Saudara-saudara YesusSaudara-saudara Yesus adalah sebuah penyebutan berdasarkan pada deskripsi Perjanjian Baru terhadap Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon sebagai "saudara-saudara" Yesus Kristus. Walau tidak disebutkan namanya, terdapat pula penyebutan "saudari-saudari" Yesus. Beberapa akademisi berpendapat bahwa saudara-saudara ini, terutama Yakobus Muda, memegang posisi khusus dalam Gereja perdana di Yerusalem. Katolik, Asiria Timur, Ortodoks Timur dan Ortodoks Oriental, serta sebagian Anglikan dan Lutheran, percaya akan keperawanan abadi Maria, seperti juga para pemimpin Protestan yakni Martin Luther, Yohanes Calvin,[1] Ulrich Zwingli, dan John Wesley. Mereka yang memegang keyakinan ini menolak klaim bahwa Yesus memiliki saudara kandung dan memegang pandangan bahwa para saudara (laki-laki) dan saudari (saudara perempuan) ini memiliki kedekatan hubungan dengan keluarga inti Yesus, serta menganggap mereka sebagai para saudara/saudari sepupu atau anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya. Pada abad ke-3 kerabat biologis yang terkait dengan keluarga inti Yesus, tanpa rujukan eksplisit pada saudara-saudara atau saudari-saudari, disebut desposyni,[2] dari bahasa Yunani: δεσπόσυνοι, bentuk jamak dari δεσπόσυνος, yang berarti "dari atau milik tuan".[3] Istilah tersebut digunakan oleh Sextus Julius Africanus, seorang penulis dari awal abad ke-3. Saudara dan saudari YesusPenamaan lengkap saudara-saudara Yesus hanya dicatat 1 kali dalam Injil Matius (pasal 13) dan 1 kali dalam Injil Markus (pasal 6) dalam konteks yang sama:
Ayat lainnya pada Galatia 1:19 menyebutkan "Yakobus, saudara Tuhan Yesus". Sebutan "saudara-saudara Tuhan" juga tercatat pada 1 Korintus 9:5 bersamaan dengan disebutnya Kefas. Beberapa akademisi mengklaim bahwa para kerabat Yesus itu kemungkinan memegang posisi otoritas di Yerusalem sampai Kaisar Trajan membangun kembali kota baru tersebut di atas reruntuhannya.[4] Pandangan bahwa saudara-saudara tersebut adalah anak-anak kandung Maria dan Yusuf dipegang oleh beberapa orang dari abad-abad awal; The Oxford Dictionary of the Christian Church mengklaim bahwa Tertullian (ca 160 - 225) adalah salah satu dari mereka.[5] Kaum Antidikomarianit ("para penentang Maria") dari abad ke-3 meyakini bahwa saat Yusuf menjadi suami Maria, ia adalah seorang duda dengan 6 anak, dan ia menjalin hubungan suami istri yang normal dengan Maria, tetapi mereka kemudian menyatakan bahwa Yesus tidak dilahirkan dari hubungan ini.[6] Bonosus adalah seorang uskup dari Sardica yang pada akhir abad ke-4 menyatakan bahwa Maria memiliki anak-anak lainnya selain Yesus, sehingga para uskup lain dari provinsinya mengutuk dia.[6] Jovinian, dan berbagai pengajar Arianisme seperti Photinus memegang sebuah pandangan serupa. Saat Helvidius menyatakannya kembali pada akhir abad ke-4, Hieronimus — mewakili pandangan umum dari Gereja — menyatakan bahwa Maria tetap selalu perawan; ia berpendapat bahwa mereka yang disebut para saudara dan saudari Yesus sebenarnya adalah anak-anak dari saudari Maria, Maria yang lain, yang dianggapnya sebagai istri Klopas.[5][7] Istilah "saudara" (laki-laki) dan "saudari" (perempuan) sebagaimana digunakan dalam konteks ini terbuka bagi berbagai penafsiran yang berbeda;[8] ada yang berpendapat anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya (pandangan Epifanius dari Salamis),[9] anak-anak saudari Maria (pandangan Hieronimus), anak-anak Klopas, yang mana menurut Hegesippus adalah saudara Yusuf,[10] ataupun anak-anak seorang perempuan yang bukan saudari Maria ibu Yesus (sebuah usulan modern).[5] Sebagai para pemimpin GerejaMenurut Robert W. Funk, pendiri Jesus Seminar, Injil Markus menunjukkan bahwa pada awalnya para saudara dan ibu Yesus skeptis atau menolak Yesus namun kemudian menjadi bagian dari gerakan Kekristenan.[11] Yakobus, "saudara Tuhan", memimpin Gereja di Yerusalem (Uskup Yerusalem yang pertama) setelah para rasul menyebar dan kerabat lainnya mungkin menjalankan kepemimpinan di antara umat Kristen di daerah tersebut sampai Kaisar Hadrian membangun Aelia Capitolina di atas reruntuhan Yerusalem dan mengusir semua orang Yahudi dari sana (ca 135), di mana setelah itu umat Kristen Yerusalem sepenuhnya hidup dalam "pembuangan".[4] Menurut The Oxford Dictionary of the Christian Church, ketika Rasul Petrus pergi dari Yerusalem, Yakobus saudara Tuhan (Yakobus Muda) menjadi pemimpin Gereja di Yerusalem dan sangat dihormati oleh umat Kristen Yahudi. Hegesippus (ca110–ca180) melaporkan bahwa ia kemudian dieksekusi oleh Sanhedrin pada tahun 62.[12] Referensi dari Sextus Julius Africanus atas "desposyni" (kerabat sedarah Yesus yang terkait dengan keluarga inti-Nya) tercatat dalam Historia Ecclesiastica karya Eusebius dari Kaisarea.[2][13] Eusebius juga menyimpan sebuah ekstraksi dari karya Hegesippus, yang menuliskan 5 buku Commentaries on the Acts of the Church (kini telah hilang kecuali beberapa kutipan oleh Eusebius). Ekstraksi tersebut merujuk pada masa pemerintahan Domitianus (81-96) sampai dengan Trajan (98-117), dan memuat pernyataan bahwa 2 desposyni yang dibawa ke hadapan Domitianus kemudian menjadi para pemimpin Gereja.[14] Tingkatan kekerabatan dengan YesusPerjanjian Baru mencatat Yakobus, Yoses, Simon, dan Yudas sebagai saudara-saudara (bahasa Yunani: adelphoi) Yesus (Markus 6:3, Matius 13:55, Yohanes 7:3, Kisah 1:14, 1 Korintus 9:5).[5] EtimologiEtimologi atau asal dari kata "saudara" (adelphos) awalnya berasal dari "dari rahim yang sama" (a-delphys), namun dalam penggunaan pada Perjanjian Baru, terdapat pengertian yang lebih luas akan "saudara" di kalangan Yahudi dan Kekristenan, bahkan diterapkan juga pada sesama anggota komunitas religius yang sama.[15] Dalam Alkitab, kata-kata Yunani adelphos dan adelphe tidak terbatas pada arti harafiah kata-kata tersebut sebagai saudara atau saudari kandung, ataupun bentuk jamaknya.[16] Sejak awal telah ada beberapa pandangan seputar penerapan istilah Yunani adelphos pada orang-orang yang digambarkan sebagai adelphoi Yesus apakah berarti bahwa mereka saudara kandung, saudara tiri, atau saudara sepupu. Helvidius, dengan mengutip Tertullian untuk mendukung pandangannya, mengklaim bahwa adelphoi tersebut adalah anak-anak Maria dan Yusuf yang lahir setelah Yesus (adik-adik Yesus);[5][17] namun Hieronimus menjawab bahwa Tertullian "bukanlah milik Gereja", dan ia berpendapat bahwa adelphoi tersebut adalah sepupu-sepupu Yesus.[18] Untuk mendukung pandangan ini terkadang dicatat bahwa Yakobus (Yakub Iakobos), sebagai yang sulung di antara "saudara-saudara" tersebut, mengambil nama ayahnya Yusuf (juga Yakobus, Iakobos dalam silsilah Yesus menurut Injil Matius), di mana dalam Kitab Suci nama seorang cucu terkadang menggunakan nama kakeknya.[19] Istilah adelphos (saudara dalam arti umum) berbeda dengan anepsios (sepupu, keponakan).[20][21] Hegesippus, penulis Kristen dari abad ke-2, membedakan antara mereka yang adalah anepsioi Yesus dan adelphoi-Nya.[22] Namun bahasa ibu dari Yesus dan para murid-Nya adalah Aramaik (seperti tercatat dalam Matius 27:46, Markus 5:41),[23] yang mana tidak dapat membedakan antara seorang saudara atau saudari kandung dan seorang sepupu.[24] Bahasa Aram, seperti juga bahasa Ibrani Klasik, tidak mempunyai kosakata untuk "sepupu".[25] Bahasa Ibrani dan Aramaik cenderung menggunakan perifrasa untuk menunjukkan hubungan darah, menyebut beberapa orang sebagai "saudara-saudara Yesus" tidak selalu menyiratkan ibu biologis yang sama.[16] Tetapi, "anak-anak dari ibu Yesus" digunakan untuk menunjukkan seorang ibu yang sama. Para teolog dan akademisi yang menyatakan pandangan ini menunjukkan bahwa Yesus disebut "anak Maria" (the son of Mary), bukannya "seorang anak Maria" (a son of Mary), di tempat asal-Nya (Markus 6:3).[26] Hubungan para saudara Yesus dengan MariaPada abad ke-3 doktrin keperawanan abadi Maria terbentuk secara mapan dan dibela oleh Hippolitus dari Roma, Eusebius dari Kaisarea, dan Epifanius dari Salamis, di mana mereka merupakan para teolog penting pada awal Kekristenan. Ini salah satunya dikarenakan Gereja perdana tidak menerima bahwa Maria memiliki anak selain Yesus.[5] Eusebius dan Epifanius meyakini bahwa "saudara-saudara" tersebut adalah anak-anak Yusuf dari perkawinan sebelumnya.[5][9] Epifanius menambahkan bahwa Yusuf adalah ayah dari Yakobus dan tiga saudaranya (Yoses, Simeon, Yehuda) dan dua saudari (seorang bernama Salome dan seorang bernama Maria) atau (seorang Salome dan seorang bernama Anna)[27] dengan Yakobus sebagai saudara yang lebih tua. Yakobus dan saudara-saudari kandungnya bukanlah anak-anak Maria (ibu Yesus) tetapi anak-anak dari perkawinan Yusuf sebelumnya. Setelah isteri pertama Yusuf meninggal, beberapa tahun kemudian saat ia berumur 80 tahun, "ia mengambil Maria (ibu Yesus)". Menurut Epifanius, Alkitab menyebut mereka "saudara-saudara Tuhan" untuk membingungkan para lawan mereka.[28][29] Origenes (184-254) juga menuliskan bahwa "menurut Injil Petrus, para saudara Yesus merupakan putra-putra Yusuf dari seorang istri sebelumnya, yang dinikahinya sebelum Maria".[30] Karya apokrifa Sejarah Yusuf Tukang Kayu, yang ditulis pada abad ke-5 dan dibuat seolah seperti biografi Yusuf yang dikisahkan oleh Yesus, mendeskripsikan bagaimana Yusuf memiliki empat putra dan dua putri dari istri pertamanya. Nama putra-putra mereka adalah Yudas, Yustus, Yakobus dan Simon, dan nama dua putrinya adalah Assia dan Lydia. Bertahun-tahun setelah istri pertamanya meninggal, ia menikahi Maria.[31] Maka dari itu, saudara-saudara Yesus merupakan anak-anak Yusuf dari istri pertamanya.[butuh rujukan] Protoevangelium Yakobus secara eksplisit mengklaim bahwa Yusuf adalah seorang duda beranak.[32] Catholic Encyclopedia, mengutip tulisan-tulisan yang tercantum dalam apokrifa, menulis bahwa:
Hieronimus, teolog penting lainnya pada awal Kekristenan, juga meyakini doktrin keperawanan abadi, namun ia berpendapat bahwa adelphoi ini adalah anak-anak saudari Maria, yang mana diidentifikasi oleh Hieronimus sebagai Maria (istri Klopas).[5][34] Oxford Dictionary of the Christian Church menyebutkan bahwa seorang akademisi modern, yang mana tidak diidentifikasikan siapa, telah mengusulkan bahwa orang-orang tersebut adalah anak-anak Klopas (menurut Hegesippus adalah saudara Yusuf) dan Maria istri Klopas (tanpa merujuknya sebagai saudari dari ibu Yesus).[5] Ante-Nicene Fathers mencatat tulisan Bapa Apostolik Papias dari Hierapolis (ca 70-163), penulis Exposition of the Sayings of the Lord, yang menjelaskan bahwa "Maria istri Kleopas atau Alfeus" adalah ibu dari Yakobus saudara Yesus, Simon, Yudas Tadeus, dan seorang bernama Yusuf. "Maria" ini diidentifikasi oleh Papias sebagai saudari dari Maria ibu Tuhan, dan bibi Tuhan.[35] Namun J. B. Lightfoot, seorang teolog dan Uskup Anglikan, berpendapat bahwa fragmen yang bersangkutan (Fragmen X) adalah palsu,[36] dan dikatakan bahwa fragmen tersebut merupakan tulisan Papias dari Lombardy (abad ke-11).[37][38] Injil Pseudo-Matius, yang mungkin ditulis pada abad ketujuh, menyatakan bahwa saudara-saudara Yesus adalah sepupu-sepupu-Nya.[39] Katolik Roma dan Kekristenan Timur mempertahankan doktrin dari Kekristenan awal bahwa Maria tetap seorang perawan untuk selamanya;[30] di mana pandangan ini juga dipegang oleh banyak kalangan Protestan awal, termasuk Martin Luther[40] dan Ulrich Zwingli,[41] serta John Wesley, salah seorang pendiri Methodisme.[42] Katolik Roma, mengikuti pandangan Hieronimus, menyimpulkan bahwa adelphoi tersebut adalah sepupu-sepupu Yesus; sementara Ortodoks Timur, mengikuti Eusebius dan Epifanius, berpendapat bahwa mereka adalah anak-anak Yusuf dari istri pertamanya (yang tidak tercatat dalam Injil kanonik). Namun Gereja Katolik hanya menetapkan doktrin bahwa "saudara-saudara Yesus" bukanlah anak-anak biologis Maria,[43] posisi mereka, baik sebagai para sepupu maupun saudara tiri (anak Yusuf), tidak ditetapkan sebagai doktrin.[butuh rujukan] Sementara kalangan Protestan modern memandang adelphoi sebagai saudara-saudara tiri (half-brothers) Yesus atau tidak menetapkan apa pun, karena Injil tidak menyatakan secara eksplisit mengenai hubungan Maria dengan mereka tetapi hanya dengan Yesus.[44][45] Sejumlah "akademisi kritis" dari Jesus Seminar mengatakan bahwa doktrin keperawanan abadi telah mengaburkan pengakuan bahwa Yesus memiliki saudara-saudara laki-laki dan perempuan.[46] Dalam Kitab Kejadian, semua anak Yakub berulang kali disebut saudara-saudara Yusuf walau mereka adalah anak-anak dari ibu yang berbeda (Kejadian 37). Selain itu, dalam Kitab 2 Samuel, Tamar disebut sebagai seorang saudara (perempuan) baik dari Amnon maupun Absalom (2 Samuel 13) meski mereka adalah anak-anak Daud dari ibu yang berbeda (2 Samuel 3:2-3).[butuh rujukan] Silsilah dan pohon keluargaTerlepas dari silsilah Yesus dalan Injil Lukas dan Injil Matius, ada beberapa penyajian teori mengenai pohon keluarga dari keluarga inti Yesus. Artikel "The Brethren of the Lord" di A Catholic Commentary on Holy Scripture menyajikan silsilah berikut,[47] yang merepresentasikan pandangan St. Hieronimus.[butuh rujukan]
Penolakan terhadap YesusMenurut Injil Sinoptik, dan khususnya Injil Markus, Yesus pada suatu waktu mengajar kerumunan banyak orang dekat rumah keluarga-Nya (diasumsikan demikian karena ada kaum keluarga-Nya), dan pada saat mereka mendengarnya, kaum keluarga Yesus datang untuk melihat-Nya dan "mereka" (tidak diketahui siapa saja) mengatakan bahwa Yesus "tidak waras lagi".[butuh rujukan]
Beberapa akademisi mengusulkan pendapat bahwa penggambaran dalam Injil Markus tersebut, mengenai penolakan awal terhadap Yesus oleh keluarga-Nya, kemungkinan terkait dengan ketegangan antara Paulus dari Tarsus dan umat Kristen Yahudi, yang mana — menurut mereka — memberi kehormatan tinggi pada keluarga Yesus, misalnya pada saat Konsili Yerusalem.[50][51][52] Karl Keating mengatakan bahwa dalam budaya Yahudi seorang adik (saudara kandung) tidak pernah menegur, atau bahkan menasihati, saudara yang lebih tua atau kakak mereka, sebab hal tersebut dipandang sebagai sikap yang sangat tidak hormat;[53] tetapi dalam teks Markus 3:21, dan juga dalam Yohanes 7:3-4, "saudara-saudara" Yesus disebutkan melakukan hal tersebut.[butuh rujukan] Tidak adanya saudara-saudara YesusAda beberapa peristiwa dalam Alkitab di mana keberadaan saudara-saudara ataupun saudari-saudari Yesus tidak ditampilkan, misalnya saat Yesus hilang di Bait Allah dan saat penyaliban-Nya. Hal ini digunakan untuk mendukung pandangan bahwa "saudara-saudara" Yesus bukanlah adik-adik atau saudara-saudara kandung, meskipun beberapa kalangan menolak anggapan ini.[butuh rujukan] Lukas 2:41-51 melaporkan kunjungan Maria, Yusuf, dan Yesus ke Bait Allah di Yerusalem ketika Yesus berusia 12 tahun tetapi tidak menyebutkan indikasi apa pun terkait saudara-saudara biologis. Robert Eisenman memiliki keyakinan bahwa Lukas berusaha untuk meminimalisir peranan penting keluarga Yesus dengan cara apapun yang memungkinkan, yakni dengan tidak menuliskan mengenai Yakobus dan saudara-saudara Yesus pada Injil.[54] Di sisi lain, Karl Keating berpendapat bahwa Maria dan Yusuf bergegas tanpa keraguan sedikit pun untuk kembali ke Yerusalem, ketika mereka menyadari Yesus hilang, di mana mereka tentunya berpikir dua kali untuk melakukan hal tersebut seandainya ada anak-anak lain (adik kandung Yesus) yang perlu diperhatikan juga.[53] Injil Yohanes mencatat perkataan Yesus di kayu salib, yaitu "Ibu, inilah anakmu!" dan "Inilah ibumu!" (Yohanes 19:26-27), kemudian menyatakan bahwa "sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya". Sejak zaman para Bapa Gereja pernyataan ini telah digunakan sebagai alasan bahwa setelah kematian Yesus tidak ada anak kandung lainnya untuk merawat Maria, sehingga Maria harus dipercayakan kepada murid tersebut.[55][56][57] Vincent Taylor menekankan adanya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan teks tersebut, yaitu hal ini mengabaikan kenyataan bahwa "saudara-saudara" Yesus menentang perkataan-Nya itu, dan posisi kehormatan Yohanes sebagai 'murid yang dikasihi-Nya'.[58] Constantine Zalalas berpendapat bahwa hal tersebut tentu bertentangan dengan kebiasaan Yahudi bagi Yesus dengan memberikan ibu-Nya untuk dirawat oleh sang murid seandainya Maria memiliki anak kandung lain yang masih hidup, karena putra sulung selalu mengemban tanggung jawab atas ibunya.[59] Karl Keating mengatakan, "Sulit untuk dibayangkan mengapa Yesus akan mengabaikan hubungan keluarga dan membuat keputusan ini bagi ibu-Nya jika keempatnya [Yakobus, Yoses/Yusuf, Yudas, Simon] adalah juga anak-anaknya".[53] Paus Yohanes Paulus II menyampaikan bahwa perkataan "Inilah ibumu!" merupakan tindakan mempercayakan murid tersebut kepada Maria untuk mengisi kekosongannya sebagai seorang ibu akibat kematian putra satu-satunya di kayu salib.[60] Lihat pula
Referensi
Daftar pustaka
Bacaan tambahan
Pranala luar
|