Bank JawaBank Jawa (bahasa Belanda: De Javasche Bank N.V., disingkat sebagai DJB) bank penerbit mata uang di Hindia Belanda, didirikan pada 1828 dan dinasionalisasi pada 1951 oleh Pemerintah Indonesia untuk menjadi bank sentral negara Indonesia yang baru saja merdeka, kemudian diubah namanya menjadi Bank Indonesia. Lebih dari seabad, Bank Jawa merupakan institusi utama dari sistem finansial Hindia Belanda bersama dengan tiga "bank komersial besar" (Netherlands Trading Society, Nederlandsch-Indische Handelsbank, danNederlandsch-Indische Escompto Maatschappij),[1] dimana bank-bank tersebut merupakan bank penerbit mata uang sekaligus bank komersial. Latar belakangBank pertama yang didirikan di kepulauan Indonesia adalah Bank van Courant, yang didirikan pada 1746, untuk mendukung aktivitas dagang. Pada 1752, bank tersebut berubah nama menjadi De Bank van Courant en Bank Van Leening dan diberikan mandat untuk memberikan pinjaman kepada pegawai dari Perusahaan Hindia Timur Belanda. Pada 1818, bank ini ditutup karena krisis finansial.[2] Periode kolonial BelandaWillem I dari Belanda memberikan izin untuk mendirikan bank swasta di Hindia Belanda pada 1826, yang bernama De Javasche Bank. Bank ini didirikan pada 24 Januari 1828, dan kemudian menjadi bank penerbitan mata uang di Hindia Belanda, mencetak dan mengatur Gulden Hindia Belanda. Pada 1829, bank membuka kantor cabang di Semarang dan Surabaya, kemudian membukan cabang di Padang (1864), Makassar (1864), Cirebon (1866), Solo (1867), Pasuruan (1867), Yogyakarta (1879), Pontianak (1906), Bengkalis (1907), Medan (1907), Banjarmasin (1907), Tanjungbalai (1908), Tanjungpura (1908), Bandung (1909), Palembang (1909), Manado (1910), Malang (1916), Kutaraja atau Banda Aceh (1918), Kediri (1923), Pematang Siantar (1923), dan Madiun (1928).[2] Pada 1891, DJB direpresentasikan oleh Nederlandsche Handel-Maatschappij di Belanda. Pada tahun yang sama, DJB membuka kantor di Amsterdam, yang pada 1922 diubah menjadi anak perusahaan yang diberi nama Bijbank Javasche Bank atau Javasche Bank Nederland.[3] Tidak lama kemudian, DJB membuka kantor di New York.[4] Saat masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda selama Perang Dunia ke-2, pihak Jepang menutup Bank Jawa dan seluruh bank milik Belanda dan barat pada Maret 1942, dan berusaha untuk merampas sebanyak mungkin aset-asetnya.[1] Pihak Jepang kemudian menggantinya dengan bank sentral ad hoc untuk Indonesia dengan nama Nanpo Kaihatsu Ginko . Bank Java baru bisa kembali beroperasi pasca penyerahan diri Jepang pada akhir musim panas 1945. Nasionalisasi dan kelanjutannyaBank Jawa kemudian dinasionalisasi oleh Pemerintahan Soekarno pada 1951, dan diubah namanya menjadi Bank Indonesia pada 1 Juli 1953. Saat itu, sebagian besar pegawai dari bank merupakan orang Eropa.[5] Pada 1962, Bank Indonesia pindah ke kantor pusat baru sedangkan bekas bangunan utamanya di Alun-alun Stasiun Jakarta Kota dibiarkan rusak dan baru direnovasi pada tahun 2000an dan dialih fungsikan sebagai Museum Bank Indonesia yang dibuka pada 21 Juli 2009. Pada 1966, bank afiliasi yang berada di Amsterdam diubah menjadi Indonesian Overseas Bank , yang kemudian berubah nama menjadi Indover Bank, bank tersebut ditutup ada 2008.[3] Kepemimpinan BankBerikut ini daftar dari pemimpin dari Bank Jawa, yaitu:
BangunanGedung utama dari Bank Jawa berada di Batavia didirikan pada 1909, bangunan ini didesain oleh Eduard Cuypers dan Marius Jan Hulswit , yang terletak di bekas rumah sakit kota. Bangunan tersebut di renovasi secara total pada 1926, menambahkan fasad baru pada alun-alun stasiun.[4] Kantor pusat dari tiga bank swasta terbesar dibangun berdekatan pada 1920an s.d 1930an, bank-bank tersebut adalah Nederlandsch-Indische Escompto Maatschappij di utara, Netherlands Trading Society di selatan, dan Nederlandsch-Indische Handelsbank di timur laut. Kantor di Amsterdam dibuka pada 1891 yang beralamat di 60 Reguliersdwarsstraat, sebuah kantor perwakilan yang menumpang pada Hollandsche Hypotheekbank. Kantor kemudian pindah ke Keizersgracht 668 pada April 1892. Pada 1920, DJB memperbesar kantor ke bangunan di Keizersgracht 664, dan pada 1937–1939, bank mendirikan kantor baru dengan nomor 664-666, yang dirancang pada 1936 oleh firma arsitektur Christiaan Posthumus Meyjes jr. dan Jakob van der Linden. Entitas penerusnya yaitu, Indover Bank tetap bertahan di tempat yang sama sampai dengan 1992, sebelum mereka pindah ke Stadhouderskade.[3]
Mata uang
Lihat juga
Catatan
|