Hinet
Hinet (ditulis hinet) merupakan operator seluler yang dioperasikan oleh PT Berca Hardayaperkasa (lewat anak usahanya PT Berca Global Access) dan beroperasi di jaringan 4G LTE sistem TDD (Time Division Duplex), di frekuensi 2,3 GHz dan lebar pita 30 MHz.[2] Hinet beroperasi di 8 kota besar, yaitu Pekanbaru, Makassar, Denpasar, Medan, Palembang, Pontianak, Balikpapan dan Batam. Sebelumnya, Hinet dikenal dengan nama WiGO yang beroperasi dengan sistem WiMAX sejak 2011. Pada 22 Oktober 2022, Hinet mengumumkan akan resmi menghentikan layanannya mulai 16 November 2022, setelah beroperasi lebih dari 10 tahun.[3] SejarahWiGOUpaya PT Berca Hardayaperkasa (perusahaan yang dimiliki oleh Murdaya Poo dan Siti Hartati Murdaya) untuk masuk ke industri operator seluler, dimulai ketika mereka mengikuti tender pembangunan jaringan sistem WiMAX di seluruh wilayah Indonesia yang diadakan pemerintah sejak 27 April 2009.[4] Pada 16 Juli 2009, anak perusahaan Berca, PT Berca Global Access[5] ditetapkan sebagai pemenang lelang broadband wireless access (BWA) dengan frekuensi 2,3 GHz di 7 zona (dari 15 zona yang ditenderkan), yaitu Sumatra tengah dan selatan, Sulawesi Selatan, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Kalimantan tengah dan timur serta Batam.[6] Namun, belum juga mengoperasikan sistem barunya tersebut, Berca terjerat masalah karena tidak membayar up front fee dan biaya hak penggunaan frekuensi kepada negara sebesar Rp 143 miliar. Dari awalnya diminta membayar pada 17 November, tetapi Berca mengulur-ulur pembayarannya pada 7 Desember 2009, sehingga dikenakan denda (dan hampir saja terancam dicabut izinnya). Manajemen Berca beralasan, mereka sedang mengurus perangkat modem WiMAX (disebut sebagai consumer premise equipment) yang pada waktu itu masih mahal di Indonesia sehingga menghalangi upayanya bermain di ranah ritel.[7][8][9] Setelah terhambat hampir setahun, pada 20 September 2010 sistem ini diluncurkan dengan nama WiGO, dengan awal pasarnya berada di Batam dan Medan, serta menyusul kota-kota di Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Murdaya Poo mengungkapkan optimismenya pada peluncuran tersebut, dengan harapan bahwa produknya ini bisa mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Pihak Berca menggandeng sejumlah perusahaan demi membangun infrastruktur dan sistem jaringan ini.[10] Namun, belum lagi dipasarkan, langkah Berca terganjal lagi oleh upaya pemerintah menerapkan sistem 16d yang dianggap bisa membangkitkan industri dalam negeri, sehingga Berca memutuskan menghentikan penjualan perangkatnya pada Agustus 2011.[11] Pada akhirnya pemerintah membebaskan untuk memakai varian lainnnya, yaitu 16e yang dianggap operator lebih kompetitif dalam soal harga.[12] Polemik itu mengakibatkan upaya perusahaan memasarkan produknya menjadi terhambat, hingga dimulai pada akhir 2011 dengan target awal 500 pelanggan.[13] Namun, waktu tersebut kemudian diundur lagi karena Berca baru mendapat izin pada 16 Februari 2012. Akibat dari hal tersebut, produk WiGO (terpaksa) diluncurkan ulang pada 23 Februari 2012 di Medan, Batam, Balikpapan dan Denpasar serta menargetkan ekspansi ke Pontianak, Makassar dan Pekanbaru. Pemilihan daerah ini dikarenakan menurut manajemen dianggap masih potensial mengingat rendahnya penetrasi internet dan jaringan di daerah tersebut. Meskipun pihak Berca mengeluh merugi akibat tindakan pemerintah sebelumnya, tetapi manajemen optimis bahwa mereka bisa meningkatkan BTS dari 200 menjadi 1000 di 2015 dan meningkatkan pelanggan dari target 2012 sebesar 300.000 menjadi 1.000.000 pada 2015. WiGO menawarkan ke publik internet yang cepat dengan harga terjangkau. Untuk menyukseskan upayanya, pihak Berca sudah menyediakan dana sebesar US$ 500 juta dan bekerjasama dengan Xirka (mitra Huawei) dan Panggung Electric (mitra ZTE).[14][15][16] Seiring waktu, menjelang awal 2013 WiGO sudah memperluas jaringannya di Medan, Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak, mempunyai 300 BTS dan 10.000 pelanggan.[17] Di tahun 2013, Berca menargetkan perluasan jaringan ke Samarinda, Banjarmasin, Tenggarong, Bontang dan kota-kota lainnya, menyiapkan anggaran US$ 20 juta, menambah 300 BTS baru dan meningkatkan pelanggannya menjadi 15.000.[18][19] Namun, walaupun sudah berekspansi, para ahli menyatakan sistem ini terlambat diterapkan di Indonesia dan pada 2015, pihak Berca menyatakan bahwa mereka tidak ingin melanjutkan lagi penggunaan WiMAX karena tidak lagi dikembangkan. Pihak Berca kemudian menyatakan keinginan mereka untuk bermigrasi ke sistem LTE. Awalnya, pihak Berca ingin tetap menggunakan merek WiGO, serta dalam persiapannya menganggarkan dana US$ 150 juta (mayoritas untuk perangkat) dan menggandeng Huawei sebagai penyedia infrastruktur. Berca menganggap petualangannya dengan WiMAX adalah "tahap belajar" mereka sebagai pemain baru. Target awal dari konversi sistem ini adalah Denpasar, Makassar dan Pekanbaru.[20] HinetPada akhirnya, pihak Berca memutuskan untuk mengganti merek WiGO dengan Hinet yang diluncurkan pada 5 Juli 2015. Hinet beroperasi dengan sistem 4G LTE time division duplex (TDD) di frekuensi 2,3 GHz. Berca mengklaim sistem ini menghasilkan internet cepat (hingga 100 Mbps), lebih baik dibanding HSDPA atau 3G, serta mempunyai harga yang terjangkau dibanding kompetitornya. Berca menyediakan dua produk awal Hinet yaitu mobile dan indoor WiFi. Untuk meningkatkan kinerjanya, pihak Berca membangun 400 BTS di tiga daerah awal operasional Hinet, yaitu Makassar, Denpasar dan Pekanbaru, ditambah 120-130 BTS baru yang direncanakan dibangun kemudian.[21][22] Manajemen menargetkan dengan sistem baru ini, pada 2019 Hinet sudah memiliki 1 juta pelanggan, dengan fokus pasar pelajar, mahasiswa dan pebisnis di luar Jawa karena dianggap potensial, serta Hinet diharapkan mampu membangun ekonomi pedesaan demi menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN.[23][24] Khusus pelanggan WiGO (10.000) akan segera dikonversi dengan tawaran istimewa bagi penggunanya, dan wilayah yang sudah dilayani WiGO akan segera dikonversi menjadi layanan Hinet. Berca juga mengklaim bahwa mereka akan lebih baik karena hanya bermain di data saja, walaupun ada yang menyangsikannya mengingat layanan Hinet yang terbatas dan adanya operator besar yang menyediakan layanan sejenis.[25][26] Namun, kemudian proyek konversi ini terhambat dan baru dipasarkan pada Februari 2016 karena di awal tahun itulah Berca baru mendapat izin dari pemerintah. Dalam proses komersialisasi ini, manajemen menargetkan menambah 200.000 pelanggan, menambah BTSnya menjadi 500 dan 80% daerah layanan Berca sudah menjadi 4G.[27][28][29] Namun, walaupun sudah berusaha untuk memasarkan produknya, nyatanya Hinet masih bisa dikatakan "tertatih-tatih". Hinet hanya tersedia di Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Batam, Medan, Palembang, Balikpapan dan Pontianak (yang hampir semuanya dahulu dilayani WiGO).[30] Bahkan, Hinet seperti terancam oleh kedatangan 5G karena frekuensinya di 2,3 GHz bersinggunggan dengan frekuensi yang ditargetkan digunakan oleh sistem terbaru ini. Izin sistem WiMAX dan broadband wireless access yang dimiliki Berca (satu-satunya di Indonesia) pun ada yang menyebutnya kesalahan dan disarankan untuk dicabut/dikembalikan izinnya karena dianggap kalah saing dan sudah tertinggal.[31][32][33] Ada juga yang menganggap bahwa kebijakan Kemenkominfo membatalkan lelang jaringan 5G-nya pada awal 2021 disebabkan oleh bersinggungannya jaringan 5G dengan sistem jaringan Hinet. Karena itulah, disarankan pemerintah mengadakan konsultasi dan kesepakatan dahulu sebelum lelang 5G ini dimulai agar bisa menentukan nasib jaringan Hinet kedepannya.[34] Penutupan layananAkhirnya, setelah beroperasi selama 12 tahun (entah sebagai WiGO dan Hinet) tanpa hasil yang memuaskan, perusahaan telekomunikasi ini memutuskan menghentikan operasinya pada 16 November 2022. Pelanggan yang masih tersisa, disarankan untuk me-refund pulsa sisa milik mereka di Gallery Hinet mulai tanggal 17 November–17 Desember 2022. Eks-pelanggan Hinet juga akan diberikan kesempatan untuk bermigrasi ke Smartfren dan Telkomsel Orbit dengan menggunakan perangkat Hinet yang ada.[3][35] Kerjasama dengan Telkomsel dilakukan karena spektrum frekuensi eks-Hinet dialihkan pemerintah ke operator seluler tersebut.[36] Tidak diketahui apa alasan resmi dari penghentian layanan ini, meskipun ada pengamat yang berpendapat kemungkinan karena kalah saing dan biaya hak frekuensi yang mahal.[35] Bisa dikatakan, Hinet merupakan operator terakhir eks-WiMAX yang menghentikan operasionalnya di Indonesia, setelah Internux (BOLT!) menghentikan layanan sejenis pada 2018 lalu. ProdukSebelumnya
Lihat pula
Referensi
Pranala luar
|