Amr bin Ash
Amr bin al-Ash bin Wa'il bin Hisyam (bahasa Arab: عمرو بن العاص بن وائل بن هشام; 664—573) atau Amr bin al-Ash atau Amr bin Ash adalah Sahabat Nabi Muhammad, gubernur Mesir, dan Jenderal perang pada masa Kekhalifahan Rasyidin dan Kekhalifahan Umayyah. Amr meluncurkan penaklukan Mesir atas inisiatifnya sendiri pada akhir tahun 639, mengalahkan kekaisaran Bizantium dalam serangkaian kemenangan yang diakhiri dengan penyerahan Aleksandria pada tahun 641 atau 642. Itu adalah penaklukan Muslim awal yang tercepat. Ini diikuti oleh kemajuan ke barat oleh Amr hingga Tripoli di Libya saat ini. Dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani dengan gubernur Bizantium, Cyrus; Amr menjamin keamanan penduduk Mesir dan mengenakan pajak pemungutan suara pada laki-laki dewasa non-Muslim. Dia mempertahankan birokrasi yang didominasi Koptik dan hubungan baik dengan patriark Koptik Benyamin. Ia mendirikan Fustat sebagai ibu kota provinsi dengan masjid yang didirikan setelah dia menaklukannya. Amr memerintah secara relatif mandiri, memperoleh kekayaan yang signifikan, dan menjunjung tinggi kepentingan para penakluk Arab yang membentuk garnisun Fustat dalam kaitannya dengan otoritas pusat di Madinah. Setelah secara bertahap menipiskan otoritas Amr, Khalifah Utsman (m. 644–656– ) memecatnya pada tahun 646 setelah ia dituduh tidak kompeten oleh penggantinya, Abdullah bin Saad. Setelah pemberontak dari Mesir membunuh Utsman, Amr menjauhkan diri dari tujuan mereka. Dalam Perang Saudara Pertama, Amr bergabung dengan Mu'awiyah bin Abu Sufyan melawan Khalifah Ali (m. 656–661– ) karena janji jabatan gubernur Mesir dan pendapatan pajaknya. Amr menjabat sebagai perwakilan Mu'awiyah dalam pembicaraan arbitrasi yang gagal untuk mengakhiri perang. Setelah itu, dia merebut kendali Mesir dari loyalis Ali, membunuh gubernurnya Muhammad bin Abu Bakar, dan mengambil alih jabatan gubernur. Mu'awiyah menahannya di posnya setelah mendirikan Kekhalifahan Umayyah pada 661 dan Amr memerintah provinsi itu sampai kematiannya. BiografiBeliau merupakan tokoh Quraisy yang mahir dalam urusan politik dan strategi berperang bahkan pada saat kaum Muslimin hijrah dari Mekkah ke Habasyah, ia menjadi utusan Quraisy yang bertugas membujuk agar raja Najasyi atau Negus mengembalikan kaum Muslimin ke negerinya semula tetapi hal ini tidak berhasil. Beliau juga pernah mengambil bagian dalam peperangan menentang Nabi Muhammad. dan kaum Muslim. Ia masuk Islam bersama Khalid bin Walid. Enam bulan setelah masuk Islam, dia bersama Rasulullah menaklukan Mekkah dalam peristiwa Fathul Mekkah. Ia adalah panglima perang yang bijak dalam mengatur strategi perang. Dia adalah panglima perang yang menaklukan Baitul Maqdis dan Mesir dari cengkraman Romawi. Ia kemudian dilantik sebagai gubernur Mesir oleh Umar bin Khattab, tetapi kemudian ia mengundurkan diri pada masa Utsman bin Affan. Selanjutnya Muawiyah bin Abu Sufyan melantik kembali dia menjadi gubernur Mesir. Panglima Amru mengerahkan tentara yang Al-Quran menjunjung diujung tombak, ia menggunakan cara ini dalam pertempuran dengan Ali bin Abi Thalib agar Ali bin Abi Thalib menghentikan serangan. Pemerintahan Islam di bawah kepemimpinan Amr bin al-AshIslam tiba di Mesir dan seluruh benua Afrika pada tahun 640 M bersama Jenderal Amr bin Ash dari zaman Khulafaur rasyidin. Islam baru berusia beberapa dekade pada saat itu dan berkembang pesat dengan pengaruh Khulafaur rasyidin, yang telah dibentuk setelah wafatNya Nabi Muhammad saw., pada 632 M. Pada saat itu, Kristen Koptik baru-baru menguasai agama di Mesir Kuno dan menjadi agama yang dominan. Pada 640 M, tentara Muslim mengepung benteng Romawi Babel, yang reruntuhannya masih berdiri di Koptik Kairo. Setelah menaklukkan benteng, Amr bin Ash menuju ke Alexandria pada tahun 641 M, akhirnya memaksa kota itu untuk menyerah setelah pengepungan yang lama dan meninggalkan Mesir di tangan para penakluk Muslim.[1] Atas perintah Khalifah Umar dari ibukota Muslim di Madinah, orang-orang Kristen Mesir diperlakukan dengan baik di bawah penguasa baru mereka. Mereka diharuskan membayar pajak pemungutan suara dengan imbalan pembebasan dari dinas militer dan hak untuk menjalankan agama mereka. Sebuah sistem yang telah menjadi praktik umum di bawah kekaisaran Persia, Romawi, dan Bizantium yang memerintah Mesir sebelumnya. Faktanya, orang Kristen Koptik Mesir telah menderita dan teraniaya selama di bawah pemerintahan Bizantium karena perbedaan teologis dengan Gereja Ortodoks, Bizantium. Dan diperkirakan bahwa sejumlah besar orang Koptik Mesir justru menyambut baik penaklukan Mesir oleh Muslim. Amr bin Ash dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah Mesir, karena ia memperkenalkan Islam ke negara itu. Dia mendirikan sebuah kota baru di utara benteng Romawi Babel yang disebut Fustat. Saat ini, Masjid Amr bin Ash masih menandai situs kota ini. Strukturnya telah direnovasi beberapa kali dan tidak ada struktur aslinya yang tersisa sampai sekarang. Namun masih merupakan situs masjid tertua di Mesir dan seluruh benua Afrika.[2] Referensi
|