Ibnu Abi HatimIbnu Abi Hatim adalah seorang ahli hadits yang telah mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mengkaji hadits Nabi; melakukan perjalanan mencari hadits (bahasa Arab: رحلة) ke berbagai negeri kawasan Islam, melakukan kritik terhadap sanad hadits yang didapatkan, dan banyak menulis karya penting dalam bidang tersebut; termasuk pula dalam bidang lainnya, seperti bidang tafsir, fikih, ushul fikih dan sebagainya.[1] Karena kontribusinya yang demikian besar terhadap Islam, terutama dalam bidang hadits, beserta integritasnya yang tinggi, para ulama memberikan banyak gelar kehormatan terhadap dirinya, antara lain: Al-Imam (seorang imam, panutan), An-Naqid (seorang kritikus), dan sebagainya.[2][3] BiografiNama, Lahir dan WafatIbnu Abi Hatim bernama asli Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad Abi Hatim bin Idris bin Mundzir bin Dawud bin Mihran bin Al-Handhali Ar-Razi.[2][3][4] Lahir di Rayy pada tahun 240 H. yang bertepatan dengan tahun 854 M. dan wafat pada 327 H. bertepatan dengan 938 M.[1][2][3][4] Dia tumbuh dan berkembang di bawah asuhan langsung sang ayah, Abu Hatim (195 H. - 277 H./811 M. - 890 M.), yang merupakan tokoh besar Islam di masanya, terutama dalam bidang hadits dia disebut sebagai seorang hafidh besar (bahasa Arab: الحافظ الكبير).[2][5] Pendidikan dan Perjalanan IntelektualSetelah menyelesaikan kejiannya terhadap Al-Qur'an, Ibnu Abi Hatim Ar-Razi mulai melakukan upaya mengumpulkan hadits dari para ulama yang tinggal di tanah airnya, Rayy, seperti pada ayahnya sendiri, Abu Zur'ah, dan Ibnu Warah; maupun ulama yang luar yang singgah di daerah tersebut, yang pada waktu itu, kawasan Rayy merupakan pusat kesarjanaan hadits.[5] Selain itu, pada tahun 255 H./868 M. atau bertepatan dengan usianya yang ke 15 tahun, dia melakukan ibadah haji bersama sang ayah, yang dilanjutkan kemudian dengan melakukan kunjungan ke Baghdad, Samara, Damaskus, Wasith dan Kufah dalam rangka mengumpulkan hadits, dan sempat berguru kepada Abdullah (213 H. - 290/828 M./903 M.), putra Imam Ahmad bin Hambal; berguru kepada Abbas bin Muhammad Ad-Duri (200 H. - 271 H./816 M. - 884); juga bergeuru kepada Utsman bin Sa'id Ad-Darimi (200 H. - 282 H./816 M. - 895 M.); dan lain-lain.[2][5] Pada tahun 262 H. atau yang bertepatan dengan 875 M. Ibnu Abi Hatim berkunjung ke Mesir dan Syiria; dia berguru kepada Ar-Rabi' bin Sulaiman, salah seorang ulama yang memiliki reputasi penting dalam menyebarkan paham fikih Imam Syafi'i; berguru kepada Muhammad bin Abdillah bin Al-Hakam (182 H. - 268 H./799 M. - 882 M.); dan lain-lain.[5] Berikutnya pada tahun 264 H./877 M. dia kembali melakukan perjalanan melakukan pengumpulan hadits menuju Isfahan, dan berguru kepada Shalih, putra Imam Ahmad bin Hambal; berguru juga kepada Yunus bin Habib Al-Isfahani dan Ibnu Ashim; sebalum kemudian dia kembali ke Rayy dan menetap di sana hingga akhir hayatnya.[5] Kontribusi KeilmuanIbnu Abi Hatim termasuk pribadi yang produktif; berikut beberapa karya tulisnya:
Referensi
|