RRI Surabaya
Radio Republik Indonesia Surabaya (RRI Surabaya) adalah stasiun radio milik LPP Radio Republik Indonesia di Kota Surabaya, Jawa Timur. Stasiun ini mengoperasikan lima stasiun radio FM serta dua studio produksi di Kediri dan Tuban. Mulai mengudara pada tanggal 27 September 1945, 16 hari setelah berdirinya RRI secara nasional,[1] RRI Surabaya berlokasi di Jalan Pemuda Nomor 82-90, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya; gedungnya kini ditetapkan sebagai cagar budaya.[2] SejarahCikal bakal RRI Surabaya adalah Chinese en Inheemse Radioluisteraars Vereniging Oost Java (CIRVO, "Himpunan Pendengar Radio Tionghoa dan Pribumi Jawa Timur"), sebuah radio swasta di masa Hindia Belanda yang tergabung dalam Perikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK), yang kemudian menjadi cabang Surabaya dari Hōsō Kyōku (放送局, "Jawatan Radio"), radio yang beroperasi pada masa pendudukan Jepang di Nusantara. Pasca dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta, seluruh siaran di radio ini dibungkam oleh pihak Jepang sehingga penyiar tidak dapat menyiarkannya di Surabaya. Penyiar Hōsō Kyōku Sukanto Timur, bersama dengan Supeno, menerjemahkan naskah proklamasi ke bahasa Madura untuk kemudian disiarkan.[3] Gedung radio ini, yang berada di Jalan Simpang, kemudian diambil alih pada tanggal 27 September 1945 atau 16 hari setelah RRI lahir.[2] Menurut dokumen PPID LPP RRI, melalui Residen Soedirman, rakyat Surabaya "menghadiahkan Radio Surabaya kepada negara". Koran Soeara Rakjat yang terbit di tanggal tersebut menulis bahwa RRI Surabaya adalah instansi "yang pertama melakukan perebutan dari tangan Jepang."[3] Selama tanggal 13-20 Oktober 1945, Sutomo melakukan pidato di RRI Surabaya. Pidato-pidatonya yang dinilai provokatif oleh pemerintah pusat membuatnya dicekal dari RRI; hal yang kemudian membuat Sutomo mendirikan radio pemberontak.[4] Pada tanggal 28-30 Oktober 1945, gedung RRI Surabaya diserang oleh pasukan Gurkha dari Inggris di bawah Jenderal Aubertin Mallaby yang ingin merebutnya dalam rangka aksi Blok Sekutu mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia. Roeslan Abdulgani dalam memoarnya menulis bahwa pada "28 Oktober jam 14.15 sepasukan tentara Gurkha sebanyak kira-kira 35 orang di bawah pimpinan seorang mayor bangsa Inggris dengan tidak terduga-duga sama sekali menduduki studio RRI di Simpang". Mereka meminta seluruh karyawan/angkasawan menghentikan siarannya dan meninggalkan gedung itu, kecuali Sukirman yang saat itu menjadi pemimpin umum, yang pada akhirnya dipaksa keluar dari gedung tersebut. Tak lama berselang, pertempuran antara tentara Inggris dengan rakyat Surabaya pecah dan mengakibatkan Gedung RRI Surabaya dibakar massa. "Banyak" rakyat Surabaya tewas pada pertempuran ini, sedangkan sebanyak 45 tentara Gurkha tewas di dalam gedung.[3][4] Peristiwa yang menjadi salah satu prolog Pertempuran Surabaya ini kemudian diabadikan dalam sebuah tugu yang berdiri di depan gedung RRI Surabaya saat ini. Semasa perang kemerdekaan, pemancar RRI Surabaya sempat berpindah-pindah. Para karyawan sempat membawa peralatan teknik radio ke studio di kawasan Hotel 88 Surabaya di Jalan Embong Malang, kemudian ke Jalan Kayon 34 Surabaya. Setelah perang, RRI Surabaya tetap bersiaran di lokasi tersebut hingga gedungnya dibangun kembali di tahun 1956.[3] Pada bulan Juli 2020, 60 pegawai RRI Surabaya diketahui terinfeksi penyakit COVID-19 di tengah pandemi Covid-19 di Jawa Timur. Akibatnya, seluruh kegiatan siaran terpaksa dihentikan sementara.[5][6] StasiunRRI Surabaya saat ini menjalankan lima stasiun radio, salah satu di antaranya merelai RRI Programa 3. Stasiun-stasiun radio tersebut antara lain:
RRI Surabaya merupakan salah satu dari tiga stasiun RRI yang menyelenggarakan siaran percobaan radio digital, selain RRI Jakarta dan RRI Bandung. Hingga tahun 2021, stasiun digital RRI Surabaya menyiarkan konten pendidikan dengan nama Suara Pendidikan mulai pukul 08.00-15.00 WIB.[7] Disamping dari 5 programa yang dimiliki oleh RRI Surabaya, lembaga ini juga memiliki Studio Produksi di dua lokasi, yakni di Kabupaten Kediri dan Kabupaten Tuban. Di Kediri, RRI SP Kediri mengudara sejak tahun 2015[8] di frekuensi FM 100.2 MHz dan berlokasi di Jalan PB Soedirman Nomor 140 Kelurahan Pare, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Di Tuban, RRI SP Tuban berdiri sejak tahun 2018 sebagai Stasiun relay dan mengalami peningkatan status pada tahun 2022 sebagai Studio Produksi.[9] RRI SP Tuban mengudara di frekuensi FM 87.9 MHz. Hingga tahun 2021, RRI Programa 4 Surabaya mengudara di frekuensi AM 585 kHz.[butuh rujukan] Galeri logo
LudrukRRI Surabaya dikenal karena kelompok ludruk dan pementasannya, yang melahirkan sejumlah tokoh seperti Cak Kartolo, Cak Kancil, dan Cak Sidik. Lihat pula
Referensi
Pranala luar |