Perumpamaan domba yang hilangPerumpamaan tentang domba yang hilang adalah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Matius 18:12-14 dan Lukas 15:1-7. Matius 18:12-14: (Terjemahan Baru)
Lukas 15:1-7: (Terjemahan Baru)
Tema yang serupa dengan perumpamaan ini adalah perumpamaan Yesus selanjutnya dalam Lukas 15:8 - 10, perumpamaan dirham yang hilang. Domba yang terhilangPerumpamaan ini menceritakan tentang seorang gembala domba yang memiliki seratus ekor domba. Pada suatu hari salah seekor dombanya hilang, dan ia meninggalkan domba yang lainnya di pegunungan dan mencari seekor yang tersesat. Diceritakan bahwa ketika gembala tersebut menemukan domba yang hilang, maka kegembiraannya atas seekor domba itu lebih dari 99 ekor domba yang tidak sesat. PenjelasanLukas mengawali kisah Yesus menceritakan perumpamaan ini dengan: Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Pada masa itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak bergaul dengan kaum yang dianggap sebagai orang-orang berdosa seperti pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal.[1] Para pemungut cukai dibenci oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat karena diangap sebagai antek-antek penjajah Romawi, karena para pemungut cukai bertugas untuk mengumpulkan pajak atau upeti dari orang Israel untuk disetorkan ke penjajah Romawi.[2] Perempuan-perempuan sundal dianggap sebagai orang-orang amoral.[3] Sebagian orang berpendapat bahwa orang-orang berdosa merujuk kepada orang-orang non-Yahudi yang dianggap sebagai orang-orang kafir,[4][5] mereka yang tidak percaya kepada Allah. Oleh karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengkritik Yesus: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka". Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat marah karena para pemungut cukai dan orang-orang berdosa diberi sarana untuk menikmati anugerah, dipanggil untuk bertobat, dan didorong untuk mengharapkan pengampunan pada saat bertobat. Bagi para ahli Taurat dan orang Farisi, orang-orang ini sudah tidak mempunyai harapan lagi. Mereka pikir tidak ada orang lain lagi kecuali mereka sendiri yang memiliki keistimewaan untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan. Menurut orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, Yesus hanya merendahkan diri-Nya sendiri dengan berbuat demikian, dan juga sangat tidak sesuai dengan martabat-Nya jika Ia bergaul dekat dengan orang-orang semacam itu, menyambut mereka ke dalam kawanan-Nya, dan makan bersama-sama dengan mereka. Karena malu, mereka tidak bisa mencela-Nya atas perbuatan-Nya memberitakan Injil kepada orang-orang itu, meskipun justru itulah yang sebenarnya membuat mereka paling marah. Oleh sebab itu, mereka cuma bisa menegur-Nya karena makan bersama-sama dengan orang-orang berdosa, yang lebih jelas bertentangan dengan adat istiadat leluhur mereka. Yesus kemudian menceritakan perumpamaan ini untuk menunjukkan bahwa kedatangan-Nya justru untuk mencari orang-orang berdosa agar orang-orang berdosa ini bertobat.[6][7] Sementara Matius dalam Matius 18:12-14 mengaitkan perumpamaan ini dengan pemeliharaan dan penjagaan Allah akan umat-Nya, bahkan terhadap anak-anak kecil sekalipun.[8] Hal yang menarik dalam perumpamaan ini adalah:
Dan juga:
Lihat pula
Referensi
|