Transpuan
Transpuan atau perempuan transgender atau wanita transgender adalah seorang wanita yang ditunjuk sebagai laki-laki saat lahir. Istilah wanita transgender tidak selamanya dapat diterapkan pula bagi wanita transseksual meskipun terkadang kedua istilah tersebut digunakan seperti itu. Transgender merupakan sebuah kata umum yang mencakup berbagai jenis dari variasi gender masyarakat, termasuk orang transseksual. Baik wanita transseksual maupun wanita transgender dapat mengalami apa yang disebut disforia gender yaitu kondisi yang timbul akibat adanya ketidaksesuaian antara identitas gender dengan jenis kelamin yang ditunjuk kepada mereka saat lahir. Disforia gender dapat mencakup peran gender, karakteristik seksual primer, dan sekunder yang terkait dengan gender seseorang. Kondisi tersebut dapat menyebabkan rasa kecemasan yang kuat atau membuat individu kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.[1] Beberapa transpuan dapat menilai bahwa transisi gender mereka telah selesai. Karena itu, mereka lebih memilih kata "wanita" saja dan melihat bahwa kata "transpuan" adalah istilah yang sebaiknya hanya digunakan bagi orang yang belum secara penuh bertransisi. Sebagian yang lain juga dapat tidak ingin dilihat sebagai "transpuan" mengingat kecenderungan masyarakat yang membedakan orang-orang "asing" yang berada di luar seks/gender biner. Karena alasan-alasan inilah, banyak pihak melihat bahwa penggunaan spasi di antara kata "wanita" dan "trans" adalah hal yang penting karena kata "trans" dengan demikian hanya digunakan sebagai sebuah kata sifat yang sedang menyatakan satu tipe wanita di antara tipe-tipe wanita lainnya.[2] Sebuah survei terhadap kurang lebih 3000 transpuan menunjukkan bahwa hanya sekitar 23% dari mereka mengidentifikasi orientasi seksual mereka sebagai heteroseksual (tertarik kepada pria). 31% menyebut biseksual, 29% lesbian, 7% aseksual, 7% queer, dan 2% memilih "lainnya".[3] DiskriminasiTranspuan, seperti orang dengan variasi gender lainnya, mengalami banyak bentuk diskriminasi dan transfobia. Sebuah survei tahun 2014 dari The Williams Institute menemukan bahwa dari 6.546 reponden (yang mengidentifikasi diri mereka sebagai transgender maupun orang dengan variasi gender lainnya), 57% yang telah diusir dari keluarganya pernah mencoba bunuh diri.[4] Sebuah survei dari 3000 transpuan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa:[3]
Transpuan sering kali dihadapkan dengan diskriminasi dalam bentuk kekerasan. Pada tahun 2016, 22 orang transgender tewas di Amerika Serikat sebagai korban dari tindak kriminal kekerasan, angka tertinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Diskriminasi menjadi faktor terhadap beberapa kasus tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung (seperti status transgender membuat korban lebih cenderung untuk menjadi tuna wisma).[5] Sementara itu sebelumnya pada tahun 2012, dari kasus-kasus pembunuhan yang dipengaruhi pandangan anti-LGBTQ dan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang terjadi di Amerika Serikat, 50% korbannya adalah transpuan. Transpuan juga 2,9 kali lebih rentan untuk menjadi korban dari kekerasan yang dilakukan oleh aparat polisi daripada orang yang bukan transpuan.[6] Diskriminasi terhadap orang transgender menyebabkan angka harapan hidup bagi transpuan berkulit hitam di Amerika Serikat berada di nilai yang rendah yaitu pada usia 35 tahun, jika dibandingkan dengan nilai nasional untuk seluruh orang yaitu 78 tahun.[7] Transgender Day of Remembrance diperingati setiap tahunnya di Eropa, Amerika, Australia, dan Selandia Baru untuk mengenang korban-korban transgender yang telah meninggal akibat kejahatan kebencian (hate crime).[8] Di dalam bukunya yang berjudul Whipping Girl, transpuan Julia Serano menyebut diskriminasi tersendiri yang dialami oleh transpuan sebagai "transmisogini".[9] Lihat pulaReferensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Wanita transgender dan transseksual.
|