Ngopi cantikNgopi cantik adalah istilah untuk menyebut tren gaya hidup dalam menikmati kopi khususnya pada kalangan perempuan perkotaan di Indonesia. Ngopi cantik dipahami sebagai kegiatan berkumpul dan mengobrol sesama perempuan di kedai kopi atau kafe yang nyaman, biasanya dalam keadaan telah berdandan cantik.[1][2][3][4] Kegiatan ini biasanya diikuti dengan berfoto bersama untuk kemudian diunggah ke media sosial.[5] Oleh karena itu juga, kedai kopi tempat ngopi cantik biasanya memiliki desain interior yang bagus, sehingga menunjang keindahan foto ketika diunggah ke media sosial, khususnya Instagram.[6] Istilah ngopi ganteng kadang digunakan sebagai padanan maskulin untuk aktivitas serupa.[7] Kopi dan perempuanTren ngopi cantik disebut sebagai tradisi baru dalam menikmati kopi yang selama ini terkesan dikuasai oleh dunia laki-laki.[8] Tren ngopi cantik dianggap sebagai salah satu penyebab menjamurnya bisnis kedai kopi di wilayah perkotaan di Indonesia.[9][10] Sebuah survei oleh HonestDocs yang diikuti oleh 9.684 orang Indonesia mengungkap bahwasanya perempuan Indonesia rata-rata bisa menghabiskan satu gelas kopi per hari, sementara laki-laki Indonesia rata-rata bisa menghabiskan 2 hingga 3 gelas kopi per hari.[11] StereotipeSelama ini kopi dilekatkan dengan identitas maskulin. Laki-laki yang tidak suka minum kopi bahkan bisa dianggap kurang maskulin karena stereotipe ini. Sementara itu, kaum perempuan lebih diidentikkan dengan kebiasaan minum teh. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan gaya hidup, perempuan juga berangsur-angsur meminum kopi. Meskipun demikian, kopi yang diminum perempuan dan laki-laki tetap tidak terlepas dari stereotipe. Laki-laki diidentikkan dengan kopi hitam, sedangkan kopi yang diminum oleh kaum perempuan diidentikkan dengan kopi-kopi bercampur susu, seperti latte.[12][13] Stereotipe ini ditegaskan oleh survei yang dilakukan oleh Zagat yang menemukan bahwa perempuan memang lebih memilih kopi sejenis latte dan laki-laki lebih memilih kopi hitam atau espreso. Perempuan juga memilih kopi yang lebih manis daripada konsumsi oleh laki-laki.[14] Perempuan yang meminum kopi tidak terlepas dari objektifikasi oleh laki-laki, yakni bahwasanya perempuan peminum kopi dianggap lebih seksi.[15] Selain itu, kedai kopi juga dianggap sebagai ruang para lelaki, sedangkan perempuan berada di ranah domestik, yaitu rumah. Pertemuan-pertemuan di kedai kopi yang dipercaya menghasilkan lobi-lobi politik, pengaruh, dsb. membuat kehadiran dan kontribusi kaum perempuan semakin tersisihkan.[12][16] Lihat jugaCatatan kaki
|