Perumpamaan biji sesawiPerumpamaan biji sesawi adalah sebuah perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridnya. Kisah ini tercantum di dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, yaitu Matius 13:31-32, Markus 4:30-34, dan Lukas 13:18-21. Biji sesawiPerumpamaan ini menceritakan tentang seorang yang menaburkan biji sesawi di ladangnya.
PenjelasanMemberikan perbandingan dengan memakai biji sesawi, untuk menyatakan kerajaan Allah. Biji sesawi, yang paling kecil untuk mengumpamakan Kerajaan Allah, ini menunjukkan bahwa walaupun permulaan Gereja amat kecil, tetapi kerana mempunyai daya hidup yang kuat, sehingga berkembang menjadi kelompok yang besar. Dari kelompok yang kecil yang terdiri daripada para rasul dimulailah gereja yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. SesawiTumbuhan "sesawi" ini secara umum dianggap adalah....sebuah biji sesawi yg sangat kecil (bahasa Inggris: black mustard, suatu pohon tahunan yang dapat tumbuh setinggi 3 meter (9 kaki),[1] tetapi tumbuh dari biji yang sangat kecil[1] (ukurannya yang kecil ini juga dipakai untuk menggambarkan takaran iman dalam Matius 17:20 dan Lukas 17:6). Menurut sumber rabbinik, orang Yahudi tidak menanamnya di taman-taman,[1] dan ini sesuai dengan penggambaran Injil Matius bahwa benih itu tumbuh di sebuah ladang. Injil Lukas menyebutkan bahwa benih itu ditanam di sebuah kebun; tampaknya ditujukan kepada pembaca di luar tanah Israel.[1] I. Howard Marshall menulis bahwa perumpamaan ini "menggambarkan pertumbuhan kerajaan Allah dari awal yang kecil sampai menjadi ukuran sedunia."[1] Perumpamaan tentang ragi (yang di Injil Matius dan Lukas disampaikan setelahnya) mengandung makna yang sama mengenai pertumbuhan besar dari awal yang kecil. Sebagaimana Perumpamaan seorang penabur, yang di Injil Matius dan Markus disampaikan sebelumnya dalam pasal yang sama, orang yang menaburkan benih melambangkan Yesus Kristus,[2] dan tanaman itu adalah Kerajaan Allah. Burung-burung yang bersarang mungkin merujuk kepada tulisan di Perjanjian Lama yang menekankan jangkauan universal Kerajaan Allah,[3] seperti dalam Kitab Daniel (Daniel 4:12). Namun, tanaman sesawi yang sesungguhnya tampaknya tidak akan menarik burung-burung untuk bersarang di cabang-cabangnya,[2] sehingga "Yesus rupanya sengaja menekankan gambaran menakjubkan yang berlebih dalam analogi-Nya."[3] Komentator lain berpendapat bahwa burung-burung ini melambangkan orang-orang non-Israel yang mencari perlindungan pada Israel[4][5] atau "orang-orang berdosa" dan pemungut cukai, yaitu dengan siapa Yesus bergaul dan dikecam karenanya.[6] Beberapa komentator memandang "burung-burung" ini secara negatif, menggambarkan guru-guru palsu yang menyerang gereja.[7] Sejumlah orang mengidentifikasi elemen "subversif dan bersifat skandal"[5] dalam perumpamaan ini, yaitu pertumbuhan pesat dari tumbuhan sesawi ini membuatnya "lalang yang jahat"[5] dengan "sifat pengambilalihan yang berbahaya".[5] Plinius yang Tua, dalam tulisannya Natural History (diterbitkan sekitar tahun 78 M) menulis bahwa "sesawi (mustard)… sangat bermanfaat untuk kesehatan. Tumbuhnya liar, meskipun diperbaiki dengan transplant; tetapi di sisi lain saat sudah ditaburkan, sangat sulit menemukan tanah yang tidak ditumbuhinya, karena benih itu ketika jatuh ke tanah akan segera bertumbuh."[8] Ben Witherington mencatat bahwa Yesus dapat saja memilih pohon besar lain untuk perumpamaannya, dan bahwa tumbuhan sesawi itu menunjukkan bahwa "Meskipun jangkauannya tampak kecil seperti sebuah benih selama masa pelayanan Yesus, perkembangannya akan menjadi besar tak terbendung dan berakar teguh, sehingga akan ada yang berlindung di dalamnya sementara yang lain menganggapnya jelek dan berusaha mencabutnya habis."[6] Lihat pula
Referensi
Pranala luar |