Khabbab bin al-Arat (bahasa Arab: خباب بن الأرت) adalah seorang pemuda yang termasuk golongan pemeluk Islam pertama. Ia bekerja sebagai budak pandai besi. Hampir sama dengan kisah pemeluk Islam pertama lainnya, Khabbab mengalami penganiayaan karena keimanannya. Ia disiksa dengan menggunakan besi panas oleh kaum KafirQuraisy, termasuk Ummu Anmar, yang merupakan majikan Khabbab.
Biografi
Khabbab bin al-Arat ditawan ketika dia masih muda,[1] dia adalah putra dari al-Arat bin Jandalah bin Sa'ad bin Khuzaimah bin Ka'ab bin Sa'ad bin Zaid Manah, dari suku Tamim,[2] dan dikatakan bahwa dia berasal dari Khuza'ah.[1] Khabbab termasuk kelompok budak yang diperjualbelikan di Mekkah serta ia dibeli oleh Ummu Anmar al-Khuza'iyah, sekutu dari Auf bin Abdu Auf az-Zuhri, ayahnya Abdurrahman bin Auf.[3] Khabbab orang ke-6 atau 20 orang pertama yang masuk Islam.[4] Ia mendapat siksaan dari majikannya saat mengadu kepada Nabi ﷺ berdoa: Ya Allah tolong Khabab («اللهم انصر خبّابًا»).[5]
Khabbab meninggal di Kufah pada tahun 37 H, pada usia 73 tahun, dan Ali bin Abi Thalib menyolatkan jenazahnya.[2] Dia adalah orang pertama yang dimakamkan di luar Kufah.[7]
Khabbab menikah dengan Mulaikah dan mereka memiliki anak yang bernama Abdullah, Abdurrahman dan Zainab.[9]
Keistimewaan Khabbab bin Al Arat ra
Berikut adalah keistimewaan Khabbab bin Al Arat ra:
Tetap teguh menghadapi berbagai siksaan orang kafir karena masuk Islam. As'Sya'bi mengatakan, "Khabbab menunjukan ketabahannya, hingga tidak sedikitpun hatinya terpengaruh oleh tindakan biadab orang-orang kafir. Mereka menindihkan batu membara ke punggungnya, hingga dagingnya terbakar." Selain itu, orang kafir juga menyiksa Khabbab ra dengan mengubah semua besi yang ada dirumah khabbab menjadi belenggu dan rantai besi. Lalu mereka memasukan kedalam api hingga menyala merah membara, kemudian belenggu dan rantai besi itu dililitkan ke tubuh mulia Khabbab bin Al Arat. Meski disiksa sedemikian rupa, Khabbab tetap tabah dan memegang teguh keimanan.[10]
Beliau juga termasuk ahli Al-Qur'an dan mengajar beberapa sahabat yang lain tentang Al-QUr'an, termasuk Fatimah binti AL Khattab adik Umar bin Khattab ra.[10]
Sahabat yang sangat Dermawan. Beliau memiliki rumah Di Kuffah, dan dirumah tersebut ada tempat khusus yang dipergunakan menyimpan harta kekayaannya. Hebatnya, tempat tersebut sangat dikenal oleh sahabat-sahabat dan tamunya, sehingga apabila mereka membutuhkan bisa langsung mengambilnya. Bahkan Khabbab berkata sambil menunjuk gudang hartanya, "Dami Allah, aku tidak pernah menutupnya walau dengan sehelai benang, dan tidak pernah mengahalangi siapapun yang meminta".[10]
Sedih hingga menangis ketika kekayaan dibukakan untuk beliau. Ketika menjelang Ajalnya, sahabat-sahabat khabab berkata, "Berbahagaialah wahai Abu Abdullah, karena engkau akan menjumpai sahabat-sahabatmu". Khabab menjawab sambil menangis, "Tidak ada yang membuatku khawatir, tetapi kalian telah mengingatkanku kepada sahabat dan sanak saudara yang telah pergi mendahului kita dengan membawa semua amal bakti mereka, sebelum mereka mendapat ganjaran didunia sedikitpun juga. sedangkan kita, kita masih tetap hidup dan mendapat kekayaan dunia, hingga tidak ada tempat menyimpannya lagi kecuali tanah.[10]
^ abcdMuhammad Khalid, Khalid (Rabiul Akhir, 1439 H). Biografi 60 sahabat Nabi. Jakarta Timur: Ummul Qura'. hlm. 238–246. ISBN9786029896886.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)
Bacaan lanjutan
Musharraf, Muhammad Nabeel. "Khabbab Ibn Al-Arat" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 14 August 2020.