Syurahbil bin Hasanah
Abu Abdullah Syurahbil bin Hasanah (bahasa Arab: أبو عبد الله شُرَحبيل بن حسَنة) adalah seorang pemeluk Islam awal, seorang sahabat Nabi dan jenderal selama Penaklukan Suriah. Asal-usulAyah Syurahbil adalah Abdullah bin Mutha' bin Amr, seorang anggota suku Arab dari suku Kindah. Syurahbil dinamai berdasarkan nama ibunya, Hasanah. Melalui garis keturunan ibunya, ia terhubung dengan suku Quraisy klan Bani Zuhrah dan Bani Jumah di Makkah. Syurahbil adalah pemeluk Islam awal dan termasuk diantara sahabat Nabi Muhammad. Syurahbil termasuk bagian dari rombongan yang ikut hijrah dari Makkah ke Habasyah untuk menghindari penyiksaan dari kaum kafir Quraisy.[1] Karier militerPertempuran bersama Nabi Muhammad dan Perang RiddahSyurahbil kemudian ikut serta dalam pertempuran melawan orang-orang kafir selama masa Nabi Muhammad masih hidup. Setelah Nabi meninggal pada tahun 632, banyak suku Arab yang telah memeluk Islam kemudian murtad dan menolak pemerintahan kaum Muslim. Khalifah Abu Bakar (berkuasa 632–634) kemudian melancarkan Perang Riddah di seluruh Jazirah Arab untuk menundukkan suku-suku tersebut. Selama perang tersebut, Syurahbil berperang di pihak Muslim sebagai wakil jenderal Khalid bin Walid dalam Pertempuran Aqrabah atau Pertempuran Yamamah di Najd tengah.[1] Penaklukan SuriahSetelah kemenangan kaum Muslim dalam Perang Riddah, Syurahbil diangkat menjadi jenderal salah satu dari empat pasukan Muslim yang dikirim untuk menaklukkan Suriah dari kekuasaan Kekaisaran Bizantium dan sekutunya yang berasal dari Kristen Arab.[1][2] Pasukan Syurahbil berkekuatan 7.000 orang dan zona operasinya sesuai dengan wilayah Palaestina Secunda. Hanya ada sedikit rincian mengenai kampanye Syurahbil.[1] Tugas pertamanya adalah ke wilayah yang berbatasan dengan wilayah selatan Yordania saat ini, kemungkinan untuk mengawasi suku Qudha'ah yang telah memeluk Islam, memisahkan diri, dan berdamai dengan pemerintahan Muslim yang baru dibentuk di Madinah pada tahun-tahun sebelumnya.[3] Menurut sejarawan abad ke-8 Ibnu Ishaq dan al-Waqidi, Syurahbil turut serta dalam pengepungan Bosra yang dipimpin oleh Khalid bin Walid pada bulan Mei 634. Bosra adalah kota besar Suriah pertama yang ditaklukkan oleh Muslim.[4] Kemudian, pada bulan Juli, Syurahbil menjadi wakil Amr bin al-Ash dalam kemenangan besar melawan Bizantium di Pertempuran Ajnadain meskipun pasukan Muslim mengalami kerugian besar. Pertempuran tersebut terjadi di situs yang terletak antara Ramlah dan Bayt Jibrin.[4] Pasukan Muslim kemudian mengejar Bizantium ke utara dan mengalahkan mereka di Pertempuran Fahl pada bulan Desember 634/Januari 635 dengan Syurahbil juga menjadi wakil jenderal.[5] Menurut sejarawan abad ke-8 Saif bin Umar, Abu Ubaidah bin al-Jarrah meninggalkan Syurahbil dan Amr yang bertanggung jawab atas Fahl (Pella) dan mereka melanjutkan untuk mengepung Baysan yang akhirnya menyerah setelah bentrokan kecil selama beberapa hari.[6] Syurahbil berperan penting dalam penaklukan Muslim di Gerasa (Jerash) dan wilayah Golan antara akhir tahun 634 dan awal tahun 635 juga.[1] Setelah pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius dikalahkan di Pertempuran Yarmuk, Syurahbil diperintahkan untuk menaklukkan Palestina utara.[1][7] Ia berhasil menaklukan wilayah tersebut dengan pengecualian Kaisarea, yang kemudian ditaklukan oleh jenderal Muslim lainnya setelah pengepungan beberapa tahun.[7] Di antara kota yang ditaklukkan oleh Syurahbil di Palestina utara adalah kota Akka (Acre)[8] dan Tiberias (Thabariyah).[9] Kedua kota tersebut memilih untuk menyerah tanpa perlawanan.[8][9] KematianSyurahbil meninggal pada tahun 639 karena terinfeksi Wabah Amwas di Palestina tengah bersama satu dari empat jenderal lainnya, Yazid bin Abi Sufyan. Al-Baladzuri berpendapat ia berusia 69 tahun, sedangkan sejarawan abad ke-13 Ibnul Atsir menulis bahwa ia meninggal pada usia 67.[1] KeturunanSyurahbil tercatat memiliki keturunan. Ia memiliki anak-anak yang bernama Abdullah;[10] Abdurrahman; Rabi'ah, keduanya disebutkan turut serta dalam Penaklukan Mesir;[11][12] serta Amatullah, yang menikah dengan al-Miswar bin Makhramah dan melahirkan anak yang bernama Abdurrahman bin al-Miswar.[13] Cucu Syurahbil, Imran bin Abdurrahman bin Syurahbil, adalah kepala kepolisian dan peradilan di Mesir pada masa pemerintahan Abdullah bin Abdul Malik sebagai gubernur Mesir Umayyah.[14][15] Referensi
Daftar pustaka
|