Timah(IV) oksida, juga dikenal sebagai stanni oksida, adalah senyawa anorganik dengan rumusSnO2. Bentuk mineral SnO2 adalah kasiterit, dan ini adalah bijih utama timah.[9] Dengan banyaknya nama lain, oksida timah ini adalah bahan baku paling penting dalam industri timah. Ia berupa padatan tak berwarna, diamagnetik, dan amfoter.
Struktur
Ia mengkristal dengan struktur rutil. Dengan demikian atom timah adalah koordinasi enam dan atom oksigen adalah koordinasi tiga.[9] SnO2 biasanya dianggap sebagai semikonduktor tipe n yang kekurangan oksigen.[10]
Bentuk hidrat dari SnO2 disebut sebagai asam stanat. Bahan semacam itu tampak sebagai partikel terhidrasi dari SnO2 dimana komposisinya mencerminkan ukuran partikel.[11]
Preparasi
Timah(IV) oksida terjadi secara alami. Timah(IV) oksida sintetis diproduksi dengan membakar logam timah di udara.[11] Produksi tahunan berkisar 10 kiloton.[11] SnO2 direduksi secara industri menjadi logam dengan karbon di tungku reverberatory pada 1200-1300 °C.[12]
Amfoterisme
Meskipun SnO tidak larut dalam air, ia bersifat amfoterik, larut dalam basa dan asam.[13] "Asam stanat" mengacu pada timah(IV) oksida, SnO2, terhidrasi yang juga disebut "stani hidroksida."
Timah oksida larut dalam asam. Asam halogen menyerang SnO2 menghasilkan heksahalostanat,[14] misalnya [SnI' Too many ('";. Satu laporan menggambarkan reaksi sampel saat direfluks dengan HI selama berjam-jam.[15]
SnO + 6 HI → H + 2 H
Demikian pula, SnO2 larut dalam asam sulfat membentuk stani sulfat:[11]
SnO + 2 H → Sn(SO' Too many ('"; + 2 H
SnO larut dalam basa kuat membentuk "stanat", dengan rumus nominal Na.[11] Melarutkan padatan SnO/lelehan NaOH dalam air membentuk Na, "preparat garam," yang digunakan dalam industri pewarna.[11]
Kegunaan
Dalam hubungannya dengan vanadium oksida, stanni oksida digunakan sebagai katalis untuk oksidasi senyawa aromatik dalam sintesis asam karboksilat dan anhidrida asam.[9]
Glasir keramik
Timah(IV) oksida telah lama digunakan sebagai opasifier dan sebagai pewarna putih di glasir keramik.[16] Hal ini mungkin yang mengarahkan pada penemuan pigmen timbal-timah-kuning, yang diproduksi dengan menggunakan timah(IV) oksida.[17] Penggunaan timah(IV) oksida telah sangat umum pada pengglasiran gerabah, saniter dan ubin dinding; lihat artikel glasir timah dan tembikar berglasir timah. Oksida timah tetap berbentuk suspensi dalam matriks vitreous pada glasir yang dibakar, dan, dengan indeks biasnya yang tinggi yang cukup berbeda dari matriks, cahaya tersebar, dan karenanya meningkatkan opasitas glasir. Tingkat peleburan meningkat sebanding dengan suhu pembakaran, dan karenanya tingkat opasitas berkurang.[18] Meskipun tergantung pada konstituen lain, kelarutan timah oksida dalam lelehan glasir pada umumnya rendah. Kelarutannya dinaikkan oleh Na, K dan B, dan dikurangi dengan CaO , BaO, ZnO, Al, dan sampai batas tertentu PbO.[19]
SnO2 telah digunakan sebagai pigmen dalam pembuatan gelas, enamel dan glasir keramik. SnO2 murni memberi warna putih susu; warna lain diperoleh bila dicampur dengan oksida logam lainnya mis. V kuning; Cr pink; dan biru abu-abu Sb.[11]
Pemoles
Timah(IV) oksida dapat digunakan sebagai serbuk pemoles,[11] terkadang dalam campuran juga dengan timbal oksida, untuk memoles kaca, perhiasan, marmer dan perak.[1] Timah(IV) oksida untuk penggunaan ini kadang disebut "bubuk dempul"[13] atau "dempul perhiasan".[1]
Penyalut kaca
Penyalutan SnO2 dapat diterapkan dengan menggunakan deposisi uap kimia, teknik deposisi uap yang menggunakan SnCl4[9] atau trihalida organotimah[20] misalnya Butiltimah triklorida sebagai zat volatil. Teknik ini digunakan untuk meyalut botol kaca dengan lapisan tipis (<0,1 μm) SnO2, yang membantu menempelkan lapisan pelindung polimer berikutnya seperti polietilena ke kaca.[9]
Lapisan yang lebih tebal yang didoping dengan ion Sb atau F adalah penghantar listrik dan digunakan pada perangkat elektroluminesen.[9]
^Pradyot, Patnaik (2003). Handbook of Inorganic Chemicals. The McGraw-Hill Companies, Inc. hlm. 940. ISBN0-07-049439-8.
^ abcdBaur, W.H. (1956). "Über die Verfeinerung der Kristallstrukturbestimmung einiger Vertreter des Rutiltyps: TiO2, SnO2, GeO2 und MgF2". Acta Crystallographica. 9 (6): 515–520. doi:10.1107/S0365110X56001388.
^ abStannic oxide dalam Linstrom, P.J.; Mallard, W.G. (eds.) NIST Chemistry WebBook, NIST Standard Reference Database Number 69. National Institute of Standards and Technology, Gaithersburg MD. http://webbook.nist.gov (diakses tanggal 2014-07-04)
^Lesley Smart, Elaine A. Moore (2005), Solid State Chemistry: An Introduction, CRC Press, ISBN0-7487-7516-1Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
^ abcdefghHolleman, A. F.; Wiberg, E. (2001), Inorganic Chemistry, San Diego: Academic Press, ISBN0-12-352651-5
^J.L. Wardell (1995), R. Bruce King, ed., "Tin: Inorganic chemistry", Encyclopedia of Inorganic Chemistry, John Wiley & Son Ltd., ISBN0-471-93620-0
^Joseph Watson, Sensors Nanoscience Biomedical Engineering and Instruments, ed., "The stannic oxide semiconductor gas sensor", The Electrical engineering Handbook (edisi ke-3rd), R.C Dorf: CRC Press Taylor and Francis, ISBN0-8493-7346-8
^
Dibb A.; Cilense M; Bueno P.R; Maniette Y.; Varela J.A.; Longo E. (2006). "Evaluation of Rare Earth Oxides doping SnO2.(Co0.25,Mn0.75)O-based Varistor System". Materials Research. 9 (3): 339–343. doi:10.1590/S1516-14392006000300015.
^
A. Punnoose; J. Hays; A. Thurber; M. H. Engelhard; R. K. Kukkadapu; C. Wang; V. Shutthanandan & S. Thevuthasan (2005). "Development of high-temperature ferromagnetism in SnO2 and paramagnetism in SnO by Fe doping". Phys. Rev. B. 72 (8): 054402. doi:10.1103/PhysRevB.72.054402.