Bustanil Arifin
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Bustanil Arifin, S.H. (10 Oktober 1925 – 13 Februari 2011) adalah seorang militer dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) dan Menteri Koperasi Indonesia. Namanya diabadikan sebagai nama jalan di kota kelahirannya. Latar belakangBustanil lahir dari pasangan Raden Mas Ahmad dan Aminah. Ayahnya adalah seorang bangsawan Jawa yang menjadi teknisi kereta api di Padang Panjang, sementara ibunya adalah orang Minangkabau. Semasa remaja ia ikut orang tuanya yang pindah tugas ke Sigli, Aceh Timur. Disana ia mengenyam pendidikan sebelum akhirnya berpindah lagi ke Padang Panjang dan Medan mengikuti ibunya yang menikah lagi dengan Sutan Ilyas yang berprofesi sebagai pemborong. KehidupanPada masa remaja ia bergabung dengan tentara Jepang. Setelah kemerdekaan ia direkrut menjadi tata usaha Kompi Parang Berdarah, kemudian diangkat sebagai Komandan Kompi III Batalyon III IRMA yang diterjunkan ke Medan Area. Tugasnya menghadang tentara Sekutu yang telah masuk melalui Pelabuhan Belawan. Setelah masa revolusi berakhir, ia melanjutkan karier militernya di lingkungan TNI Angkatan Darat Pusat, diajak oleh senior-seniornya yang sama berjuang pada masa revolusi di Aceh dan Medan Area. Pada masa Orde Baru, Bustanil diangkat Soeharto menjadi Kepala Bulog. Pada masa kepemimpinannya ia berhasil melakukan swasembada pangan. Kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Pada tahun 1978, ia masuk ke dalam jajaran anggota Kabinet Pembangunan III yakni sebagai Menteri Muda Urusan Koperasi. Di Kabinet Pembangunan IV dan Kabinet Pembangunan V, ia kembali terpilih sebagai Menteri Koperasi. Di Sumatera Barat, Bustanil membangun PDIKM (Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau) dan Minangkabau Village di Padang Panjang. Ia juga ikut membangun rumah sakit jantung di Padang pada awal dekade 1990-an.[2] Bustanil Arifin meninggal dunia di Rumah Sakit Cedars Sinai, Los Angeles, Amerika Serikat pada tanggal 13 Februari 2011, dalam usia 85 tahun.[3] KeluargaIa menikah dengan R.A. Suhardani, seorang perempuan berdarah Jawa. Dari pernikahannya itu ia dikaruniai empat orang anak, yaitu Yani, Alex, Alwin, dan Emil.[4] Pendidikan
Karier
Karier Militer
Karier Organisasi
PenghargaanSelama masa hidupnya, ia mendapat tanda kehormatan dari negara seperti Bintang Mahaputera Adipradana (17 Agustus 1982)[5], Bintang Gerilya, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Satyalancana Kesetiaan 8 tahun, Satyalancana Kesteiaan 24 tahun, Satyalancana Perang Kemerdekaan I, Satyalancana Perang Kemederkaan II, Satyalancana GOM I, Satyalancana GOM II, Satyalancana GOM III, Satyalancana GOM V, Satyalancana Penegek, Satyalancana Dwidya Sistha, dan Satyalancana Wira Dharma[6]. Referensi
|