Al-Fadhl bin Abbas
Al-Fadhl bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi (bahasa Arab: الفَضْلُ بن عَبَّاس بن عبد المطلب بن هاشم القرشي الهاشمي) adalah seorang sahabat dan sepupu Nabi Islam Muhammad.[1] SilsilahSilsilahnya adalah Al-Fadhl bin Abbas bin Abdul-Muththalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay dan ibunya Ummu al-Fadhl yaitu Lubabah al-Kubra binti al-Harits bin Hazn al-Hilaliyah.[2] Ciri fisikAl-Fadhl digambarkan sebagai pemuda yang tampan, berkulit putih dan memiliki rambut yang bagus.[3] BiografiAl-Fadhl adalah putra tertua Abbas, dan anak tertua dari saudara-saudaranya putra-putra al-Abbas, dan karenanya ayahnya mendapat panggilan Abu al-Fadhl dan ibunya mendapat panggilan Ummu al-Fadhl. Nama panggilan al-Fadhl adalah Abu al-Abbas dan Abu Abdullah; dan pendapat lain mengatakan nama panggilannya Abu Muhammad.[4] Al-Fadhl bersama pasukan Nabi Muhammad dalam Pembebasan Makkah,[4] dan Pertempuran Hunain. Dalam Pertempuran Hunain tersebut al-Fadhl termasuk di antara sahabat yang tetap teguh bersama Nabi pada saat sekelompok dari pasukan Muslim melarikan diri.[5] Ketika Haji Perpisahan pada bulan Maret 632, ia menunggangi unta bersama Nabi. Berdasarkan pengakuannya sendiri, ia menatap seorang gadis cantik di atas unta lain sehingga Nabi menarik dagunya dan memalingkan wajahnya darinya tiga kali.[6][7][8] Melihat hal ini, Nabi bersabda:[9]
Ketika Nabi menderita sakit menjelang kematiannya, al-Fadhl dan sepupunya Ali bin Abi Thalib yang menemaninya dalam perjalanan ke rumah Aisyah.[10] Setelah kematian Muhammad, al-Fadhl bersama ayah dan saudaranya, Qatsam bin Abbas termasuk di antara sahabat yang memandikan jasad Muhammad.[11] Al-Fadhl kemudian termasuk di antara sahabat yang memasuki kuburnya dan membantu menguburkan jasad Nabi.[12] Istri dan keturunanDalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Muhammad menikahkan al-Fadhl dan memberi mahar atas namanya. Al-Baghawi menyebutkan bahwa istri al-Fadhl adalah Shafiyyah binti Mahmiyah bin Jaz'i az-Zubaidi,[4] sementara Mush'ab menyebutnya sebagai Ummu Salamah binti Mahmiyah bin Jaz'i az-Zubaidi.[4][13] Dari hasil pernikahan tersebut, ia memiliki putri yang bernama Ummu Kultsum binti al-Fadhl.[14] Ummu Kultsum kemudian menikah dengan Hasan bin Ali dan mereka memiliki anak-anak yang bernama Muhammad, Ja'far dan Hamzah.[15] Ia kemudian cerai darinya dan Abu Musa al-Asy'ari menikahinya. Dari hasil pernikahan tersebut, ia melahirkan putra yang bernama Musa bin Abi Musa. Ummu Kultsum tetap bersama Abu Musa sampai meninggal. Imran bin Thalhah kemudian menikahinya, namun ia menceraikannya dan dikembalikan ke rumah Abu Musa. Ia kemudian meninggal dan dimakamkan di pinggiran Kufah.[16] KematianTerjadi perbedaan pendapat tentang kematiannya. Al-Waqidi mengatakan bahwa ia meninggal karena Wabah Amwas. Pendapat ini didukung oleh Az-Zubair dan Ibnu Abi Hatim. Ibnu As-Sakan mengatakan bahwa ia terbunuh pada Pertempuran Ajnadain di masa Khalifah Abu Bakar. Sebaliknya, pendapat lain mengatakan bahwa ia terbunuh pada Pertempuran Marj ash-Shaffar yang juga terjadi pada tahun 13 H. Pemimpin pasukan di Marj ash-Shaffar adalah Khalid bin Walid, sementara di Ajnadain ada empat pemimpin pasukan, yaitu Amr bin al-Ash, Abu Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah, masing-masing memimpin pasukannya, dan pendapat lain mengatakan bahwa Amr bin al-Ash yang menjadi pemimpin keseluruhan pasukan dalam melawan musuh pada waktu itu. Pendapat lain mengatakan bahwa al-Fadhl terbunuh dalam Pertempuran Yarmuk.[4] Ibnu Fathun menyebutkan tentang kematiannya di dalam Al-Isti'ab: Al-Fadhl terbunuh dalam Pertempuran Yamamah di tahun 15 H, dan ia melanjutkan bahwa tidak ada perselisihan antara sejarawan bahwa Pertempuran Yamamah terjadi di masa kekhalifahan Abu Bakar pada tahun 11 atau 12 H. Ibnu Sa'ad mengatakan bahwa ia meninggal di wilayah Yordania pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Al-Bukhari menegaskan bahwa ia meninggal pada masa kekhalifahan Abu Bakar.[4] Periwayatan hadis
Referensi
|