Taman Nasional Laiwangi Wanggameti
Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti (disingkat TNLW) adalah sebuah daerah perlindungan flora dan fauna di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.576/Kpts-II/1998 tanggal 3 Agustus 1998, luas kawasan TNLW adalah 470,1 km² mencangkup empat kecamatan di di Kabupaten Sumba Timur. Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti merupakan suatu perwakilan berbagai tipe hutan di pulau Sumba, termasuk hutan elfin yang jarang terdapat dan memiliki keanekaragaman jenis bernilai cukup tinggi terutama yang terdapat pada ketinggian 800 meter dari permukaan laut.[1] Musim kunjungan terbaik yaitu bulan Maret sampai dengan Juni dan Oktober sampai dengan Desember setiap tahunnya. Kekayaan Flora & FaunaDi kawasan ini terdapat jenis tumbuhan antara lain Jambu hutan (Syzygium sp.), Pulai (Alstonia scholaris), Beringin (Ficus sp.), Kenari (Canarium oleosum), Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum), Honggi (Myristica littoralis), Suren (Toona sureni), Taduk (Sterculia foetida), Kesambi (Schleichera oleosa), dan Hangkang (Palaquium obovatum). Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti merupakan habitat dari beberapa satwa liar seperti kera ekor panjang (Macaca fascicularis fascicularis), Babi hutan (Sus sp.), Biawak (Varanus salvator), Ular sanca Timor (Phyton timorensis), dan Ayam hutan (Gallus gallus). Selain itu, yang merupakan populasi utama adalah Burung Walik Rawamanu (Ptilinopus dohertyi, Punai Sumba (Treron teysmannii) dan berbagai jenis burung lainnya seperti Gemak Sumba (Turnix everetti), Kakatua cempaka (Cacatua sulphurea citrinocristata), Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), Nuri (Lorius domicella), Sikatan Sumba (Ficedula harterti), Kepodang-sungu Sumba (Coracina dohertyi), dan Burung-madu Sumba (Nectarinia buettikoferi). Tercatat sebanyak 43 jenis kupu-kupu termasuk tiga jenis endemik di Nusa Tenggara yaitu kupu-kupu halipron (Troides haliphron naias), Elimnias amoena, Sumalia chilo, Ideopsis oberthurii, dan Athyma karita. PariwisataDi sekitar Taman Nasional Laiwangi-Wanggameti banyak dijumpai kuburan kuno yang diukir dengan beberapa motif seperti kuda, kerbau, orang lelaki dan wanita. Kuburan kuno ini merupakan simbol dan status sosial dari keluarga yang ditinggalkan. Perpaduan beberapa tipe ekosistem dengan bentang alam yang berbukit terjaldan lembah yang dalam, merupakan pemandangan alam yang eksotis khas Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Panorama yang eksotis ini dapat dinikmati melalui paket kegiatan wisata jelajah rimba dan pendakian. Beberapa pintu masuk atau titik pemandangan yang paling ideal untuk menikmati keindahan panorama eksotis TNLW tersebut antara lain Desa Nangga, Desa Wanggameti, Dataran Tinggi Katikuwai, dan Puncak Gunung Wanggameti. Selain objek panorama bentang alam, juga terdapat objek-objek khusus, seperti:
FasilitasLaiwangi-Wanggameti belum lama ditunjuk sebagai taman nasional, sehingga fasilitas untuk pengunjung masih sangat terbatas. Akomodasi yang tersedia berupa homestay yang disediakan dan dikelola oleh masyarakat setempat. AksesbilitasKupang-Kota Waingapu menggunakan pesawat terbang sekitar satu jam, kemudian dari Kota Waingapu-Watumbaka-Maujawa-Melolo-Kanagar melalui jalan darat dengan kendaraan roda empat selama sekitar dua jam, yang dilanjutkan ke lokasi taman nasional (Desa Wanggameti, Desa Tana Rara dan Desa Tabundung). Referensi
Pranala luar
|