Dian Ekawati
Dian Ekawati, S.S., lengkap Dian Ekawati Mappaselleng (kadang ditulis Dian Ekawaty) (lahir 29 Maret 1972)[1] adalah seorang penyanyi lagu-lagu nasional dan daerah, penyiar radio, pengisi suara, dan politikus berkebangsaan Indonesia keturunan Makassar. Lebih dikenal sebagai penyanyi lagu-lagu daerah berbahasa Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar yang dirangkum dalam albumnya "Album 4 Etnis" sehingga ia dijuluki sebagai penyanyi empat etnis. Ia mengawali karier sebagai penyanyi pasca menjuarai sekaligus sebagai penyanyi wanita terbaik pada Pioneer 1st Asian Laser Disc Karaoke Championships di Singapura tahun 1991 ketika itu masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Di Sulawesi Selatan, Dian Ekawati dikenal sebagai pelantun lagu-lagu hits daerah, seperti "Mappadendang", "Indo' Logo", "Tana Ogi Wanuakku", dan "Alosi Ripolo Dua" dan dirinya kerap menghiasi acara-acara di TVRI Makassar. Kehidupan awalDian Ekawati lahir pada 29 Maret 1972. Ia lahir di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Ia merupakan anak ke-7 dari delapan bersaudara dari pasangan almarhum H. Mattewakkang Mappaselleng Daeng Maggaoe, B.A. dan almarhumah Hj. Insana Daeng Bae. Bakatnya dalam menyanyi turun dari orang tuanya. Ayahnya, Mappaselleng adalah tokoh budaya dan seniman yang terkenal di Kota Makassar sebagai Passinriliq, yaitu seniman yang menguasai alat musik tradisional sinrilik khas suku Makassar. Sedangkan ibunya, Insana Daeng Bae menurunkan jiwa seni meski bukan musik. Itu sebabnya, seluruh delapan anak pasangan Mappaselleng-Insana berbakat dalam seni dari seni drama, pentas, musik, hingga puisi. Bahkan, Dian Ekawati mengaku, sebelum menjadi mahasiswa, piala juara lebih banyak diraih untuk lomba pidato dan puisi. Dengan demikian, Dian Ekawati terlahir dari orang tua yang ahli dalam dunia seni maupun musik. Masa kanak-kanak hingga sekolah dasar dari Dian Ekawati banyak dihabiskan di Kota Samarinda, Kalimantan Timur mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pegawai di Kalimantan Timur. Mappaselleng yang menjadi juru penerang karena pernah menjadi Kepala Kanwil Penerangan di Kalimantan Timur memberi nama anak-anaknya dengan "Nur" atau "Dian". Riwayat pendidikanPendidikan formal
Pendidikan informal
Karier musikLatar belakang menjadi penyanyiDian Ekawati, wanita yang berdomisili di Jl. Baji Minasa No. 17 Makassar 90126, Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan ini mengawali karier di dunia musik usai menjadi jawara Asia di Singapura.[1] Belantika musik Indonesia barangkali telah melahirkan penyanyi-penyanyi kenamaan. Tapi semua nama yang dikenal luas saat ini, tentunya belum mencakup semua orang yang berbakat tarik suara. Dan tak jarang diantara mereka, sebagian sudah mengukir prestasi, meski tak luas publik yang menyadarinya. Sebut saja, seperti Dian Ekawati. Kiprah Dian Ekawati di dunia tarik suara sudah membuatnya terkenal di seantero Sulawesi Selatan. Album daerah yang direkamnya juga laris di mana-mana. Industri musik nasional barangkali belum melambungkan namanya. Tapi siapa sangka, penyanyi pop dan lagu-lagu daerah asal Makassar ini pernah mengharumkan nama bangsa di tingkat Asia. Pada tahun 1991, Dian pernah menjuarai Pioneer 1st Asian Laser Disc Karaoke Championships di Singapura. Ia pun pernah meraih juara pertama dalam ajang Pioneer 1st Asian Laser Karaoke Championship di Jakarta. Dan itu belum semuanya. Beberapa lomba tarik suara lain juga pernah ia juarai, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam wawancara dengan sebuah portal berita daring pada November 2012, Dian Ekawati mengaku dihadiahi kesempatan recording ketika memenangi lomba di Singapura itu. Namun kesempatan tersebut ia relakan demi mematuhi keputusan orang tua yang belum mau memberikan restu karena usianya saat itu masih belia. Kendati demikian, pengalaman itu tidak menyurutkan kiprah Dian Ekawati di dunia seni. Terbukti, hingga saat ini ia masih berkarya meski tidak di dunia industri besar musik Indonesia. Tanah kelahirannya di Sulawesi Selatan, Dian Ekawati sudah dianggap sebagai diva lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan.[2] Dian Ekawati adalah salah seorang dari penyanyi daerah Sulawesi Selatan yang tetap setia menyanyikan lagu-lagu daerah Sulawesi Selatan. Meski menempuh jalur lagu-lagu pop nasional berbahasa Indonesia diyakini akan lebih cepat mengorbitkan dirinya di pusaran ketenaran sebagai seorang artis penyanyi, Dian Ekawati bergeming. Dia telanjur larut dalam kecintaan menekuni senandung daerah. Dari larut, kemudian hanyut melantunkan lagu-lagu berbahasa Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja, empat bahasa di ranah Sulawesi Selatan yang sekaligus mewakili empat etnis besar.[2] Modal untuk go national sesungguhnya sudah lebih dari cukup. Simak saja prestasi dara ini yang pernah menjadi penyanyi wanita terbaik se-Asia lomba tarik suara Laser Disc Karaoke Pioneer Championships di Singapura tahun 1991, saat ia mulai kuliah di Sastra Inggris, Universitas Muslim Indonesia (UMI), Makassar. Sebelum menuju Singapura, Dian harus menyisihkan ratusan rivalnya dari berbagai pelosok Tanah Air. Mula-mula dia menyisihkan ribuan rivalnya di Sulawesi Selatan. Lolos sebagai juara pertama, harus beradu di tingkat nasional yang diadakan di Jakarta. Juri untuk tingkat nasional, antara lain Is Haryanto, Wieke Gur, Chandra Darusman, dan Purwacaraka. Di sini tersaring finalis masing-masing 12 pria dan wanita. Namun, tim juri menetapkan Dian sebagai juara pertama kelompok wanita dan Julius Vincentin sebagai juara pertama pria. Di tingkat Asia yang diikuti delapan negara, Dian berjaya setelah menyenandungkan Antara Anyer dan Jakarta, lagu yang pernah dipopulerkan penyanyi Malaysia, Sheila Madjid. Modal sebagai juara Asia membawanya ke Negeri Sakura, Jepang, di tahun yang sama, beradu vokal dengan para penyanyi Jepang. Sebagai bintang tamu, Dian Ekawati bangga menjadi juara karena mampu mengalahkan para penyanyi Jepang. Lebih bangga lagi setelah sadar bahwa dia adalah putri daerah.[2] Upaya album solo keduanya kembali ke tahun 1993 ia berhijrah ke Jakarta, Dian telah berganti nama samaran menjadi Dewi Ria P., ketika ditolak di berbagai label rekaman, akhirnya ia diterima di HP Record pada tahun 1993, tiba-tiba Dian Ekawati setelah merekam album duet mereka pada tahun 1991; Hadi Sunyoto meminta Dian untuk mengisi penyanyi utama pada album pop disco "Perjaka dan Gadis Desa" yang ditulis oleh Rudy Anand, keduanya dirilis semua sebagai album pada tahun 1993. Setelah menyelesaikan album pop disco Perjaka dan Gadis Desa, ia kembali menggunakan nama aslinya.[2] Tahun-tahun sebelumnya prestasi dari menyanyi kerap diraihnya. Selain menjadi juara nasional kedua Bintang Radio dan Televisi tahun 1996, tahun 1995 ia meraih juara pertama festival menyanyi mahasiswa se-Indonesia. Tahun 1997 dikirim ke Brunei Darussalam sebagai wakil mahasiswa Indonesia dan meraih predikat penyanyi kontemporer terbaik. Atas prestasinya itu, tahun 2000 gadis Makassar yang fasih berbahasa Banjar ini menjadi duta wisata Indonesia, yang memungkinkannya bisa menginjakkan kaki di Jerman, Perancis, Belanda, dan sejumlah negara di Asia.[2] Ciri khasDian Ekawati dikenal sebagai penyanyi yang memiliki suara khas untuk lagu-lagu daerah di Sulawesi Selatan. Selain suaranya jernih dan memukau, penampilannya pun cukup diperhatikan sehingga terlihat fashionable ketika tampil menyanyi atau pada acara-acara tertentu. Dalam menyanyikan lagu daerah, ia kerap memakai pakaian adat menyesuaikan lagu daerah yang dinyanyikan tersebut. Begitu pun dengan aksi panggung yang enerjik. Tidak hanya menyanyi di atas panggung, ia kerap memberikan celotehan-celotehan bak pembawa acara dengan logat khas Makassarnya untuk memberikan sapaan dan sentuhan kepada hadirin penonton atau tamu undangan. Dalam setiap kesempatan, tidak jarang Dian Ekawati turun panggung untuk sekadar menyapa dan menyentuh hadirin, dalam logat daerah. Cara berkomunikasi dengan hadirin inilah yang tak banyak dimiliki penyanyi lokal. Kolaborasi dengan musisi Oddie AgamPada Desember 2012, Dian Ekawati merilis lagu single skala nasional pertamanya berjudul "Tanda-Tandanya" yang merupakan karya dari Oddie Agam. Lagu tersebut pernah populer pada tahun 80-an. Dan lagu tersebut didaur ulang dengan genre yang berbeda untuk single Dian Ekawati. Dian Ekawati mengaku sudah sejak lama ingin kolaborasi dengan Oddie Agam. Menurutnya, Oddie Agam merupakan pencipta lagu favoritnya sejak kecil. Selain itu dia juga yang membantu awal kariernya. Oleh karena itu, Dian Ekawati memiliki cita-cita untuk bisa menyanyikan lagunya, dan akhirnya tercapai. Sementara itu, Oddie Agam memuji karakter dan ciri khas Dian Ekawati saat menyanyikan lagunya.[3][4] Kolaborasi dengan rapper JFlowWalau terkesan terlambat memunculkan singel perdana nasionalnya berbahasa Indonesia, Dian Ekawati merasa senang bisa meramaikan industri musik Indonesia. Dara penyanyi asal Makassar yang masih menjomblo ini berduet dengan rapper ternama JFlow dalam single "Tanda-Tandanya" yang rilis pada penghujung tahun 2012. Single tersebut merupakan ciptaan Oddie Agam yang pernah dipopulerkan oleh Mus Mujiono. Syuting video klip single tersebut dilakukan di Gedung PFN, Bilangan Otista, Jakarta Timur. Selain featuring dengan JFlow, lagu "Tanda-Tandanya" juga diaransemen ulang oleh musisi Irwan Simanjuntak. Sementara konsep video klip diarahkan oleh sutradara Chris Sinjal.[5] Dian Ekawati mengatakan video klipnya dibuat tanpa story line, tapi tetap tidak meninggalkan tema lagu yang menggambarkan tentang semangat seseorang yang sedang jatuh cinta. Sengaja dibuat dengan penuh semangat dan dinamis oleh para penarinya.[6][7] Hambatan karierKesempatan menjadi penyanyi nasional sesungguhnya telah terbuka lebar. Bukan hanya karena berbekal prestasi yang mentereng, mulai dari prestasi lokal, nasional, regional, dan bahkan prestasi internasional, tetapi karena "garis nasib" yang menentukan bahwa Dian harus dikenal sebagai penyanyi lokal, khususnya untuk kawasan Sulawesi Selatan. Dian Ekawati dalam menekuni dunia musik tidaklah berjalan mulus, terutama dalam keinginannya memiliki album nasional atau musik Indonesia. Ia pernah merilis sebuah album berbahasa Bugis dan Makassar tahun 1991. Pasca menjuarai festival musik se-Asia di Singapura tahun 1991, Dian Ekawati sempat ditawarkan rekaman di JK Records.[8] Itu menjadi kesempatan pertama datang di tahun 1991 saat dia masuk dapur rekaman JK Records di Jakarta atas sponsor pemimpin sebuah organisasi kepemudaan. Baru membawakan satu lagu ciptaan Pance Pondaag, tidak ada lagi kelanjutan. Kesempatan kedua di tahun 1997. Namun, rekaman di tempat Rinto Harahap itu gagal total. Sebab, dalam perkembangannya, Jakarta disapu kerusuhan massal yang memaksa Presiden Soeharto lengser. Tahun 2001 ada tawaran rekaman lagi dari Musica Studio untuk membuat sebuah album nasional di Jakarta dengan bantuan komposer Andi Rianto, tetapi gagal tak sesuai rencana karena Dian harus tinggal enam bulan di Jakarta. Orang tua dari Dian tak mengizinkan berlama-lama di Jakarta. Dian Ekawati harus menunggu selama 11 tahun untuk pembuatan single nasional perdananya yang diproyeksikan untuk pembuatan album impiannya. Berbagai rintangan berhasil dilaluinya selama rentang tersebut. Tahun 2012, Dian Ekawati kembali mencoba peruntungan di industri musik Indonesia dengan bantuan Sonya yang menemukan bakat menyanyinya. Dia menyanyikan lagu karya Oddie Agam yang pernah dipopulerkan Mus Mujiono, "Tanda-Tandanya". Lagu ini melalui masa penggodokan selama dua tahun (2010–2012). Lagu "Tanda-Tandanya" didaur ulang dan diubah ke genre pop rap sentuhan irama dance yang kental pada aransemen dan pada pembuatan video klipnya ada beberapa gerakan dance yang dilakukan di Gedung PFN, Otista, Jakarta Timur. Dan tidak tanggung-tanggung, Dian Ekawati juga mengajak rapper JFlow untuk meramaikan lagunya. Singel tersebut dirilis di penghujung tahun 2012. Pada wawancara 5 Desember 2012 di Studio Radio SPFM Makassar, Dian Ekawati mengungkapkan perjalanan panjang kariernya selama menjadi penyanyi daerah sampai alasan kenapa dia terlambat berkiprah di tingkat nasional. Ia mengungkapkan bahwa saat itu orang tuanya tidak merestui berkarier di Jakarta karena usia masih belia[8][9] dan juga keadaan stabilitas politik dan keamanan di Jakarta tidak kondusif.[10][11][12] Sadar bahwa dunia rekaman, apalagi di tingkat daerah, tidak akan menuai hasil secara ekonomis, dia memantapkan diri di jalur panggung atau pentas. Hasilnya, seluruh daerah di kawasan timur Indonesia sudah dijelajahinya. Tarifnya bervariasi, dari tidak dibayar untuk urusan amal sampai pernah dibayar puluhan juta karena diundang sebuah kabupaten yang kaya raya di Kalimantan Timur. Tetapi di TVRI Makassar, Dian Ekawati biasa diberi honor Rp3.500. Namun, ia berterima kasih kepada TVRI Makassar karena telah membesarkan namanya dengan berbagai acara.[2] Dari hasil jerih payahnya sebagai penyanyi lokal, kini kemana-mana Dian berkendaraan mobil mungil warna biru tua buatan Korea, meski dia mengakui kendaraan itu diperoleh dengan cara mencicil. Sebuah rumah yang tidak disebutkan lokasinya juga menjadi simbol atas konsistensinya menyanyi. Dian mengaku harus berterus terang soal penghasilan dan pencapaian prestasinya, tidak lain untuk memotivasi dan mendorong sesama penyanyi Sulawesi Selatan.[2] Dian mengaku sangat menghormati orangtuanya. Bukan karena mereka mengajari anak-anaknya budaya siri, di mana dalam kearifan lokal ini harga diri di atas segala-galanya, tetapi juga sikap mandiri yang luar biasa. Mereka punya pengetahuan luas, teguh, dan punya memori yang kuat, serta selalu mengajarkan kemandirian, termasuk mandiri buat perempuan.[2] Setelah dunia panggung pudar dan menjauh seiring berjalannya waktu, Dian berobsesi mendirikan bina vokalia untuk menampung anak-anak berbakat Sulawesi Selatan dalam berolah suara. Obsesi lain yang diimpikannya ialah mendirikan wadah atau paguyuban tempat seniman Sulawesi Selatan bisa bertemu dan bertukar pikiran menyiasati "hidup setelah nyanyi". Di sini seniman sepuh dan seniman muda bisa berbagi pengalaman. Menurut dara yang pernah membacakan teks sumpah setia di depan Presiden BJ Habibie ini, kebanyakan seniman lokal menderita di saat beranjak tua.[2] DE LoversDE Lovers merupakan singkatan dari Dian Ekawati Lovers yang mengacu pada sebutan komunitas bagi penggemar Dian Ekawati. KaryaDiskografiAlbum
Single
Jingel
OrganisasiDian Ekawati juga aktif berorganisasi baik sosial maupun politik dan terlibat banyak pada kegiatan charity dan penyelamatan lingkungan serta promosi kepariwisataan.
Acara televisi
Acara Radio
Prestasi dan penghargaan
Karier politikDian Ekawati dikenal masyarakat Makassar bahkan Sulawesi Selatan sebagai penyanyi lagu daerah. Kiprahnya di belantika musik lokal dan nasional membuatnya mendapat tempat tersendiri di hati penggemarnya. Dian Ekawati yang beralih menjadi politisi adalah Caleg DPR-RI Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan I nomor urut 2. Pada tahun 2014, Dian Ekawati mengikuti kontestasi politik pada Pemilihan Umum 9 April untuk menjadi anggota DPR RI periode 2014-2019 mewakili Partai Nasional Demokrat, berasal dari daerah pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan I yang meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Takalar, dan Kabupaten Kepulauan Selayar. Namun demikian, ia gagal karena perolehan suara yang dimilikinya kalah dari pesaingnya.[1][13][14] Sejarah elektoral
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|