Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman iniKlasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
Artikel ini menggunakan peta yang dihasilkan dari OpenStreetMap dan juga jejaring peta (mapframe) yang dibuat oleh kontributor Wikipedia. Apabila Anda menemukan kesalahan informasi, galat, maupun kendala teknis lainnya dalam data peta, silahkan laporkan di sini. Apabila Anda tertarik dalam pengembangan proyek pemetaan bahasa, silakan bergabung ke ProyekWiki kami. Proyek ini sudah menghasilkan sebanyak 393 artikel bahasa dengan peta interaktif yang dapat diakses dan digunakan oleh para pembaca.
Cari artikel bahasaCari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Halaman bahasa acak
Bahasa Sunda Pandeglang adalah salah satu dialek bahasa Sunda yang digunakan sebagai bahasa tuturan masyarakat di wilayah Banten selatan, terutama Kabupaten Pandeglang. Sebagai varian bahasa Sunda yang wilayah penuturan dan persebarannya cukup jauh dengan bentuk bahasa Sunda di wilayah Parahyangan (bahasa Sunda Priangan) yang dianggap sebagai bentuk standar bahasa Sunda, bahasa Sunda Pandeglang memiliki banyak perbedaan yang cukup jelas dengan bahasa Sunda baku, terutama dalam hal kosakata atau leksikon, termasuk beberapa partikel yang tergolong divergen dan tak lazim ditemui di tempat lain, dan perbedaan struktur atau tata bahasa yang memiliki karakteristiknya tersendiri. Bersama dengan bahasa Sunda Serang dan bahasa Sunda Tangerang, dialek ini membentuk rumpun dialek Sunda Banten.[3]
Leksikon
Abab
Abab adalah kosakata yang bermakna 'udara yang keluar dari mulut'. Contoh penggunaannya dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut.[4]
Ku hangit jasa éta abab. 'Betapa baunya itu udara yang keluar dari mulut.'
Acéng
Acéng adalah sebutan/panggilan untuk anak kecil berjenis kelamin laki-laki. Penggunannya dapat dilihat di bawah ini.[4]
Kapanan tadi acéng teu kadeuleu di sakola. 'Kan tadi acéng tak terlihat di sekolah.'
Angkup
Angkup bermakna 'kepompong'. Contoh kalimat yang menggunakan kata ini yaitu:[5]
Na tangkal sirsak mah isok ngabadeg angkup. 'Di pohon sirsak senantiasa banyak kepompong.'
Babadog
Babadog bermakna makan. Kata ini biasanya dipakai seseorang dengan nada agak kesal.[6]
Dia mah bisana ukur babadog baé. Kau hanya bisa makan saja.
Bajang
Bajang biasanya digunakan sebagai istilah untuk menunjukkan buah yang tidak jadi matang.[6]
Ieu nangka bajang kieu nyah. 'Nangka ini tidak jadi matang begini.'
Baju rambéng
Baju rambéng adalah idiom yang merujuk pada hewan buaya. Misalnya pada tuturan di bawah ini.[6]
Ulah pangangguran ka dinya, isok aya baju rambéng. 'Jangan menuju ke situ, suka ada buaya.'
Balagajua
Sering digunakan untuk istilah perasaan gelisah.[7]
Lain malem minggu géh, balagajua amat pangrasa. 'Bukan malam minggu pun, gelisah sekali perasaanku.'
Berek
Sebuah istilah yang menunjukkan keadaan tidak segar lagi. Biasanya digunakan untuk kondisi ikan.[8]
Piraku lauk berek kieu hargana sarua jeung nu seger. 'Mana boleh ikan yang sudah tidak segar ini harganya sama dengan ikan yang masih segar.'
Beugeu
Istilah umpatan yang sepadan dengan kata 'tolol'.[9]
Beugeu ieuh si éta mah, matak aya nu manték géh. 'Karena ia memang tolol, sehingga wajar ada yang melemparinya pun.'
Bubulak
Bubulak adalah istilah geografis yang bermakna 'bukit'.[10]
Ari nu itu bubulak naon aranna? 'Kalau yang itu bukit apa namanya?'
Kuéh diwadahan kana colobong pang teu ku méong. 'Kue dimasukkan ke dalam toples agar terbebas dari kucing.'
Damar kéjo
Damar kejo adalah ungkapan yang merujuk pada organ mata. Biasanya digunakan ketika seseorang sedang mengumpat, seperti pada contoh kalimat di bawah ini.[14]
Deuleuna maké damar kéjo jing. 'Lihatnya pakai mata dong.'
Ini adalah frasa yang digunakan untuk menyebut suatu keadaan hujan dengan matahari yang terlihat bersinar (hujan panas).[21] Dalam bahasa Sunda baku, istilah ini dikenal sebagai hujan poyan.
Kumaha nya ja hujan ngajuru maung kieu. 'Bagaimana ya, karena hujan panas begini.'
Iheung
Iheung adalah ungkapan ketidaktahuan, sepadan dengan 'entahlah' atau 'tidak tahu'.[22]
Nu ditanya ngan ngajawab iheung, ja henteu nyahoeun meureun. 'Yang ditanya hanya menjawab "entah", mungkin karena ia memang tidak tahu.'
Kokono géh, pang jelas kahayangna. 'Berbicaralah, agar jelas keinginanmu.'
Kulup
Kulup merupakan panggilan kepada anak kecil laki-laki.[31]
Ari manéhna mah kulup kénéh, gedé géh awakna. 'Ia aslinya masih kecil, yang besar badannya saja.'
La
La adalah partikel penegas yang serupa dengan lah dalam bahasa Indonesia.[32]
Kitu la ceuk kula géh, ulah tuturiti. 'Begitulah ujarku pun, jangan ikut-ikutan.'
Lénjéh mata
Lénjéh mata adalah frasa yang berfungsi sebagai ungkapan yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu yang menyenangkan. Contoh penggunaannya dalam kalimat dijabarkan di bawah ini.[33]
Jadi jelema sok lénjéh mata kitu. 'Jadi orang senantiasa menyenangi segala sesuatu seperti itu.'
Maray
Maray adalah kata kerja yang artinya membayar.[34]
Geus maray iuran kami mah. 'Aku sudah membayar iuran.'
Nu diskusi meuni nyohyoh, doang enya bakal malilatkeun nagara. 'Yang sedang berdiskusi begitu menyerocos, seakan-akan bakal memajukan negara.'
Orok
Orok bisa diartikan sebagai penyebutan terhadap orang lain, hampir serupa dengan 'tokoh', 'masyarakat', 'orang', 'putra', dll. yang kemudian diikuti nama daerah tertentu.[42]
Orok Menés mah bareuki jasa kana balok. 'Orang Menes banyak yang menyukai balok (sejenis kue).'
Mun guyang bulan puasa ulah loba silulup, bisi kainum caina, laju baé batal puasana. 'Kalau mandi sambil berendam pada saat bulan puasa jangan terlalu banyak menyelam, khawatir airnya terminum, bisa-bisa batal puasa.'
Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Pandeglang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. doi:10.5281/zenodo.5772642.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Sofyan, O. (1984). Struktur Bahasa Sunda Dialek Pandeglang. Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)