Perumpamaan perjamuan kawinPerumpamaan tentang perjamuan kawin adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus Kristus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Injil Matius yaitu bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen pada Matius 22:1-14. Perumpamaan ini hampir sama dengan perumpamaan yang terdapat dalam Injil Lukas pasal 14 yang bertajuk perumpamaan orang-orang yang berdalih. Perjamuan kawin
PenjelasanRaja tersebut melambangkan Allah, dan perjamuan kawin tersebut melambangkan Surga. Para undangan melambangkan umat pilihan Allah, yakni bangsa Israel. Allah mengundang umat pilihannya, tetapi mereka tidak mau datang. Allah lalu mengutus Yesus kepada orang Israel, tetapi orang Israel tetap tidak mau percaya, dan bahkan menangkap, menyiksa dan membunuh Yesus. Maka Allah lalu menghukum mereka dengan menghancurkan Israel oleh bangsa Romawi dan bangsa-bangsa lainnya sehingga bangsa Israel tercerai-berai hingga abad ke-20. Lalu Allah berpaling kepada bangsa-bangsa lain dan memberikan anugerah keselamatan kepada segala bangsa. Ia mengutus hamba-hambanya yang lain, yaitu para misionaris-misionaris ke seluruh dunia untuk mengundang orang-orang masuk ke dalam kerajaan Surga. Banyak orang jahat maupun baik yang mendengar undangan tersebut dan mau datang, tetapi orang-orang yang jahat datang tanpa mempersiapkan diri, yang dilambangkan dengan tidak berpakaian pesta. Allah akan menghukum mereka dengan melemparkan mereka ke neraka (kegelapan yang paling gelap). Di akhir perumpamaan itu Yesus memberi konklusi:
Gambaran eskatologis suatu perjamuan (terutama perjamuan pernikahan) juga muncul dalam perumpamaan hamba yang menantikan tuannya dan perumpamaan gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh. Di sini undangan perjamuan itu diperluas, bukan hanya untuk orang-orang Yahudi melainkan juga untuk orang-orang bukan Yahudi.[2] Sasaran perumpamaan ini adalah orang-orang beragama yang tidak punya waktu untuk Allah; mereka digambarkan sebagai orang-orang yang menerima undangan, tetapi saat hidangan sudah siap, menyatakan terlalu sibuk untuk hadir.[3] Augustinus berpendapat bahwa pakaian pesta itu sebenarnya disediakan oleh sang pengundang, tetapi tampaknya bukan implikasi yang dimaksudkan.[3] Ia juga menafsirkan pakaian itu melambangkan "kebajikan",[4] tetapi penafsiran ini tidak diterima luas sekalipun pada zaman kuno.[5] Martin Luther menafsirkan pakaian itu melambangkan Yesus Kristus sendiri.[6] John Calvin merujuk kepada penafsiran lain dalam komentarnya:
Karya seniPerumpamaan ini telah digambarkan oleh sejumlah seniman termasuk Bernardo Cavallino, Jan Luyken, dan John Everett Millais. Berbagai nyanyian Kristen telah dibuat dengan ilham dari perumpamaan ini, misalnya "All is ready" karya Fanny Crosby,[8] dan "All Things are Ready" karya Charles H. Gabriel[9] Topik ini juga digubah dalam bentuk kantata oleh Johann Sebastian Bach untuk Minggu kedua setelah Trinitas dalam liturgi gereja dengan judul Die Himmel erzählen die Ehre Gottes, BWV 76 pada tahun 1723 dan Ach Gott, vom Himmel sieh darein, BWV 2 pada tahun 1724. Naskah lainSuatu versi perumpamaan ini didapati pada naskah di luar Alkitab yang dinamai "Injil Tomas" (Perkataan 64).[10] Dalam naskah itu perumpamaan tersebut "menjadi teguran atas urusan bisnis dan pengumpulan harta".[11] Lihat pula
Referensi
Pranala luar |