Bahasa Sunda di Kabupaten Tegal
Mayoritas penduduk Kabupaten Tegal adalah orang Jawa yang bertutur menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal. Selain bahasa Jawa, dituturkan juga bahasa Sunda oleh sekitar 1.000 masyarakat dwibahasa di desa Prupuk Selatan, kecamatan Margasari yang berbatasan dengan kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes tepatnya di sebelah timur aliran Sungai Pemali yang merupakan batas alami antara wilayah kultur Sunda dan Jawa. Menurut catatan sejarah, bahkan wilayah tutur bahasa Sunda tidak saja mencapai Kabupaten Tegal saat ini, bahkan hingga ke Kabupaten Pekalongan di sebelah timurnya, hal ini dapat dibuktikan oleh toponimi berbahasa Sunda di wilayah-wilayah tersebut.[3] Bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat Tegal di Margasari umumnya berkedudukan sebagai bahasa kedua.[4] Dalam satu kasus, penarik perahu lokal akan dominan menggunakan bahasa Sunda jika berada di sebelah barat sungai Pemali (Bantarkawung, Brebes), sedangkan ketika berada di sebelah timur (Margasari, Tegal) akan dominan bertutur menggunakan bahasa Jawa. Hal ini menyebabkan alih kode dan campur kode sering terjadi diantara penutur kedua bahasa.[5] KlasifikasiBahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Tegal ini digolongkan ke dalam dialek Timur Laut (bahasa Sunda Cirebon) yang juga dituturkan di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan (dialek Kuningan), dan Kabupaten Brebes (dialek Brebes).[6] Distribusi geografisDi sepanjang aliran Sungai Pemali (Ci Pamali), bahasa Sunda dan bahasa Jawa digunakan secara bersamaan oleh penduduknya. Sungai ini merupakan batas alami geografis antara wilayah penggunaan bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Karena letaknya yang berada di sebelah aliran Sungai Pemali, maka percampuran bahasa tidak bisa dipungkiri, bahasa Sunda yang biasa digunakan di sebelah barat aliran sungai tersebut juga digunakan oleh penduduk Prupuk Selatan yang berada di sebelah timurnya. Hal ini juga didorong oleh masyarakat di antara kedua sisi sungai tersebut yang saling berhubungan. Maka tidak jarang, penduduk di kedua sisi sungai tersebut dapat berbicara dalam bahasa Sunda maupun bahasa Jawa, disamping mereka juga menggunakan bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa resmi.[7] Pengaruh toponimiPengaruh toponimi berbahasa Sunda umumnya masih melekat pada daerah-daerah di Kabupaten Tegal bagian selatan. Kata tegal sendiri dalam bahasa Sunda berarti 'tanah lapang'. Contoh beberapa tempat yang merupakan pengaruh toponimi bahasa Sunda ialah, Cibunar, Cilongok, dan Sangkanjaya di Kecamatan Balapulang; Bojong dan Cikura di Kecamatan Bojong; Cawitali (kemungkinan berasal dari kata ci + awi + tali) dan Sigedong (kemungkinan berasal dari kata ci + gedong) di Kecamatan Bumijawa; Curug dan Rancawiru di Kecamatan Pangkah; serta Slawi (kemungkinan berasal dari kata sela + awi). Bahkan menurut kitab Bujangga Manik, sebenarnya batas timur budaya Sunda pada abad ke-5 M diperkirakan berada kurang lebih di garis antara daerah yang membentang dari Pekalongan di utara hingga Kebumen di selatan.[8] Lihat juga
Referensi
Pranala luar
|