Partai Acoma
Partai Acoma adalah sebuah partai politik komunis di Indonesia. Partai ini berkembang dari Angkatan Komunis Muda (Angkatan COmunis MudA, dikenal dengan singkatan 'Acoma'). Acoma diubah menjadi Partai Acoma pada tanggal 8 Agustus 1952[2] dan dipimpin oleh Ibnu Parna.[3] Acoma dikembangkan sebagai kelompok pemuda komunis yang didirikan pada 10 Juni 1946, yang para kadernya tidak bergabung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Partai ini sebagian besar dibuat oleh sisa-sisa pengikut Tan Malaka. Selain itu Acoma juga menjadi bagian dari Gerakan pro-Tan Malaka Revolusi Rakyat (GRR).[4][5] Secara politik, Partai Acoma dekat dengan Partai Murba,[6] namun beberapa gerilyawan Acoma juga bergabung dengan PKI, seperti Sidik Kertapati (yang menjadi anggota Komite Sentral PKI).[7] Partai Acoma juga menjadi faksi minoritas di SAKTI, Serikat Petani Indonesia. Selain itu, partai ini berhasil menunda selama dua tahun penggabungan SAKTI ke PKI pimpinan organisasi petani.[8] Pada Pemilu 1955, Partai Acoma mendapat 64.514 suara (0,2% suara nasional). Salah satu anggota parlemen terpilih adalah Ibnu Parna.[3][9] Setelah pemilu, Ibnu Parna bergabung dengan Fraksi Progresif Nasional, sebuah badan dari sepuluh anggota parlemen yang berasal dari Jawa.[10] Dalam Majelis Konstituante, Acoma mendukung blok Sosial-Ekonomi blok.[11] Pada awal tahun 1950, Partai Acoma mulai mengembangkan kontak dengan Trotskyis Sekretariat Internasional Internasional Keempat.[12] Pada tahun 1956, Ibnu Parna mengambil bagian dalam kongres dunia Internasional.[3] Pada tahun 1959, Partai Acoma berafiliasi kepada Sekretariat Internasional Internasional Keempat sebagai bagian dari Indonesia. Pada bulan Februari 1959, Ibnu Parna ditangkap karena telah mengecam Jenderal Abdul Haris Nasution dalam sebuah pamflet, meskipun ia memiliki kekebalan parlemen.[13] Partai ini dilarang pada tahun 1965.[14] Partai ini menjadi target oleh rezim baru Suharto[15] dan Ibnu Parna tewas dalam pembunuhan massal 1965 akibat peristiwa G30S/PKI.[3] Rujukan
|