Kejatuhan Tiongkok"Kejatuhan Tiongkok", dalam diskursus politik Amerika Serikat, mengacu pada peristiwa jatuhnya Tiongkok daratan ke tangan Partai Komunis dari Nasionalis yang dibeking Amerika Serikat pada tahun 1949,[1][2] dan lantas dijuluki sebagai "kejatuhan Tiongkok ke [tangan] komunisme". Oleh pengkritik pemerintahan Truman, "Kejatuhan Tiongkok" digambarkan sebagai "bencana yang dapat dihindari".[3] Peristiwa ini memicu "perdebatan yang membelah masyarakat". Isu ini dimanfaatkan oleh Partai Republik pada pemilu 1952.[4] Isu ini juga mendorong munculnya sosok Joseph McCarthy,[5] yang mencari kambing hitam atas "kejatuhan" tersebut dan menyasar Owen Lattimore, pakar Asia Tengah ternama.[6] Semasa Perang Dunia II, Franklin D. Roosevelt berasumsi bahwa Tiongkok di bawah pemerintahan Chiang Kai-shek akan menjadi negara besar usai perang bersama Amerika Serikat, Britania Raya, dan Uni Soviet.[2] Menurut John Paton Davies Jr. (salah seorang "China Hand" yang karier diplomatiknya hancur akibat kejatuhan Tiongkok), kebijakan Roosevelt gagal karena tidak adanya bantuan material yang cukup dari Roosevelt untuk Chiang Kai-shek pada masa perang melawan Jepang tahun 1930-an dan 1940-an dan pilihan duta besar untuk Tiongkok yang tidak cocok.[2] Menurut sejarawan Arthur Waldron, "Franklin Roosevelt memandang Tiongkok sebagai negara yang telah benar-benar dikuasai oleh [Chiang Kai-shek]." Kekuasaan Chiang Kai-shek cukup lemah dan "setelah Jepang kalah, Tiongkok mengalami kekosongan kekuasaan, memandang ke Moskow, dan tidak bisa dikendalikan para Nasionalis. Artinya, jatuhnya Tiongkok ke tangan komunisme dibantu oleh bobroknya kebijakan Roosevelt."[2] Noam Chomsky, pengkritik utama kebijakan luar negeri A.S., berkomentar bahwa istilah "kejatuhan Tiongkok" mengungkapkan posisi kebijakan luar negeri Amerika Serikat:
Sejarawan Amerika Serikat Miles Maochun Yu berkomentar dalam ulasan buku tahun 2010 tentang "...pertengkaran yang tak kunjung usai mengenai pihak yang tebakannya benar soal situasi Tiongkok tanpa memandang kenyataannya di Tiongkok. Artinya, perdebatan mengenai Tiongkok Komunis, segala pertanyaan yang dilontarkan dan isu yang dibahas sering kali mencerminkan politik dan perubahan kebijakan Amerika Serikat yang bersifat partisan dan tidak mempertimbangkan kenyataan di Tiongkok".[7] Pada awal 1950-an, pemerintahan Truman dicerca atas "jatuhnya" Tiongkok. Senator Joseph McCarthy mengatakan dalam pidatonya tahun 1950 bahwa "orang-orang Komunis dan menyimpang" di Departemen Luar Negeri yang dibiarkan Presiden Harry S. Truman bertanggung jawab atas "jatuhnya" Tiongkok.[8] Dalam sebuah pidato yang berisi kekhawatiran akan "lunaknya" maskulinitas Amerika Serikat pada 1950-an, McCarthy menuduh bahwa "antek-antek partai Moskow" di Departemen Luar Negeri mengendalikan kebijakan luar negeri Amerika Serikat terhadap Tiongkok. Ia juga menuduh Dean Acheson sebagai "diplomat amatiran yang senyam-senyum di hadapan petinggi Soviet".[8] Salah satu buku terkenal tentang "kejatuhan Tiongkok" adalah buku The Shanghai Conspiracy (1952) oleh Jenderal Charles A. Willoughby yang mengklaim bahwa jaringan mata-mata Soviet pimpinan Richard Sorge (ditangkap tahun 1941 dan dieksekusi tahun 1944) masih ada.[9] Willoughby kembali mengklaim bahwa jaringan mata-mata Sorge memicu "kejatuhan Tiongkok" tahun 1949 dan pelan-pelan berusaha mengambil alih pemerintahan Amerika Serikat.[9] Pakar Jepang asal Amerika Serikat, Michael Schaller, menulis bahwa Willoughby benar saat mengungkapkan bahwa Sorge adalah mata-mata Uni Soviet, sama seperti beberapa wartawan sayap kiri Amerika Serikat yang bekerja dengan Sorge di Shanghai pada awal 1930-an, tetapi sebagian besar bukunya justru menunjukkan bahwa salah satu agen intelijen militer paling cakap sepanjang sejarah Amerika Serikat sangat paranoid.[9] Lihat pula
Referensi
Bacaan lanjutan
|