak dalam gambar berikut. ModelModel evolusiModel evolusi merupakan model perubahan sosial yang dicetuskan oleh Herbert Spencer. Penekanan utama pada model evolusi adalah proses perubahan sosial yang berlangsung secara perlahan dan terus bertambah. Pada model evolusi Spencer, perubahan sosial terjadi akibat adanya faktor dari dalam lingkungan sosial. Proses perubahan terjadi secara bertingkat, mulai dari hal yang sederhana dan umum hingga ke hal yang rumit dan khusus. Selain itu, Spencer menjelaskan bahwa perubahan sosial dengan model evolusi mengubah lingkungan sosial yang sejenis dan tidak saling berkaitan, menjadi lingkungan sosial yang beragam dan saling berkaitan. Model evolusi kemudian dikembangkan oleh Emile Durkheim dan Max Weber.[16] Durkheim memiliki pemikiran yang berlawanan dengan Spencer pada pembahasan yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar perubahan sosial. Durkehim tetap menggunakan istilah-istilah yang digunakan oleh Spencer dalam menggambarkan perubahan sosial akibat evolusi. Dalam menggambarkan model evolusi dalam perubahan sosial, Durkheim menggunakan istilah "'solidaritas mekanis" dan "solidaritas organik". Solidaritas mekanis merupakan solidaritas yang memiliki sifat sejenis sedangkan solidaritas organik merupakan solidaritas yang bersifat beragam dan saling melengkapi. Durkheim menetapkan ketegasan pembagian kerja dalam masyarakat sebagai penyebab timbulnya solidaritas.[17] Sementara itu, Weber cenderung menghindari istilah "evolusi", dan mengaitkannya dengan sejarah dunia yang terbentuk secara perlahan. Weber menjelaskan bahwa pembentukan sejarah secara perlahan akan berakhir dengan pembentukan organisasi-organisasi yang lebih kompleks dan tidak bersifat pribadi.[18] Model konflikModel konflik dicetuskan oleh Karl Marx dan kemudian dianut oleh Friedrich Engels, Vladimir Lenin, Marie Lucas Robiquet, dan Antonio Gramsci. Penggambaran utama dari model konflik adalah tentang adanya konfil sosial di dalam tahapan perkembangan masyarakat yang bergantung pada sistem ekonomi. Konflik sosial ini kemudian memberi dampak terhadap terjadinya krisis, revolusi, dan perubahan sosial. Model konflik dapat ditafsirkan secara umum melalui pendekatan ekonomi, politik dan budaya. Selain itu, model konflik dapat ditafsirkan secara khusus melalui kaitan timbal-balik antara kekuatan produksi dan hubungan produksi.[19] Model konflik mengasumsikan adanya bentuk masyarakat yang beragam, jelas serta dapat dirinci dan dibedakan satu sama lain. Marx sependapat dengan Spencer dalam menjelaskan faktor yang menyebabkan perubahan sosial, yaitu melalui keberadaan faktor dari dalam masyarakat yang menekankan perubahan cara-cara produksi. Namun, model konflik memiliki perbedaan dalam tiga konsep utama dari model evolusi.[20] Pertama, model konflik menggabungkan perubahan sosial ke dalam ketergantungan pembangunan ekonomi dan sosial di pusat kota dan perkembangan keterbelakangan di daerah pinggiran kota. Kedua, model konflik tetap memperhitungkan adanya faktor-faktor perubahan sosial dari luar masyarakat beserta penjelasannya.[21] Ketiga, model konflik memperhatikan cara terjadinya perubahan sosial dan menekankan pada perubahan feodalisme ke kapitalisme. Model konflik melihat perubahan secara dialektik. Konflik dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perubahan sosial. Perubahan yang ditimbulkan dapat terjadi secara tidak disengaja atau berlawanan dengan perencanaan awal.[22] Bentuk-bentukPerubahan evolusi dan perubahan revolusiBerdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan yang berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.[1] Perubahan evolusiPerubahan evolusi adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang bersangkutan.[23] Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.[1] Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu.[1] Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu kemudian menetap [24] lalu menuju ke masyarakat meramu. Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori yang mengupas tentang evolusi, yaitu:[25]
Perubahan revolusiPerubahan revolusi merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau perencanaan sebelumnya.[26] Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.[26] Dalam revolusi, perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, di mana sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan.[26] Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi dan kondisi masyarakat.[1] Secara sosiologi, suatu revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain adalah:[1]
Perubahan direncanakan dan tidak direncanakanPerubahan yang direncanakanPerubahan yang direncanakan adalah perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan di dalam masyarakat.[1][27] Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.[1] Oleh karena itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan pengawasan agent of change.[1] Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah mengadakan program keluarga berencana (KB).[1] Perubahan yang tidak direncanakanPerubahan yang tidak direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala dalam masyarakat.[1] Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit ditebak kapan akan terjadi.[1] Misalnya, kasus banjir bandang di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian lingkungan.[1] Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman baru.[1] Perubahan berpengaruh besar dan berpengaruh kecilApa yang dimaksud dengan perubahan-perubahan tersebut dapat kamu ikuti penjabarannya berikut ini Perubahan berpengaruh besarSuatu perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur kemasyarakatan, hubungan kerja, sistem mata pencaharian, dan stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan masyarakat agraris menjadi industrialisasi, pada perubahan ini memberi pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya perubahan mata pencaharian. Perubahan berpengaruh kecilPerubahan-perubahan berpengaruh kecil merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Contoh, perubahan mode pakaian dan mode rambut. Perubahan-perubahan tersebut tidak membawa pengaruh yang besar dalam masyarakat karena tidak mengakibatkan perubahan-perubahan pada lembaga kemasyarakatan homolis. FaktorFaktor-faktor perubahan sosial terdiri dari dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor penghambat. Faktor pendorong perubahan sosial, yaitu: [28] Faktor internal
Faktor eksternal
Faktor penghambat perubahan sosial:[28]
Catatan penemuan baru: Pada dasarnya, penemuan baru dibedakan menjadi discovery, invention, dan innovation. Discovery merupakan suatu penemuan yang berkaitan dengan unsur-unsur budaya yang benar-benar baru dan belum pernah ditemukan sebelumnya. Dalam discovery, penemuannya dapat berupa gagasan ataupun alat, misalkan penemuan pohon kina. Sedangkan invention adalah penemuan dari suatu unsur kebudayaan baru yang sudah diakui, diterima, dan diterapkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, suatu discovery akan menjadi invention ketika penemuan tersebut sudah mulai diakui dan gunakan oleh masyarakat.[29] Contohnya penemuan pohon kina yang kemudian dilakukan penelitian bahwa pohon kina mampu dimanfaatkan untuk mengatasi malaria. Akhirnya masyarakat tradisional banyak yang menggunakan pohon kina sebagai obat. Dan yang terakhir adalah innovation yang merupakan pengembangan dari penemuan yang sudah ada. Misalnya penemuan pohon kina yang kemudian bisa dijadikan sebagai obat akhirnya diinovasi dengan pembuatan madu herbal. Pola Penemuan Baru[30]Pola MemancarPada pola memancar ini, penemuan baru yang muncul ternyata dapat memberikan pengaruh atau dampak perubahan ke segala arah. Contohnya seperti penemuan internet yang memberikan dampak perubahan pada bidang ekonomi, pendidikan, sosial, komunikasi, dan lain-lain. Lihatlah pola pada gambar di bawah. Pola MenjalarPada pola menjalar, penemuan yang terjadi dapat mengakibatkan suatu perubahan yang kemudian menjalar ke perubahan lainnya. Misalkan ditemukan aplikasi e-commerce yang kemudian memberikan perubahan pada kemudahan seseorang untuk menjalani bisnis secara online. Namun ternyata kemudahan tersebut mengakibatkan perubahan lainnya yaitu individu menjadi lebih konsumtif karena adanya kemudahan dalam melakukan belanja secara online. Lihatlah pola pada gambar di bawah ini. Pola MemusatPada pola memusat, ketika dihasilkannya beberapa penemuan maka akan menghasilkan satu perubahan. Misalnya, ditemukannya teknologi transportasi, seperti mobil, kereta api. dan pesawat memberikan salah satu perubahan yaitu menjadi efektifnya gerak masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Lihatlah pola di bawah ini. Dampak Perubahan SosialDampak PositifDampak positif dari perubahan sosial sebagai berikut.[31]
Dampak NegatifDampak negatif dari perubahan sosial, antara lain:[32]
Referensi
Daftar pustaka
|