Pasimarannu, Sinjai Timur, Sinjai

Pasimarannu
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenSinjai
KecamatanSinjai Timur
Kode pos
92671
Kode Kemendagri73.07.03.2010 Edit nilai pada Wikidata
Luas3,4 km²
Jumlah penduduk1.927 jiwa (2010)
Kepadatan567 jiwa/km² (2010)
Peta
PetaKoordinat: 5°11′11.54″S 120°16′33.78″E / 5.1865389°S 120.2760500°E / -5.1865389; 120.2760500


Pasimarannu adalah desa yang berada di kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, Indonesia. Desa yang terletak 7 km dari ibu kota kabupaten ini berada pada ketinggian 0–500 m spl.

Wilayah

Batas-batas wilayah

Desa Pasimarannu terletak di Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya adalah 291,80 Ha. Letak Desa Pasimarannu sekitar 9 km dari ibu kota Kabupaten Sinjai. Desa Pasimarannu berbatasan dengan Desa Panaikang di sebelah utara dan Desa Lasiai di sebelah barat. Di bagian timur, Desa Pasimarannu berbatasan dengan Teluk Bone. Desa Pasimarannu juga berbatasan dengan Desa Sanjai di sebelah selatan.[1]

Kondisi alam

Desa Pasimarannu berada di daerah beriklim subtropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau beralngsung selama bulan Oktober hingga April. Sementara musim hujan berlangsung selama bulan April hingga Oktober. Kondisi curah hujan berkisar antara 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun. Masa hujan berlangsung selama 100–160 hari tiap tahun.[1]

Mata pencaharian

Penduduk di Desa Pasimarannu sebagian besar bekerja sebagai nelayan. Jenis alat tangkapnya adalah pancing tonda. Nelayan menangkap ikan menggunakan perahu.[1]

Bencana alam

Abrasi

Desa Pasimarannu selalu mengalami abrasi akibat hantaman ombak dan arus laut yang besar.[2] Kondisi abrasi di Pantai Pasimarannu mengalami pasang surut yang besar karena letaknya yang berhadapan langsung dengan Teluk Bone.[3] Desa Pasimarannu memiliki wilayah pantai yang landai. Garis pantainya telah mengalami kemunduran hingga 100 meter akibat abrasi yang berlangsung sejak tahun 1974. Kondisinya pantainya rusak akibat penambangan pasir liar. Pantainya juga mengalami kerusakan di bagian revetmen akibat terkena ombak setinggi 3 meter setiap bulan April hingga Juli. Permukiman penduduk dan bangunan lainnya mengalami kerusakan selama masa tersebut.[4]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ a b c Risa, dkk. 2021, hlm. 34.
  2. ^ Risa, dkk. 2021, hlm. 33.
  3. ^ Hijriah 2016, hlm. 2.
  4. ^ Hijiriah 2016, hlm. 2.

Daftar pustaka


Kembali kehalaman sebelumnya