Bencana Kelaparan Tiongkok Utara 1876–1879
Bencana Kelaparan Tiongkok Utara tahun 1876–1879 terjadi pada akhir Dinasti Qing di Tiongkok. Bencana ini biasanya disebut sebagai Dīngwù Qíhuāng (丁戊奇荒) di Tiongkok. Kekeringan dimulai di Tiongkok utara pada tahun 1875, yang menyebabkan kegagalan panen pada tahun-tahun berikutnya. Provinsi-provinsi seperti Shanxi, Zhili (sekarang sebagian besar bagian dari Hebei), Henan, Shandong, dan bagian utara Jiangsu terdampak. Antara 9 dan 13 juta orang tewas dalam kelaparan, dari 108 juta jiwa di lima provinsi yang terkena dampak.[1] Kekeringan ini dipengaruhi oleh El Niño–Osilasi Selatan.[2] Upaya bantuanMisionaris Britania Timothy Richard pertama kali menyerukan perhatian internasional terhadap kelaparan yang disebabkan kekeringan di Shandong pada musim panas 1876. Dia memohon kepada komunitas asing di Shanghai untuk menyumbangkan uang guna membantu para korban. Pada Maret 1877, Komite Bantuan Bencana Kelaparan Shandong dibentuk dengan partisipasi para diplomat, pengusaha, dan misionaris Protestan dan Katolik Roma.[3] Richard menjadi sadar bahwa kondisi kekeringan bahkan lebih buruk di provinsi tetangga Shandong yakni Shanxi, yang pada saat itu hampir tidak dikenal oleh orang asing. Pada awal tahun 1878, Richard pergi ke Shanxi. "Buku harian bencana kelaparan" dia menggambarkan kondisi bencana. "Bahwa orang-orang merobohkan rumah mereka, menjual istri dan anak perempuan mereka, makan akar dan daging bangkai, tanah liat, dan dedaunan adalah berita yang tak seorang pun bertanya-tanya...Melihat para pria dan perempuan terbaring tak berdaya di pinggir jalan, atau jika mati, terkoyak oleh anjing dan burung gagak yang kelaparan [dan] anak-anak direbus dan dimakan begitu menakutkan sehingga membuat seseorang menggigil ketakutan."[4] Shanxi merupakan provinsi yang paling parah terkena dampak bencana kelaparan, dengan perkiraan 5,5 juta orang meninggal dari total populasi 15 juta orang. Distrik pedesaan terpencil dan tidak dapat diakses yang paling menderita.[5] Untuk mengatasi bencana kelaparan, sebuah jaringan internasional dibentuk untuk meminta sumbangan, yang sebagian besar datang dari Britania dan bisnis asing di Tiongkok. Upaya ini menghasilkan 204.000 tahil perak, setara dengan $7-10 juta dalam harga perak tahun 2012. Gereja Katolik Roma mengumpulkan setidaknya 125.000 tahil (sekitar $5 juta) dan kehadiran fisik mereka yang lebih besar di daerah bencana kelaparan memungkinkan mereka untuk bekerja secara efektif di tingkat lokal. Lihat pulaReferensi
Bacaan lanjutan
|