Ewako
Ewako (Lontara: ᨕᨙᨓᨀᨚ , transliterasi: Éwako) adalah sebuah kata sekaligus istilah populer yang akrab di telinga masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis dan suku Makassar. Kata "ewako" diterima baik dalam bahasa Bugis maupun dalam bahasa Makassar untuk menyatakan ungkapan penyemangat dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang sedang atau yang akan dilakukan agar dapat berjalan dengan baik. Kata ini kerap dijadikan sebuah slogan atau yel-yel untuk ungkapan semangat. Pada musim-musim menjelang pemilihan umum di wilayah Sulawesi Selatan, kata ini sering ditemukan dalam bentuk slogan di baliho kampanye politik dan ditempel di angkutan umum, truk, dan becak. Pada pertandingan sepak bola dari tim sepak bola asal Makassar dan mendengar para supporternya meneriakan dengan penuh semangat kata "ewako". Kata "ewako" telah menjadi identitas dan ciri dari tim sepak bola asal Makassar, PSM Makassar. Kata ini merupakan magic word yang sering digunakan oleh suporter dan pemain untuk membakar semangat seluruh anggota tim di setiap pertandingan.[1][2] Penyebutan kata "ewako" biasanya digandengkan dengan nama komunitas atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan nama orang/tokoh. Akar bahasaDalam perspektif bahasa Bugis, kata "ewako" diambil dari kata "ewa" atau "mewa" dengan enklitik -ko (ewako/mewako, lawanlah), sedangkan dalam perspektif bahasa Makassar, kata "ewako" diambil dari kata "rewa" dengan enklitik -ko (rewako, lawanlah). Secara harfiah, "ewako" dimaknai sebagai ajakan untuk berani berjuang atau dapat disepadankan dengan kata-kata seperti ayo lawan!, ayo berjuang!, berani!, jangan putus asa![3] Jika dipakai kata tambahan seperti Ewako PSM! maka itu artinya Berjuanglah PSM! Kata "ewako" tidak hanya digunakan untuk mendukung PSM atau tim sepak bola. Kata ini juga digunakan untuk memberikan semangat kepada seseorang atau sekelompok orang dalam bidang atau hal lain. Kata tersebut telah berfungsi sebagai pembakar semangat solidaritas masyarakat Sulawesi Selatan. Menurut Kamus Populer Inggris-Makassar, Indonesia-Makassar, kata "rewako" merupakan terjemahan dari kata ‘berani’ dalam bahasa Indonesia, dan ‘brave’ dalam bahasa Inggris. Keberanian masyarakat Bugis-Makassar tergambar dalam semboyan pelaut Bugis-Makassar “sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai”.[1] Kata "ewako" kadang juga dikonotasikan negatif apabila tidak memahami makna sebenarnya dengan tepat. "Ewako" dapat dipahami hanya sebuah kata emosional dari seseorang yang menantang orang lainnya untuk berkelahi/berduel. Untuk itu harus memaknai kata ewako dengan tepat. Salah satu perspektif untuk memaknai kata "ewako" ialah dengan menggali dan menghayati nilai-nilai kultural masyarakat Bugis-Makassar itu sendiri. Paling tidak ada tiga hal yang sangat dijunjung oleh masyarakat Bugis-Makassar, yaitu siri', pesse'/pacce', dan were’. Siri' merupakan sebuah sistem nilai sosio-kultural dan kepribadian, yang merupakan pranata pertahanan diri dan martabat manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Dengan kata lain, siri' adalah pandangan hidup yang bertujuan untuk mempertahankan harkat dan martabat pribadi, orang lain atau kelompok, dan terutama negara. Pesse' atau dalam bahasa Makassar pacce' secara bahasa berarti pedih, perih. Ini berarti pacce' mengandung makna rasa iba. Pesse' bisa juga diartikan sebagai rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menyalakan semangat rela berkorban, bekerja keras dan pantang mundur. Were' adalah kepercayaan pada diri sendiri yang teguh, bahwa hanya dengan ketekunan dan kerajinan yang dilandasi dengan kecakapan, kejujuran, kebenaran, ketegangan serta kesabaran, maka nasib seseorang atau sesama warga negara dapat diperbaiki. Kepercayaan pada diri sendiri ini tidaklah dapat dipisahkan dari kepasrahan dan pengandalan diri orang terhadap Tuhan.[4] Padanan lainnyaDi bawah ini adalah contoh kata atau istilah dengan padanannya dalam kata ewako.
Referensi
|