Kota Tidore Kepulauan
SejarahKota ini sudah terkenal sejak zaman penjajahan dahulu karena cengkih dan pala. Bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di Tidore adalah pelaut dari Spanyol yang sampai ke Tidore tahun 1512. Kota ini juga sempat menjadi ibu kota provinsi perjuangan Irian Barat. Gubernur pertamanya adalah Zainal Abidin Syah yang juga Sultan Tidore. Kota Tidore Kepulauan memiliki sejarah panjang perjalanan pemerintahan yang berakar dari sistem ketatanegaraan Kesultanan yang telah dimulai sejak fase pemerintahan “Kolano se i rayat” (penguasa bersama rakyat) hingga sistem pemerintahan “Kolano se ibobato Dunya se Akhirat” (Sultan bersama staf urusan dunia/pemerintahan dan urusan akhirat/agama) yang telah berlangsung sejak kurang lebih 700 tahun lalu.[6] Sejak zaman Sultan Syaifuddin atau Jou Kota, sistem pemerintahan dibagi atas dua bagian, yakni:
Sejarah mencatat bahwa Tidore pada masa lampau merupakan kota bandar internasional yang menjadi salah satu pusat kawasan rempah dunia bersama Ternate, Moti, Bacan dan lainnya yang secara internasional dikenal sebaga Dunia Maluku. Tidore sebagai bagian dari kepulauan Maluku pada saat itu menjadi titik temu dan perkenalan nusantara dengan dunia luar. Perdagangan rempah-rempah telah menempatkan kepulauan Maluku sebagai bandar niaga penting dunia yang telah tercatat sejak periode Dinasti Tang pada abad ke-7 (618-907 M).[6] Tidore juga melahirkan tokoh-tokoh besar yang berdedikasi dan kontribusinya dalam pentas sejarah Indonesia, seperti Sultan Malikiddin Mansyur Kaicil Maluku, Sultan Syaifuddin Iskandar Zulkarnain atau Jou Kota. Pahlawan yang paling terkenal secara nasional adalah Sultan Saidul Jehad el Ma’bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan atau dikenal dengan Sultan Nuku (1738 – 1805), yang mana sejarah perlawanannya terhadap Belanda telah diakui, sehingga dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Selain itu, ada Sultan Ahmadul Mansyur Sirajuddin yang menjadi salah satu peletak dasar gagasan toleransi antar umat beragama dengan mengirimkan beberapa bobato (Menteri) Kesultanan Tidore untuk mendampingi perjalanan Otto-Geisller dari Misi Jesuit untuk misi Perkabaran Injil di tanah Papua (Mansinam/Manokwari).[6] Setelah Papua masuk ke wilayah Republik Indonesia, statusnya berubah menjadi ibu kota daerah administratif Halmahera tengah dengan ibu kota Soasio. Tahun 1990, status daerah administratif berubah menjadi Kabupaten Halmahera Tengah. Pada tahun 2003, Tidore menjadi kota dengan nomenklaturnya Kota Tidore Kepulauan, dengan penjabat wali kota pertama adalah Drs. M. Nur Djauhari dan penjabat wali kota kedua adalah Drs. Mahmud Adrias. GeografiSecara astronomis, Kota Tidore Kepulauan berada antara 0°47'20,92" LU dan 127°37'7,02" BT sampai dengan 0°1'27,56" LS dan 127°47'47,42" BT, serta antara 0°34'21,78" LU dan 127°49'53,79" BT sampai dengan 0°43'57,99" LU dan 127°21'43,03" BT. Total luas wilayah Kota Tidore Kepulauan adalah ±2.875,09 km² yang terdiri dari daratan dengan luas ±1.703,16 km² dan lautan dengan luas ±1.171,93 km², serta memiliki panjang garis pantai ±245,38 km. Wilayah Kota Tidore Kepulauan meliputi sebagian daratan utama Pulau Halmahera dan 16 pulau lainnya yang masuk dalam kategori pulau kecil seperti : Pulau Tidore, Pulau Maitara, Pulau Mare, Pulau Failonga, Pulau Sibu, Pulau Woda, Pulau Raja, Pulau Guratu, Pulau Tameng, Pulau Joji, Pulau Taba/Tawang, Pulau Pasi Raja/Pasi Lamo, Pulau Pasi Kene, Pulau Doyado Madola, Pulau Sosa Gamgau 1, dan Pulau Sosa Gamgau 2.[6] Batas wilayahKota Tidore Kepulauan berbatasan dengan kota/kabupaten lainnya di wilayah Maluku Utara, yaitu:[6]
TopografiDaerah Kota Tidore Kepulauan secara fisiografis dapat dibagi manjadi 2 (dua) bentukan utama, yaitu: pada daerah Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. Pulau Tidore memiliki batuan bentukan asal gunung api. Batuan ini memiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2% hingga lebih dari 40%, hal ini sesuai dengan jenis bentukan asal batuan vulkanik. Sedangkan, wilayah Kota Tidore Kepulauan yang berada di daratan Pulau Halmahera memiliki karakteristik geomorfologi yang meliputi dataran alluvial, perbukitan denudasional, perbukitan denudasional ultramafik, plato, dan monoklin.[6] Dilihat dari topografi tiap pulau, hanya Pulau Tidore yang memiliki topografi yang curam dibandingkan dengan tiga gugusan pulau terdekatnya, yaitu berkisar antara 15–40% dan bahkan sebagian >40%. Daerah-daerah yang mempunyai topografi datar sampai landai di Pulau Tidore dapat ditemui di Kelurahan Dowora, sebagian Kelurahan Indonesiana, Rum, dan Ome.[6] IklimSeperti wilayah lain di Indonesia, Kota Tidore Kepulauan beriklim tropis dengan kelembapan dan suhu udara yang selalu konstan sepanjang tahunnya. Oleh karena wilayahnya yang dilalui garis khatulistiwa, Kota Tidore Kepulauan termasuk dalam kategori iklim tropis ekuatorial dengan curah hujan yang cenderung tinggi sepanjang tahun.
PemerintahanWali Kota
Dewan PerwakilanBerikut ini adalah komposisi anggota DPRD Tidore dalam tiga periode terakhir.
Daftar KecamatanKota Tidore Kepulauan terdiri atas 8 kecamatan, 40 kelurahan, dan 49 desa dengan luas wilayah 1.645,73 km² dan jumlah penduduk 111.431 jiwa (2017). Kode Wilayah Kota Tidore Kepulauan adalah 82.72.[12][13][14][15][16]
PendidikanSarana pendidikan di kota ini cukup lengkap, dengan dua perguruan tinggi yaitu Universitas Nuku dan STMIK Tidore Mandiri, Akbid Gatra Buana dan Universitas Bumi Hijrah di Sofifi. PariwisataBeberapa objek wisata yang ada di kota ini adalah pantai Ake Sahu, taman laut Pulau Maitara, museum Kesultanan Tidore Sonyine Malige, pantai Cobo, benteng Tahua dan tugu pendaratan "Sebastiano De Elcano" (pelaut dari Spanyol). Wisata Pulau Failonga. Untuk Wisata Spiritual Kelurahan Gurabunga menjadi tempat tujuan utama serta Beberapa Makam Aulia yang muncul dengan sendirinya yang disebut JERE. Makanan KhasMakanan khas kota ini yang tidak terdapat di daerah lain di Maluku Utara adalah lapis tidore, kue bilolo, kue kale-kale, kue abu, mam raha, tela gule, uge ake, dan popeda. Serta Kumpulan makanan adat yang dinamakan Ngam Saro. BudayaBarifola adalah tradisi gotong-royong masyarakat Tidore dalam hal membangun rumah warga yang tidak mampu. KesehatanTransportasiTransportasi yang ada di kota ini adalah mikrolet, becak motor, ojek . Untuk ke kota ini, bisa di tempuh dari kota Ternate dengan feri dengan waktu tempuh 30 menit dan speedboat yang waktu tempuhnya tak sampai 10 menit dari Ternate. Di kota ini juga terletak Kelurahan Sofifi, Kecamatan Oba Utara yang merupakan ibu kota defenitif provinsi Maluku Utara. Rencananya setelah infrastruktur pemerintahan dan fasilitas lainnya dibangun, aktivitas pemerintahan akan dipindahkan dari Ternate ke daerah ini. Sofifi berada di kecamatan Oba Utara pulau Halmahera. Untuk diketahui, wilayah Kota Tidore Kepulauan terdiri dari Kecamatan Tidore Utara, Kecamatan Tidore Selatan, Tidore Timur dan Kecamatan Tidore (terletak di pulau Tidore) dan Kecamatan Oba, Oba Tengah, Oba Selatan serta Kecamatan Oba Utara (terletak di pulau Halmahera). Tokoh TidoreSalah satu tokoh asal Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku yang juga telah diangkat sebagai pahlawan nasional. Nama tokoh ini juga diabadikan sebagai nama kapal perang KRI Nuku. Tokoh lainnya adalah Zainal Abidin Syah, gubernur pertama Papua Barat tahun 1950-an yang pada waktu itu beribu kota di Soa Sio Tidore. Referensi
Pranala luarWikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|