Pulau MakianPulau Makian adalah salah satu pulau yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Indonesia. Bagian utara Pulau Makian berbatasan dengan Pulau Tidore, sedangkan bagian selatan berbatasan dengan Pulau Kayoa dan Pulau Bacan. Ekosistem di pesisir Pulau Makian adalah terumbu karang. Ekosistem terumbu karang di Pulau Makian menjadi tempat tinggal bagi 118 genus ikan reumbu karang serta 63 genus dari 19 famili terumbu karang. Di Pulau Makian ada habitat hewan endemik seperti penyu lekang dan hiu putih.[1] Pulau Makian merupakan produsen sekaligus jalur perdagangan rempah-rempah. Pada masa lalu, Pulau Makian menjadi salah satu pelabuhan dagang yang didatangi oleh orang Arab, Tiongkok, maupun Eropa. Komoditas utama yang dihasilkan dan diperdagangkan di Pulau Makian adalah cengkih. Pulau Makian merupakan penghubung antara Pulau Banda dan Pulau Hitu atau Pulau Ambon. Di Pulau Makian terdapat benteng peninggalan Belanda bernama Benteng Mauritius yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang pertama, Pieter Both (1609-1614 M.) pada tahun 1612 Masehi. Selain itu ada gudang penyimpanan rempah-rempah bernama Zeeburgh, yang dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Maluku, Jacques Lefebvre (1625-1629). Pulau Makian juga mempunyai lanskap berupa gunung berapi bernama Gunung Kie Besi dengan puncak setinggi 1.300 meter di atas permukaan laut. Gunung Kie Besi sering meletus sehingga membuat Pulau Makian menjadi daerah rawan bencana alam bagi pemukiman penduduk akibat banjir lahar dan penyebaran awan panas. Pulau Makian dihuni oleh Suku Makian.[2] Pulau Makian merupakan produsen cengkeh. Produksi puting cengkehnya bisa mencapai 1500-1600 bahar per tahun.[3] Referensi
|