Komando Mandala
Komando Mandala atau disingkat KOLA, adalah sebuah komando yang dibentuk oleh Soekarno pada tanggal 2 Januari 1962 setelah Operasi Trikora dikomandokan di Yogyakarta, melalui keputusan Presiden No. I/1962. Komando Mandala dibentuk untuk membebaskan Irian Barat, bersifat gabungan yang mempunyai wilayah meliputi:
Komando ini berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan-Tenggara. Berkat Komando Mandala, Ellsworth Bunker, perwakilan Amerika Serikat mengajukan usul terhadap permasalahan Belanda - Indonesia yang akhirnya dapat di selesaikan dengan Irian Barat kembali ke tangan Indonesia. Latar belakangKetika tentara Jepang mengalami kekalahan di Asia, dari Sekutu, maka di Indonesia mulai masuk AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) bersama Belanda melalui NICA yang bertujuan mengambil alih pendudukan Jepang di Indonesia. Dan sesuai perjanjian Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia tanpa syarat kecuali Irian Barat. Indonesia ingin agar semua daerah bekas penjajahan Hindia Belanda menjadi wilayahnya, namun Belanda menolaknya. Dan sesuai keputusan dari Konferensi Meja Bundar, persoalan Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah terbentuknya Republik Indonesia Serikat ( RIS ). Namun pada 19 Februari 1952, Belanda secara diam-diam melanggar hasil keputusan dari KMB dengan memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam konstitusinya.[2] Setelah Indonesia mencoba beberapa kali melalui usaha diplomasi melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa mengalami kegagalan, maka dimulai usaha melalui operasi militer dengan diinstruksikannya Trikora oleh presiden Soekarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor I/1962 tentang perintah pembentukan Komando Mandala (KOLA) untuk membebaskan Irian Barat, dimana komando ini bersifat gabungan, dan bertugas sebagai berikut:[2]
Tanggal 11 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Brigjen TNI Soeharto (sebelumnya beliau menjabat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat dan Komandan Pasukan Tjadangan Umum Angkatan Darat),[4] sebagai Panglima Komando Mandala, dengan pelantikannya dilaksanakan pada 13 Januari 1962, dimana pangkatnya dinaikkan satu tingkat menjadi Mayor Jenderal. Sedangkan untuk pelantikan kenaikan pangkat menjadi Mayor Jenderal Soeharto dilaksanakan pada 23 Januari 1962 bertempat di Istana Bogor, dilantik oleh Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Soebroto. Kedudukannya berada langsung dibawah Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat (Pangbes KOTI/Pemirbar) yang juga dijabat oleh Presiden Soekarno. Dalam posisinya sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI)/Pangbes KOTI/Permirbar, beliau mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1962 dengan isi sebagai berikut:
Operasi Militer ini direncanakan dalam tiga tahap, dimana tahap pertama adalah tahap Inflitrasi (sampai akhir 1962), yaitu tahapan pendaratan pasukan dari udara dan laut dengan tujuan untuk penguasaan wilayah dan membawa serta rakyat Irian Barat untuk membebaskan wilayahnya. Tahap kedua, adalah tahap Eksploitasi (mulai awal 1963) dengan mengadakan serangan terbuka kepada pusat militer Belanda dan semua pos militer pentingnya. Dan tahap ketiga adalah tahap Konsolidasi (awal 1964), yaitu menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh wilayah Irian Barat.[5] StrukturSaat dibentuknya KOLA, negara dalam keadaan sulit dan untuk melaksanakan operasi, kesiapan pasukannya belum maksimal, sehingga Panglima KOLA meminta wewenang untuk mempersiapkan operasi gabungan dan membentuk kawasan perang dengan wilayah Irian Barat dan Indonesia Bagian Timur, sehingga KOLA disusun dalam dua bagian, meliputi:
Dalam hal ini, pemegang kendali operasi Komando Pasukan Gabungan Mandala dipegang oleh Panglima KOLA. Komponen utama dari KOLA adalah:[6]
Komando ini memiliki tiga tingkat yang mempunyai rantai komando sebagai berikut:[2]
Secara keseluruhan organisasi untuk pembebasan Irian Barat berupa:[2]
Komando ini terdiri atas dua staf, meliputi:[2]
Markas Komando ini awalnya menempati markas Korps Caduad, Jakarta Pusat, dan baru pada tanggal 12 Maret 1962 dipindahkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, sedangkan Pos Komando Mandala Depan (Poskopan), bertempat di Ambon.[9] Angkatan Udara Mandala (AULA)AULA merupakan komponen utama KOLA dimana secara operasional ia dibawah Panglima Mandala (PangLa) sedangkan secara administrasi berada di bawah Menteri/Panglima Angkatan Udara (Men/Pangau) dibawah pimpinan Komodor Udara Leo Wattimena yang juga merangkap sebagai Wakil Panglima II KOLA.[10] AULA bermarkas di Markas Besar Angkatan Udara (MBAU) dibantu oleh Komando Udara (Korud) III dan Korud IV/Maluku, yang berfungsi sebagai staf operasi untuk menyiapkan pangkalan-pangkalan yang diperlukan untuk operasi. Sedangkan Korud III/Makassar berfungsi sebagai Staf Logistik sebagai tempat penimbunan. Ada tiga badan yang menangani operasi udara Mandala;
Gubernur MiliterKOLA bertugas melaksanakan Operasi militer pembebasan Irian Barat dari penjajahan Belanda, sedangkan untuk pemerintahannya, KOTI (Komando Operasi Tertinggi) membentuk Pemerintahan Militer dengan jabatan tertingginya adalah Gubernur Militer. Selain itu juga diterbitkan Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 7 Tahun 1962 tanggal 25 Juni 1962, tentang Perbantuan Komponen Sipil Pada Gubernur Militer Mandala oleh Presiden Soekarno. Susunan staf Gubernur Militer Mandala adalah :
Gubernur Kepala Daerah dan Penguasa Perang Daerah (Peperda) serta Kepolisian di bawah koordinasi Gubernur Militer Mandala. Area wilayahnya meliputi provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Maluku/Irian Barat. Tugasnya adalah:
Dalam hal ini, Kepolisian Irian Barat dibawah pimpinan AKP Sabar Kumbino juga disub-ordinasikan kepada Gubernur Militer Mandala. Ia berkedudukan di Soasiu berkekuatan satu Resimen Tim Pertempuran (RTP) yang dipimpin AKP Sutrasno.[2] Lihat jugaReferensi
Daftar PustakaSaragih, Maylina (2019). Heroisme PGT Dalam Operasi Serigala. Subdisjarah Dispenau. Pranala luar |