Sungai Lariang
Sungai Lariang adalah sebuah sungai yang terletak di Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah, Indonesia.[1] Mengalir sepanjang 245 km, sungai ini merupakan sungai terpanjang di pulau Sulawesi.[2] Di bagian aliran hulu sungai ini terdapat sebuah danau rawa kecil bernama Rano Raba. Danau ini terletak tengah Lembah Napu, Lore Utara. Sungai ini kadang juga disebut Sungai Koro. HidrologiDaerah aliran sungai (DAS) Lariang memiliki luas sekitar 7.069 km2. Sungai Lariang terdiri dari sekitar 58 daerah sub–DAS termasuk DAS di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Namun demikian DAS Lariang sebagian besar terletak di luar TNLL. Hulu paling utara dan timur dari wilayah DAS ini umumnya berada dalam wilayah TNLL, Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso kemudian aliran utama mengalir ke selatan menuju barat daya di sekitar ujung yang lebih rendah daripada TNLL di dekat Desa Tuare, Kecamatan Lore Barat. Sungai Lariang kemudian membelok ke arah barat dan mengikuti patahan Palu Koro sampai ke Desa Lempelaro, Kecamatan Kulawi Selatan, Kabupaten Sigi dimana Sungai Lariang bertemu dengan Sungai Haluo atau Sungai Pebatua di titik 1°39′50″S 120°2′47″E / 1.66389°S 120.04639°E.[3] Sungai ini, yang disebut sebagai Lariang,[4] yang mengalir ke arah selatan. Pertemuan kedua sungai mengubah alirannya ke arah barat membentuk bagian dari perbatasan antara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat dan memasuki Selat Makassar di titik 1°25′00″S 119°17′31″E / 1.41667°S 119.29194°E.[2] setelah melewati Desa Lariang, Kecamatan Tikke Raya, Kabupaten Mamuju Utara.[5][6] Anak sungaiAnak sungainya meliputi:
PemanfaatanSungai Lariang, walaupun tidak seekonomis dan sepenting sungai Gumbasa bagi masyarakat Palu, mendukung kegiatan pertanian pada beberapa pemukiman penduduk seperti di daerah Torire, Lelio, Kolori, Pada, Kageroa, Tuare, Gimpu, dan beberapa desa lainnya, termasuk desa-desa yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Air di wilayah ini belum dimanfaatkan secara intensif seperti sungai-sungai yang berada di sebelah utara TNLL. Sungai Lariang penting dalam memberikan pasokan air irigasi dan kebutuhan air minum bagi banyak desa kecil dan terpencil di wilayah ini.[2] Potensi Sungai Lariang dari segi pariwisata adalah arung jeram. Kandungan emas di sungai ini juga menarik sebagian masyarakat untuk mendulang emas secara tradisional walaupun tidak banyak orang yang melakukannya.[2] Lihat pula
Pranala luarReferensi
|