Peristiwa ini merupakan ledakan bom pertama di Indonesia dengan sasaran rumah ibadah setelah rangkaian ledakan bom di Surabaya pada tahun 2018 lalu.
Ledakan
Ledakan terjadi di depan pintu Gereja Katedral Makassar beberapa saat setelah pelayanan misaMinggu Palma selesai dilaksanakan. Menurut polisi, pelaku mengendarai sepeda motor menuju arah parkir gereja namun dihalangi oleh petugas pengamanan. Saat pelaku berupaya menghindari halangan petugas keamanan, bom akhirnya meledak.[7][8]
Ledakan bom menyebabkan beberapa jemaat gereja yang selesai melaksanakan misa terluka. Ledakan ini juga merusak kendaraan yang berada di sekitar lokasi kejadian.
Reaksi
Pejabat tinggi negara dan daerah
Presiden Joko Widodo mengutuk keras kejadian tersebut. Selain itu, Presiden juga memerintahkan agar Kapolri Listyo Sigit Prabowo agar mengusut tuntas dan membongkar jaringan-jaringan hingga akar-akarnya[9]
Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin menyatakan tindakan tersebut adalah tindakan biadab yang menyalahgunakan pemahaman agama. Wapres juga mendesak polisi untuk menyelidiki serangan itu secepat mungkin.[10]
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengutuk serangan itu. Yaqut menyatakan bahwa tindakan tersebut tidak dibenarkan oleh agama apapun, bahkan ia mengajak agar para tokoh agama untuk mengajarkan pola beragama yang baik dan pentingnya beragama secara moderat.[11]
Juru Bicara Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Prof. Wiku Adisasmito menilai aksi terorisme tersebut sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi dalam masa pandemi. Ia juga berharap agar para korban aksi teror yang dirawat agar segera sembuh sehingga bisa kembali beraktivitas [12]
Walikota Danny Pomanto mendesak masyarakat untuk berhenti berbagi foto dan rekaman video ledakan tersebut.[13] Dia berencana untuk mengunjungi tempat kejadian dan menelepon pendeta gereja untuk memastikan tidak ada korban dari jemaat gereja.[14]
Pemuka, organisasi masyarakat dan organisasi agama
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), melalui Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan, Yang Mulia Monsinyur Dr. Yohanes Harun Yuwono, Pr. mengeluarkan tujuh poin sikap resmi KWI terhadap Pengeboman Katedral Makassar pada perayaan Minggu Palma. KWI mengecam keras tindakan tersebut yang dianggap dapat memprovokasi umat Katolik dan masyarakat di Indonesia. Tindakan tersebut dianggap merendahkan martabat manusia serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan di Indonesia.[15]
Nahdlatul Ulama mengutuk serangan tersebut, menyatakan bahwa apapun yang merusak kerukunan sosial tidak pernah dibenarkan.[16]
Alissa Qotrunnada, putri tertua mantan presiden dan aktivis demokrasi Abdurrahman Wahid menyampaikan belasungkawa dan mengutuk serangan itu sebagai "luka bangsa".[17]
Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) meminta masyarakat untuk tenang dan mempercayai pihak berwenang untuk menyelidiki serangan tersebut, sambil juga melarang orang untuk membagikan gambar serangan tersebut.[19]