Abdullah bin Abdul Malik
ʿAbdullāh bin ʿAbdul Malik bin Marwān (bahasa Arab: عبد الله بن عبد الملك بن مروان; dalam sumber-sumber Yunani Ἀβδελᾶς, Abdelas[1]) adalah seorang pangeran Umayyah, putra Khalifah Abdul Malik bin Marwan (berkuasa 685–705), seorang jenderal dan gubernur Mesir pada 705–709. SilsilahAbdullah bin Abdul Malik bin Marwan bin al-Hakam bin Abi al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syams al-Umawi. Kunyahnya adalah Abu Umar.[2] BiografiAbdullah lahir pada tahun ca 677 atau ca 680 dan dibesarkan di ibukota kekhalifahan, Damaskus.[3][4] Ia adalah putra Khalifah Abdul Malik bin Marwan dan salah satu budak-selir (ummu walad) khalifah.[5] Ketika masih muda, Abdullah menemani ayahnya dalam beberapa ekspedisi.[3] Ia pertama kali disebutkan dalam sumber sebagai pemimpin ekspedisinya sendiri pada 700/1,[4] yang dilakukan sebagai pembalasan atas serangan jenderal Bizantium Heraklius. Selama ekspedisi ini dia merebut benteng perbatasan Theodosiopolis dan menyerbu masuk Armenia Kecil.[3][6] Pada tahun 701, bersama pamannya, Muhammad bin Marwan, dikirim ke Irak untuk membantu Al-Hajjaj bin Yusuf dalam penumpasan pemberontakan Abdurrahman bin Muhammad bin Asy'ats.[3][4] Pada tahun berikutnya, provinsi Armenia Bizantium yang terletak di sebelah timur Sungai Efrat dan baru saja ditaklukkan oleh Muhammad bin Marwan, meletus dalam pemberontakan yang menyebar ke sebagian besar Armenia. Pada 703, Abdullah menaklukkan Mopsuestia (dalam bahasa Arab namanya al-Massisah) di Kilikia, yang dia perkuat kembali sebagai benteng besar pertama kekhalifahan di daerah tersebut, dan kemudian melanjutkan untuk menaklukkan pemberontakan Armenia bersama pamannya Muhammad.[3][6] Ayahnya juga mengangkatnya sebagai gubernur Jund Hims sebagaimana yang disebutkan Khalifah bin Khayyath, meskipun Al-Baladzuri menganggap bahwa pengangkatan ini dilakukan oleh saudaranya, Al-Walid bin Abdul Malik (berkuasa 705–715).[4][7] Pada akhir tahun 704 dia dipanggil kembali dari Armenia untuk menggantikan pamannya, Abdul Aziz bin Marwan, yang sedang menjabat sebagai gubernur Mesir. Masa jabatan Abdullah ditandai dengan upayanya untuk mengembalikan kendali khalifah atas provinsi ini setelah masa jabatan Abdul Aziz selama dua puluh tahun, yang menjadikan provinsi itu sebagai wilayah kekuasaan pribadinya.[3][8] Hal ini dilakukan dengan mengorbankan kelompok elit lokal, yang dengan hati-hati dikooptasi oleh Abdul Aziz. Abdullah memecat pamannya yang sedang menjabat dan mengharuskan urusan pemerintah dilakukan dalam bahasa Arab, bukan Koptik. Masa jabatannya dirusak oleh kelaparan pertama di bawah pemerintahan Islam dan dengan tuduhan korupsi dan penggelapan dana publik. Ia dipanggil kembali pada 708/9 dan kekayaannya disita oleh khalifah.[3][9] Al-Walid yang saat itu menjadi khalifah menggantinya dengan Qurrah bin Syarik al-Absi.[10] Selama masa jabatannya, ia juga berkonflik dengan banyak pemimpin militer setempat, terutama gubernur Ifriqiyah, Musa bin Nushair.[4] Tidak ada yang diketahui tentang kehidupan selanjutnya setelah itu, kecuali Al-Ya'qubi menyebutkan bahwa ia dieksekusi oleh khalifah Abbasiyah pertama, Abul Abbas As-Saffah (berkuasa 750–754), dengan cara penyaliban di Al-Hirah pada 749/50.[3][4] KeturunanAbdullah bin Abdul Malik disebutkan pernah menikah dengan Raithah binti Ubaidillah bin Abdullah bin Abdul Madan al-Haritsi. Raithah kemudian menikah dengan Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas dan melahirkan As-Saffah.[11][12] Cucu perempuan Abdullah, Zainab binti Muhammad bin Abdullah bin Abdul Malik bin Marwan, menikah dengan Muawiyah bin Hisyam dan melahirkan anak mereka yang bernama Hisyam bin Muawiyah.[13] Putranya yang lain, Marwan bin Abdullah bin Abdul Malik, adalah gubernur Hims untuk Khalifah Al-Walid bin Yazid (berkuasa 743–744).[14] Referensi
Sumber
|