Christine Hakim

Christine Hakim
Christine Hakim pada tahun 2012
LahirHerlina Christine Natalia Hakim
25 Desember 1956 (umur 67)
Kuala Tungkal, Jambi, Indonesia
Pekerjaan
Tahun aktif1973—sekarang
Suami/istri
Jeroen Lezer
(m. 2000)
IMDB: nm0354604 Allocine: 17392 Allmovie: p139840
Facebook: christinehakimfanpage X: HakimChristine Instagram: christinehakimofficial Modifica els identificadors a Wikidata

Herlina Christine Natalia Hakim (lahir 25 Desember 1956) adalah seorang pemeran, produser, dan aktivis berkebangsaan Indonesia.

Christine merupakan aktris berketurunan campuran, dengan kerabatnya yang berasal dari Aceh, Minang, Jawa dan Timur Tengah.[1] Ia lahir di Jambi dan besarnya di Yogyakarta yang bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Cita-citanya berubah setelah ia ditemukan oleh Teguh Karya untuk filmnya pada tahun 1973 Cinta Pertama, sebuah peran yang menghantarkannya meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik dan membuatnya yakin untuk meneruskan kariernya dalam dunia seni peran. Sejak saat itu, ia telah membintangi sejumlah film, termasuk film Badai Pasti Berlalu tahun 1977 dan Tjoet Nja' Dhien tahun 1988; ia juga memiliki peran minor dalam film Hollywood tahun 2010 Eat Pray Love. Hingga 2018, ia telah mendapatkan delapan Piala Citra[2], menerima penghargaan seumur hidup dari Festival Film Indonesia[3], Indonesian Movie Actors Awards[4] dan Festival Film Internasional Cinemanila, serta ditunjuk sebagai anggota juri pada ajang Festival Film Cannes 2002.[1]

Christine mulai melebarkan sayapnya di dunia seni peran pada tahun 1998, berperan sebagai produser film Daun di Atas Bantal dan Pasir Berbisik serta kemudian melebar ke dalam pembuatan film dokumenter dan menjadi aktivis pendidikan dan autisme. Mulai tahun 2008, ia telah menjabat sebagai Duta Indonesia untuk UNESCO, dengan fokus pada masalah pendidikan.[5]

Kehidupan awal

Christine lahir di Kuala Tungkal, Jambi pada 25 Desember 1956, sebagai putri dari Hakim Thahar dan Oma Nurhadiaty Hakim, dan dibesarkan di Yogyakarta. Ia adalah keturunan campuran, dengan kerabatnya berasal dari Padang, Aceh, Banten, Pekalongan, Madiun, dan Timur Tengah; hal ini menyebabkan ia mempertanyakan identitasnya saat ia kanak-kanak dan remaja.[1] Meskipun berasal dari keluarga Muslim, orang tuanya menamainya Christine dan Natalia karena ia lahir pada Hari Natal.[6]

Karier

Awalnya, Christine tidak berniat menjadi seorang aktris. Ia bercita-cita menjadi seorang arsitek atau psikolog. Namun, nasibnya kemudian berubah setelah berperan dalam film Teguh Karya tahun 1973 Cinta Pertama. Teguh Karya menawarinya peran tersebut setelah melihat foto-foto pemodelannya di sebuah majalah; meskipun hanya pemodelan untuk membantu temannya. Ia tidak dapat menolak permintaan Teguh Karya karena takut tidak sopan kepada orang yang "hangat dan ramah" itu. Ia kemudian menjelaskan bahwa Teguh Karya telah "menggulung [nya], perlahan, perlahan, seperti seorang nelayan," dan mempertimbangkan untuk meninggalkan peran setelah menyelesaikan syuting. Karyanya di Cinta Pertama mengantarkannya meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik, yang meyakinkannya untuk terus berakting.[1] Teguh Karya kemudian mengatakan kepadanya bahwa ia telah berdebat dengan produsernya atas pemilihan Christine untuk perannya tersebut. Produser menyatakan keprihatinan bahwa Christine "terlalu kurus dan tidak memiliki dada", yang dijawab oleh Karya "apakah kita menjual sebuah film atau apakah kita menjual payudara?"[7]

Hakim pada Festival Film Indonesia 1982

Tahun berikutnya, Christine membintangi film yang disutradarai Teguh Karya lainnya, Kawin Lari. Pengalaman itu memberinya pemahaman yang lebih besar tentang akting, yang menyebabkannya "melihat kehidupan dari perspektif berbeda dalam mempelajari karakter [nya]." Diikuti oleh peran pada tahun 1976, Sesuatu yang Indah, disutradarai oleh Wim Umboh. Sesuatu yang Indah adalah film pertama di mana Christine menggunakan suaranya sendiri. Suaranya telah diisi oleh Titi Qadarsih dalam film sebelumnya karena suara Hakim sendiri dianggap "terlalu berat."[7] Tahun berikutnya, ia berperan dalam film Badai Pasti Berlalu, tampil pada poster dan sampul album lagu tema film tersebut.[8]

Christine menampilkan 14 film Indonesia dalam Festival Tiga Benua Nantes pada November 1983; ia berperan dalam setengah dari film-film tersebut. Dua tahun kemudian ia menjadi pengamat di Festival Film Cannes, menjalin hubungan kerja dengan Pierre Risient, yang kemudian membantunya membawa filmnya ke Cannes.[6]

Salah satunya adalah film Eros Djarot tahun 1988, Tjoet Nja' Dhien, di mana Christine berperan sebagai pemimpin gerilya Aceh, Cut Nyak Dhien. Film tersebut memenangkan penghargaan pada Festival Film Cannes 1989 sebagai Best International Film,[9] ditayangkan pada Le Semaine de Critique.[6] Christine kemudian menggambarkan peran sebagai suatu "kehormatan besar" dan "sangat menantang"; ia telah mengkreditkan peran tersebut untuk menjawab pertanyaannya tentang identitasnya.[1] Film ini kemudian menjadi perwakilan Indonesia pada Academy Awards ke-62 untuk Film Berbahasa Asing Terbaik.[10]

Produser film dan juri Festival Film Cannes

Christine menayangkan karya perdananya sebagai seorang produser, Daun di Atas Bantal selama presentasi Un Certain Regard di Cannes pada tahun 1998.[6] Ketika memproduksi film ini, ia memilih sutradara muda Garin Nugroho, yang ia anggap sangat berbakat; ia juga mengambil peran utama. Selama produksi, ia membuat kesalahan yang membutuhkan perombakan semua rekaman. Dalam upaya untuk memotong biaya, ia telah menyimpan semua kaleng film yang terbuka untuk dikirim ke lab pengembangan sekaligus; lab tersebut kemudian memberitahunya bahwa kesalahan teknis dengan kamera telah membuat semua film tersebut tidak dapat digunakan dan bahwa masalah tersebut dapat dideteksi lebih awal jika ia mengirim setiap kaleng seperti saat difilmkan.[1]

Hakim pada tahun 2008

Produksinya yang lain, Pasir Berbisik pada tahun 2001, berjalan lebih lancar. Film tersebut, dengan Christine memproduseri dan memainkan peran utama, diputar di Festival Film Asia Deauville.[6] Tahun berikutnya ia ditunjuk menjadi juri Festival Film Cannes, bersama dengan David Lynch, Sharon Stone dan Michelle Yeoh.[1] Pada tahun 2005 ia menerima penghargaan khusus selama upacara pembukaan Festival Film Asia Deauville ke-7.[6]

Pada tahun 2003, Christine memulai bekerja bersama RCTI dan Metro TV untuk acara televisi Untukmu Guru.[11]

Eat Pray Love, film dokumenter, dan pencapaian seumur hidup

Pengalaman Hollywood pertama Christine datang pada tahun 2010, ketika Christine berperan sebagai Wayan, seorang penjual jamu asal Bali, bersama Julia Roberts dalam film Eat Pray Love. Sesampainya di Bali tiga hari sebelum syuting, ia mendapati dirinya bergegas untuk membaca naskah, menyesuaikan diri, dan menyingkirkan rambut hijau miliknya. Dia bertemu dengan orang yang karakternya didasarkan untuk mempersiapkan perannya.[1] Pada tahun yang sama, Christine menerima Penghargaan FIAPF untuk "pencapaiannya yang luar biasa"; ia membandingkan penghargaan tersebut dengan Viagra, mengatakan bahwa hal ini "membuat [nya] kuat untuk memuaskan [penonton]".[1]

Christine juga seorang pembuat film dokumenter. Ia telah membuat film dokumenter tentang Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia,[1] dan pada tahun 2011 menghasilkan film dokumenter tentang autisme untuk "mendidik masyarakat" yang dirilis bertepatan dengan Hari Kesadaran Autisme Sedunia.[12] Hingga Mei 2011, ia memproduksi film dokumenter mengenai orang Dayak Kalimantan. Ia tengah mempertimbangkan untuk membuat film fiksi berdasarkan budaya mereka.[13]

Pada tahun 2016, Christine menerima secara langsung penghargaan pencapaian seumur hidup dari Festival Film Indonesia atas kontribusinya bagi Perfilman Indonesia.[3] Tahun berikutnya, ia kembali dianugerahi penghargaan pencapaian seumur hidup dari Indonesian Movie Actors Awards. Christine, namun, tidak dapat menerima penghargaan tersebut secara langsung karena tengah berada di Cannes.[4]

Kehidupan pribadi

Pada tahun 2000, Christine menikah dengan Jeroen Lezer, seorang produser film, penulis dan aktor asal Belanda. Mereka tinggal di Cibubur, Jakarta Timur, bersama Ibu Christine dan putri adopsinya, Shena;[11] Bruce Emond dari The Jakarta Post menggambarkan kediamannya seperti "seperti taman rahasia yang subur di tengah pinggiran kota yang merayap".[7]

Christine biasanya menghindari mendiskusikan kehidupan pribadinya dengan pers dan tidak mau membahas topik yang bukan merupakan kepentingan umum. Pada tahun 1992, ia mengatakan bahwa "90 persen jurnalis tidak tertarik pada film-filmnya, mereka hanya ingin tahu tentang kehidupan pribadi [nya]."[11]

Kegiatan sosial dan aktivisme

Dimulai pada awal tahun 2000-an, Christine menjadi seorang aktivis, yang berfokus pada dunia pendidikan. Setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, ia berpergian dalam berbagai perjalanan kemanusiaan ke Aceh.[11][6] Ia kemudian mendirikan Christine Hakim Foundation, sebuah yayasan untuk mempromosikan pendidikan publik tentang autisme. Ia telah mendesak pemerintah untuk menghilangkan kesalahpahaman mengenai autisme, menyebut penolakan untuk menerima siswa autis di sekolah umum merupakan "pelanggaran terhadap hak asasi manusia".[12]

Pada tahun 2008, Christine terpilih sebagai duta jasa-jasa baik Indonesia untuk UNESCO; ia telah menggunakan posisinya ini untuk mempromosikan pendidikan, mendorong reformasi pendidikan di Indonesia, dan mempromosikan program bantuan bencana di Asia Tenggara.[5]

Filmografi

Film

Tahun Judul Peran Catatan
1973 Cinta Pertama Ade Karya debut
1974 Atheis Rukmini
Bandung Lautan Api Nani
Gaun Pengantin Julia
Ranjang Pengantin Lili
Kawin Lari Anna
1975 Surat Undangan Elsa
1976 Impian Perawan Melati
Sesuatu yang Indah Anna
Si Doel Anak Modern Nonon/Kristin
1977 Badai Pasti Berlalu Siska
Arwah Komersil dalam Kampus
1978 Petualang-Petualang Sarah
Pengemis dan Tukang Becak Sri
1979 Dr. Siti Pertiwi Kembali ke Desa dr. Siti Pertiwi
1980 Seputih Hatinya Semerah Bibirnya Bungalan
1982 Di Balik Kelambu Nurlela
1983 Ponirah Terpidana Trindil
1984 Kerikil-Kerikil Tajam Retno
1985 Bila Saatnya Tiba Mira
1986 Tjoet Nja' Dhien Tjoet Nja' Dhien
1988 Irisan-Irisan Hati Wati
1996 Sleeping Man Film Jepang
1997 Daun di Atas Bantal Asih Produser
2000 Pasir Berbisik Berlian Produser pendamping
2004 Puteri Gunung Ledang Bayan Film Malaysia
2007 Anak-Anak Borobudur Gubernur Jawa Tengah
2008 In the Name of Love Citra Mustafa
2009 Jamila dan Sang Presiden Kepala sipir
Merantau Wulan
2010 Eat Pray Love Wayan Film Amerika Serikat
2012 Rayya, Cahaya di Atas Cahaya Bude Arya
2013 Sang Kiai Nyai Kapu
2014 Retak Gading Bunda
Pendekar Tongkat Emas Cempaka
2015 Tjokroaminoto: Guru Bangsa Mbok Tambeng Produser
2016 Ibu Maafkan Aku M. A. Hartini
2017 Boven Digoel Mama Manangsang
Kartini Ngasirah
2018 The Gift Bu Suud
Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta Gusti Ratu Banowati
Dancing in the Rain Eyang Uti
2019 Bumi itu Bulat Ibu Hartini Produser eksekutif
Perempuan Tanah Jahanam Nyi Misni
2021 A Perfect Fit Hadra
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Mak Jerot
2022 Just Mom Siti
Sri Asih Eyang Mariani
2024 Siksa Kubur Nani Ismaya
Bila Esok Ibu Tiada Rahmi Sutanto
2025 Pangku dagger Maya
TBA Sara dagger Muryem
Kunci
Film yang belum dirilis untuk saat ini Menandakan film yang belum dirilis untuk saat ini
  • TBA: To be announced

Film pendek

Tahun Judul Peran Catatan
2018 Sekar

Serial televisi

Tahun Judul Peran Catatan
1997 Bukan Perempuan Biasa Menul
2001 Tiga Orang Perempuan
2020 Sepenggal Puisi Lestari Serial Malaysia-Indonesia
2023 The Last of Us Ratna Pertiwi Serial Amerika Serikat; Musim 1 (Episode 2)

Serial web

Tahun Judul Peran Catatan
2020 Sementara, Selamanya Ibu
2024 Ellyas Pical Mama Ana

Acara televisi

  • Untukmu Guru (2003)

Penghargaan dan nominasi

Tahun Penghargaan Kategori Karya yang dinominasikan Hasil
1974 Aktor-Aktris Terbaik PWI Aktris Terbaik Cinta Pertama Runner-up II
Festival Film Indonesia Pemeran Utama Wanita Terbaik Menang
1977 Sesuatu yang Indah Menang
1979 Pengemis dan Tukang Becak Menang
1983 Di Balik Kelambu Menang
1984 Ponirah Terpidana Nominasi
1985 Kerikil-Kerikil Tajam Menang
1986 Bila Saatnya Tiba Nominasi
1988 Tjoet Nja' Dhien Menang
1989 Festival Film Bandung Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop Menang
1998 Asia-Pacific Film Festival Best Film Daun di Atas Bantal Menang
Best Actress Menang
2002 Festival Film Bandung Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop Pasir Berbisik Menang
2004 Festival Film Indonesia Pemeran Utama Wanita Terbaik Nominasi
2010 Asia Pacific Screen Awards
FIAPF Award
Penerima
2012 Festival Film Indonesia Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Rayya, Cahaya di Atas Cahaya Nominasi
Piala Maya Aktris Pendukung Terpilih Nominasi
2013 Piala Maya Sang Kiai Nominasi
2016 § Usmar Ismail Awards Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Pendekar Tongkat Emas Menang
2015 Festival Film Bandung Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Film Bioskop Nominasi
Piala Maya Aktris Pendukung Terpilih Nominasi
Festival Film Indonesia Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Menang
Festival Film Bandung Film Bioskop Terpuji Tjokroaminoto: Guru Bangsa Menang
Festival Film Indonesia Film Cerita Panjang Terbaik Nominasi
Piala Maya Film Bioskop Terpilih Menang
2016 Indonesian Movie Actors Awards Film Terfavorit Nominasi
Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Nominasi
Pemeran Pendukung Wanita Terfavorit Nominasi
Usmar Ismail Awards Film Terbaik Nominasi
Festival Film Indonesia
Penghargaan Pengabdian Seumur Hidup
Penerima
Pemeran Utama Wanita Terbaik Ibu Maafkan Aku Nominasi
Piala Maya Aktris Utama Terpilih Nominasi
2017 Indonesian Movie Actors Awards
Lifetime Achievement Award
Penerima
Festival Film Indonesia Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Kartini Menang
Festival Film Tempo Aktris Pendukung Pilihan Nominasi
Piala Maya Aktris Pendukung Terpilih Menang
2018 Indonesian Movie Actors Awards Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Menang
Pemeran Pendukung Wanita Terfavorit Nominasi
2019 Festival Film Tempo Aktris Pendukung Pilihan Perempuan Tanah Jahanam Menang
2020 Piala Maya Aktris Pendukung Terpilih Nominasi
Indonesian Box Office Movie Awards Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Nominasi
Indonesian Movie Actors Awards Menang
Pemeran Pendukung Wanita Terfavorit Nominasi
Festival Film Bandung Pemeran Pembantu Wanita Terpuji Film Bioskop Menang
Festival Film Indonesia Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Menang
2023 Festival Film Wartawan Indonesia Aktris Pendukung Terbaik - Genre Film Laga Sri Asih Nominasi
Festival Film Indonesia Pemeran Pendukung Wanita Terbaik Sara Nominasi
2024 Festival Film Tempo Aktris Pendukung Pilihan Menang

§ – Untuk menyesuaikan urutan penghargaan untuk setiap filmnya, penghargaan untuk film Pendekar Tongkat Emas yang diberikan oleh Usmar Ismail Awards tahun 2016, dicantumkan dalam tabel sebelum tahun 2015.

Tanda kehormatan

Referensi

Daftar pustaka

Buku
Situs web

Pranala luar

Penghargaan dan prestasi
Didahului oleh:
Widyawati
Film : Arini (Masih Ada Kereta yang Akan Lewat)
(1987)
Pemeran Utama Wanita Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Tjoet Nja' Dhien
(1988)
Diteruskan oleh:
Tuti Indra Malaon
Film : Pacar Ketinggalan Kereta
(1989)
Didahului oleh:
Meriam Bellina
Film : Cinta di Balik Noda
(1984)
Pemeran Utama Wanita Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Kerikil-Kerikil Tajam
(1985)
Diteruskan oleh:
Tuti Indra Malaon
Film : Ibunda
(1986)
Didahului oleh:
Jenny Rachman
Film : Gadis Marathon
(1982)
Pemeran Utama Wanita Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Di Balik Kelambu
(1983)
Diteruskan oleh:
Meriam Bellina
Film : Cinta di Balik Noda
(1984)
Didahului oleh:
Joice Erna
Film : Suci Sang Primadona
(1978)
Pemeran Utama Wanita Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Pengemis dan Tukang Becak
(1979)
Diteruskan oleh:
Jenny Rachman
Film : Kabut Sutra Ungu
(1980)
Didahului oleh:
Rina Hassim
Film : Semalam di Malaysia
(1976)
Pemeran Utama Wanita Terbaik
(Festival Film Indonesia)

Film : Sesuatu yang Indah
(1977)
Diteruskan oleh:
Joice Erna
Film : Suci Sang Primadona
(1978)

Kembali kehalaman sebelumnya