Candi Rimbi

Candi Rimbi
Candi Rimbi
Candi Rimbi di Jawa
Candi Rimbi
Location within Jawa
Informasi umum
Gaya arsitekturCandi Jawa Timuran
KotaKabupaten Jombang, Jawa Timur.
NegaraIndonesia
RampungAbad ke-14

Candi Rimbi atau Candi Ngrimbi adalah bangunan peninggalan dari masa Klasik yang berada di Dusun Pulosari, Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi bercorak Hinduistik ini juga disebut Cungkup Pulo. Nama Rimbi dikaitkan dengan nama tokoh pewayangan bernama Arimbi, isteri Werkudara (Bima)[1]

Reruntuhan bangunan candi pertama kali dilaporkan pada akhir abad ke-19 oleh Alfred Wallace dalam perjalanannya ke Wonosalam untuk mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan. Candi Rimbi mulai diteliti oleh J. Knebel tahun 1907. Pemugaran baru dilakukan pada awal tahun 1990.[2]

Candi ini, bersama dengan lima objek arkeologi lainnya termasuk Petirtaan Sumberbeji, telah dinyatakan sebagai objek cagar budaya oleh Pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2020[3]

Bangunan

Menempati areal seluas 896.56 meter persegi, bangunan yang masih ada sekarang memiliki ukuran panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter, dan tinggi 12 meter.

Berbeda dari kebanyakan bangunan peninggalan era klasik di sekitarnya, badan Candi Rimbi dsusun dari batuan andesit sedangkan untuk pondasinya dibangun dari bata. Kondisi Candi Rimbi ini sepintas mirip dengan Candi Sumur yang berada di Sidoarjo. Atap dan separuh badan candi telah runtuh sehingga sulit dibayangkan seperti apa sebenarnya bentuk badan dan atap candi.

Arsitektur Candi Rimbi terdiri dari kaki yang berundak teras tiga dengan penampil besar untuk menempatkan tangga candi. Tidak seperti Candi Jago atau Candi induk di kompleks Penataran yang memiliki banyak tangga, Candi Rimbi hanya memiliki satu tangga yang menghubungkan ketiga undakan kaki menuju tubuh candi.

Pada bagian kaki candi terdapat berbagai relief yang menggambarkan manusia dan hewan. Salah satu relief unik menggambarkan sepasang manusia (pengantin) yang berada dalam sebuah gentong. Hingga sekarang[per kapan?] belum dapat diketahui cerita yang digambarkan melalui relief-relief tersebut.

Berdasarkan seni arsitektur bangunan, Candi Rimbi berlatar belakang agama Hindu. Hal ini, ditandai penemuan arca Dewi Parwati (isteri Dewa Siwa) yang sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta. Arca Parwati ditemukan di reruntuhan ruang utama candi.

Arca Parwati yang ditemukan di Candi Rimbi ini diperkirakan merupakan perwujudan dari Tribhuwana Tunggadewi, ratu Majapahit yang memerintah pada 1328-1350 M.

Arca-arca Hindu cukup banyak ditemukan di halaman candi. Sayangnya, arca-arca itu sudah tidak berada dalam kondisi utuh, bahkan beberapa di antaranya hanya menyisakan potongan anggota badannya saja. Sebuah lapik yang terletak di halaman candi menyisakan potongan kaki arca. Sebuah hiasan kala dengan ukuran agak besar juga tergeletak di salah satu sudut halaman candi. Diperkirakan, batu berelief kala ini dahulu digunakan untuk menghiasi pintu masuk ke ruangan (bilik) candi sebagaimana umumnya candi dari masa Klasik.

Keunikan

Meski tak banyak dikunjungi wisatawan, Candi Rimbi memiliki keunikan yang menarik, yaitu relief Candi Rimbi yang semua berjumlah 51 panil. Ada dua macam bingkai panil yang dipahat berselingan, yaitu bingkai yang menonjol dan yang rata dengan permukaan dinding candi. Hiasan bunga padma, berbagai ragam geometris, dan ragam hias simbar diberikan pada perbingkaian candi.

Wisata

Tidak banyak wisatawan yang berkunjung ke situs arkeologi ini. Jumlah pengunjung rata-rata hanya mencapai 100 orang per bulan. Dari lokasi ini pengunjung dapat melihat panorama Gunung Anjasmoro yang terletak di selatan Kota Mojokerto.

Galeri

Rujukan

  1. ^ "Candi Rimbi". https://jombangkab.go.id. Diakses tanggal 2022-05-27.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  2. ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 9786021766934. OCLC 886882212. 
  3. ^ Supriyatno, Helmi (22 November 2020). "Situs Sumberbeji Sudah Ditetapkan Menjadi Cagar Budaya Peringkat Kabupaten". Bhirawa Online. Diakses tanggal 31 Desember 2020. 
Kembali kehalaman sebelumnya