Emmanuel Levinas
Emmanuel Levinas adalah seorang filsuf Prancis kontemporer.[4][5] Filsafat Levinas merupakan perpaduan unik antara tradisi agama Yahudi, tradisi Filsafat Barat, dan pendekatan fenomenologis.[4] Dia terkenal sebagai filsuf etika dengan sebutan Etika Tanggung jawab, bahkan disebut juga satu-satunya moralis dalam pemikiran pada tahun 1981.[6] Dua karya besarnya berjudul Totalitas dan Tak Berhingga dan Lain daripada Ada atau di seberang Esensi.[6] Riwayat HidupEmmanuel Lévinas (Prancis [leviˈna, leviˈnas]; 12 Januari 1906 – 25 Desember 1995) lahir di Kaunas (Kovno), Lithuania, pada tahun 1906.[4][5] Ia merupakan keturunan Yahudi.[4][5] Pada tahun 1923, ia mendaftarkan diri untuk belajar di University of Strasbourg di Prancis.[4][5] Tahun 1930 ia memperoleh kewarganegaraan Prancis.[4] Orang tuanya mendidiknya dalam bahasa dan sastra Rusia ketimbang bahasa Lithuania, sehingga dia mempelajari bahasa Rusia dan bahasa Ibrani.[7] Dia juga belajar teologi Yahudi.[7] Teori etikanya diperoleh dari membaca karya-karya Dostoyevsky, Tolstoy, Pushkin, dan Gogol.[7] Kemudian dia pergi ke Prancis untuk belajar filsafat pada tahun 1023 di bawah bimbingan Blondel dan Maurice Pradines.[7] Tahun 1928-1929 ia mengikuti kuliah Husserl di Freiburg dan juga membaca karya Heidegger, Ada dan Waktu. Selain dipengaruhi Husserl dan Heidegger, pengaruh Dostoyevsky juga memperkuat pandangan etikanya. Selain itu, filsuf besar lain yang mempengaruhinya adalah Immanuel Kant dan Bergson.[7] Kemudian pada tahun 1930 ia mendapat kewarganegaraan Prancis bersamaan dengan tesisnya doctorat de troisieme cycle.[7] Levinas pernah menjadi anggota tentara Prancis pada masa Perang Dunia II dan sempat ditangkap oleh NAZI.[4] Karena ia seorang keturunan Yahudi, ia dimasukkan ke dalam kamp konsentrasi.[4] Pengalaman selama ia dipenjara dan melihat pembantaian orang-orang Yahudi memengaruhi filsafat Levinas di kemudian hari.[4] Setelah Perang Dunia II usai, Levinas bekerja sebagai dosen filsafat di beberapa universitas di Prancis dan menulis berbagai buku.[4] Ia meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 1995.[4][5] PemikiranHubungan Asimetris Antar-ManusiaPemikiran Levinas yang amat terkenal adalah tentang hubungan antar-manusia, yang terdapat dalam karya yang berjudul Totalitas dan Tak Berhingga: Esai tentang Eksterioritas".[4] Yang dimaksud sebagai totalitas oleh Levinas adalah bagaimana tradisi filsafat Barat sejak Descartes menempatkan pribadi manusia sebagai individu yang total.[4] Jadi, manusia sebagai individu berperan sebagai subyek yang terpisah dari segala objek lain di luar dirinya, baik itu manusia lain, makhluk lain, atau benda-benda lain.[4] Kemudian Levinas berkata bahwa totalitas itu dihancurkan oleh "yang tak berhingga".[4] "Yang tak berhingga" itu adalah realitas di luar diri manusia yang tidak dapat dikuasai oleh totalitas individu.[4] Menurut Lubis, "yang tak berhingga" itu adalah sesama manusia yang tadinya berperan sebagai orang asing bagi individu.[4] Di sinilah, totalitas individu menjadi hancur karena setiap individu harus berhubungan dengan sesamanya manusia.[4] Karena itu, manusia memiliki kewajiban etis terhadap sesama manusia lain, dan kewajiban itu bersifat asimetris.[4] Asimetris yang dimaksud adalah bahwa apa yang saya berikan kepada orang lain tidak boleh saya minta balasannya.[4] Dengan demikian, Levinas menginginkan hubungan antar-manusia yang saling memberi diri tanpa mengharapkan balasan.[4] Tentang TransendensiTransendensi dilihat oleh Levinas sebagai kebutuhan untuk melarikan diri.[8] Levinas melihat ada dua hal yang terus menjadi perbincangan metafisik sepanjang sejarah manusia, terutama abad pertengahan dan pencerahan.[9] Warisan pemikiran dari Immanuel Kant dan fenomenologi Martin Heidegger telah menyemangatinya untuk melacak dunia yang nyata dan yang tersembunyi, dengan kata lain yang riil dan "tak berhingga".[9] Ketika manusia melacak yang tersembunyi dan tak berhingga itu, maka dia memasuki ranah transendensi.[9] Tentang FenomenologiFenomenologi yang dimaksud adalah yang tampak dalam perjumpaan antara manusia yang nyata sekaligus membawa nilai-nilai yang tak kasatmata.[10] Pertemuan dengan manusia lain itu adalah pengalaman dasariah yang mampu menyadarkan kita secara langsung bahwa manusia memiliki tanggung jawab dan totalitas atas keselamatan orang lain itu.[10] Langsung dalam arti bahwa tanggung jawab itu membebani kita mendahului komunikasi eklplisit dengan orang lain itu.[10] Pengalaman dasar itu bersifat etis.[10] Dalam pengalaman dasar itu - pengalaman tanggung jawab mutlak saya terhadap orang lain - Sinar Kesucian dari "Yang Ilahi" ikut terlihat.[10] Dari sinilah Emmanuel Levinas, dalam analisis eksitensial-fenomenologis merupakan titik tolak dasariah yang mana pengalaman moral merupakan titik tolak segala kesadaran manusia.[10] Sikap dan dimensi yang kelihatan itu sekaligus merupakan kesadaran akan Tuhan yang mengikutinya.[10] Tulisan-tulisan Terpilih oleh LevinasSebuah Biografi lengkap tentang Levinas hingga tahun 1981 diterbitkan oleh Roger Burggraeve, Emmanuel Levinas (1982). sebuah daftar, terjemahan Bahasa Inggrisnya yang tidak tampak di sini dapat ditemukan dalam Critchley, S. and Bernasconi, R., (ed.) The Cambridge Companion to Levinas (publ. Cambridge UP, 2002), pp. 269–270. Bibliography[pranala nonaktif permanen] of English translations of Levinas's writings.
PengaruhnyaSalah satu filsuf besar yang merasa berhutang budi pada Levinas adalah Jean Paul Sartre.[7] Selain itu, pengaruhnya terhadap generasi saat itu juga tampak dalam diri Blanchot, Derrida, Irigaray, dan Lyotard.[7] Sumbangan Levinas adalah pemikiran ulang tentang konsep dan realitas "Yang Lain", dia memikirkannya "sebelum ada tindakan apa pun"[7] Referensi
The Levinas Online Bibliography (Prof. dr. Joachim Duyndam, editor-in-chief), <http://www.levinas.nl> Hosted by the University of Humanistics, Utrecht, the Netherlands |