Ilmu penciptaan
Ilmu penciptaan atau kreasionisme ilmiah adalah sebuah bentuk ilmu semu dari kreasionisme Bumi Muda yang mengklaim bahwa iman pada penafsiran literal dan ketidakbersalahan Alkitab merupakan sebuah argumen yang ilmiah. Ilmu ini diungkapkan tanpa batasan bahasa iman yang jelas. Ilmu ini lebih menekankan pada interpretasi ulang apa yang dihasilkan oleh sains sebagai akibat dari kejadian-kejadian tertentu dalam Alkitab. Ilmu ini juga mengklaim bahwa berbagai mitos dalam kitab Kejadian dan bagian-bagian Alkitab tertentu lainnya dapat menjadi valid secara sains. Ide-ide yang paling maju dari ilmu penciptaan ini termasuk penciptaan spesial yang didasari oleh narasi penciptaan di kitab Kejadian dan geologi air bah berdasarkan narasi air bah Nuh di kitab Kejadian.[1] Kreasionis juga mengklaim bahwa mereka dapat membantah argumen atau menjelaskan kembali berbagai fakta ilmiah,[2] teori dan paradigma geologi,[3] kosmologi, evolusi biologis,[1][4] arkeologi,[5][6] sejarah, dan linguistik menggunakan ilmu penciptaan ini.[7] Ilmu penciptaan adalah dasar untuk perancangan cerdas. [8] Ada konsensus dari komunitas ilmiah yang berkata bahwa ilmu penciptaan ini telah gagal memenuhi beberapa syarat sebagai sebuah sains. Syarat tersebut antara lain dikarenakan ilmu ini tidak mempunyai bukti empiris, tidak mampu mengajukan hipotesis yang bisa diuji, dan memutuskan untuk menjelaskan sejarah alam dalam bagiannya sebagai penyebab supernatural yang tidak dapat diuji secara ilmiah. [9][10] Pengadilan, utamanya di Amerika Serikat, di mana pertanyaan tersebut sering diajukan dalam konteks pengajaran penciptaan dan evolusi di sekolah umum, sudah konsisten memutuskan sejak tahun 1980-an bahwa ilmu penciptaan lebih bersifat agama daripada ilmiah. Sejarawan,[11] filsuf ilmu pengetahuan dan skeptisis telah menggambarkan ilmu penciptaan sebagai upaya ilmu semu dalam memetakan Alkitab ke dalam fakta-fakta ilmiah.[12][13][14][15][16] Ahli biologi profesional mengkritik ilmu penciptaan karena tidak dapat menjelaskan secara ilmiah,[17] dan bahkan telah menipu dengan cara yang tidak jujur dan sesat, dan bila terus dilanjutkan dapat menyebabkan konsekuensi yang sangat berbahaya dalam pendidikan.[18] Kepercayaan dan aktivitasBerdasarkan agamaKitab Kejadian merupakan dasar dari ilmu penciptaan, umumnya bisa dilihat dari pasal 1 hingga 11 kitab Kejadian. Di kitab ini, Tuhan digambarkan membuat dunia menjadi ada melalui kekuatan suara ("berfirmanlah Allah: Jadilah terang," dll.). Tuhan, dalam enam hari, menciptakan semua hewan dan tumbuhan dari tidak ada menjadi ada, dan membentuk manusia pertama dari debu tanah dan wanita pertama dari tulang rusuk pria; air bah di seluruh dunia merusak semua yang hidup kecuali Nuh dan keluarganya dan perwakilan dari tiap jenis hewan, dan Nuh menjadi nenek moyang dari 70 "bangsa" di dunia; bangsa-bangsa ini hidup bersama sampai insiden Menara Babel, ketika Tuhan mengacaukan mereka dan membuat mereka memiliki bahasa-bahasa yang berbeda. Ilmu penciptaan mencoba untuk menjelaskan sejarah dan ilmu pengetahuan dalam rentang kronologi Alkitab, yang kemudian meletakkan titik awal penciptaan pada masa sekitar enam ribu tahun yang lalu.[19] Afiliasi agama modernKebanyakan orang yang mendukung ilmu penciptaan ini merupakan fundamentalis atau Kristen Injili yang mempercayai literalisme Alkitab atau ketidakbersalahan Alkitab. Hal ini berlawanan dengan kritik sejarah Alkitab yang mendapat dukungan dari kekristenan liberal dalam Kontroversi Fundamentalis-Modernis . Namun, ada pula beberapa contoh kreasionisme ilmiah Islam dan Yahudi yang tampaknya setuju dengan kisah penciptaan sebagaimana tercatat dalam doktrin agama mereka.[20][21] Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pernah mendukung ilmu penciptaan ini. Hal ini diawali oleh George McCready Price, seorang pengikut aliran Advent yang ikut serta mengembangkan pandangan tentang geologi air bah,[1] yang merupakan bentukan dasar dari ilmu penciptaan.[1] Penelitiannya ini dilanjutkan oleh Geoscience Research Institute, yang merupakan lembaga resmi dari gereja ini, yang terletak di kampus Universitas Loma Linda di California.[1] Ilmu penciptaan ini secara umum ditolak oleh Gereja Inggris maupun Gereja Katolik Roma. Universitas Kepausan Gregorian secara resmi membahas perancangan cerdas sebagai sebuah "fenomena budaya" tanpa disertai unsur sains. Situs resmi Gereja Inggris mengutip karya lokal Charles Darwin dalam membantu orang-orang di parokinya.[22] Pandangan pada sainsIlmu penciptaan menolak teori evolusi dan teori nenek moyang bersama dari semua makhluk yang hidup di Bumi.[23] Sebaliknya, ilmu ini menegaskan bahwa ilmu biologi evolusioner itu sendiri merupakan ilmu semu[24] atau bahkan sebuah agama.[25] Para penganut ilmu kreasionis malah kemudian mempermasalahkan sebuah sistem yang disebut baraminologi, yang menganggap kehidupan berasal dari dan juga diturunkan oleh jenis tertentu atau merupakan "baramin" yang diciptakan secara unik.[26] Ilmu penciptaan menggabungkan konsep bencana alam dengan Alkitab untuk menyesuaikan bentang alam yang ada pada masa kini dan distribusi fosil. Pada ahli mengusulkan sisa-sisa ini merupakan akibat dari peristiwa bencana yang terjadi secara berurutan, seperti air bah di seluruh dunia dan zaman es berikutnya. Ilmu ini menolak salah satu prinsip dasar geologi modern (dan ilmu pengetahuan modern pada umumnya), uniformitarianisme, yang menerapkan hukum fisika dan geologi yang sama yang diamati di Bumi saat ini untuk menafsirkan sejarah geologi Bumi.[27] Adakalanya kreasionis juga menyerang konsep ilmiah lain, seperti model kosmologis Big Bang atau metode penanggalan ilmiah yang didasari oleh peluruhan radioaktif .[28] Kaum kreasionis Bumi muda juga mendukung penolakan perkiraan usia alam semesta dan usia Bumi saat ini. Mereka beralasan kosmologi kreasionis memiliki rentang waktu yang jauh lebih pendek daripada yang ditentukan oleh kosmologi fisika modern dan ilmu geologi, secara umum bisa diukur kurang dari 10.000 tahun.[28] Komunitas ilmiah menolak dengan tegas seluruh ide-ide yang dikemukakan dalam ilmu penciptaan dan menyebutnya sebagai sesuatu yang berada di luar nalar.[10][29] Premis dasar yang mendasari ilmu kreasionisme telah secara langsung menyebabkan dirinya terdiskualifikasi sebagai sains karena jawaban atas seluruh pertanyaan telah ditentukan sebelumnya agar sesuai dengan doktrin Alkitab. Hal ini juga disebabkan oleh karena penyelidikan itu sendiri dibangun di atas teori-teori yang sifatnya tidak dapat diuji secara empiris di alam.[30] Beberapa ilmuwan juga menganggap serangan terhadap evolusi biologis tidak memiliki manfaat secara ilmiah.[31] Pandangan komunitas ilmiah ini diterima dalam dua keputusan pengadilan yang signifikan pada tahun 1980-an, yang menyatakan bahwa ilmu penciptaan merupakan sebuah bidang penyelidikan agama, dan bukan bagian dari sains.[32] SejarahIlmu penciptaan ini mulai dikenal sejak tahun 1960-an, sebagai usahafundamentalis Kristen di Amerika Serikat untuk membuktikan ketidakbersalahan Alkitab dan meniadakan bukti ilmiah dari teori evolusi .[33] Sejak itu, ilmu ini telah menarik pengikut yang cukup besar di Amerika Serikat, dengan adanya pelayanan kerohanian yang berfokus pada ilmu penciptaan di seluruh dunia.[1] Gagasan utama dalam ilmu penciptaan ini adalah: kepercayaan akan creatio ex nihilo (Latin: penciptaan dari ketiadaan); keyakinan bahwa Bumi diciptakan setidaknya dalam 6.000-10.000 tahun terakhir; keyakinan bahwa manusia dan kehidupan lain di Bumi diciptakan sebagai sebuah entitas yang berbeda namun memiliki baramin yang unik secara tetap; dan " geologi air bah " atau ide yang menyatakan bahwa fosil-fosil yang ditemukan dalam strata geologis diendapkan selama air bah yang menutupi seluruh bumi.[34] Akibatnya, para kreasionis juga menantang pengukuran geologis dan astrofisika dari usia Bumi dan alam semesta beserta asal-usulnya, yang menurut para ahli kreasionis tidak sesuai dengan catatan dalam Kitab Kejadian.[33] Pendukung ilmu penciptaan sering menyebut teori evolusi sebagai "Darwinisme " atau sebagai "evolusi Darwin". Buku-buku dan kurikulum ilmu penciptaan yang pertama kali muncul di tahun 1960-an berfokus pada konsep-konsep yang diturunkan dari interpretasi Alkitab secara literal dan secara terang-terangan menonjolkan agama. Satu hal yang terutama adalah di mana air bah Nuh menjadi catatan utama dalam kitab Kejadian sebagai sebuah penjelasan untuk catatan geologi dan fosil . Karya-karya ini hanya menarik sedikit perhatian dari luar sekolah dan jemaat-jemaat Kristen fundamental dan Injili yang konservatif hingga tahun 1970-an. Ketika itu para penganut ilmu ini mulai menentang teori evolusi di sekolah-sekolah umum dan tempat-tempat lain di Amerika Serikat. Pendapat ini mulai menarik perhatian publik dan komunitas ilmiah. Banyak dewan sekolah dan anggota parlemen dibujuk untuk dapat memasukkan pengajaran ilmu penciptaan bersamaan dengan ilmu evolusi dalam kurikulum sains.[35] Buku-buku dan kurikulum ilmu penciptaan yang digunakan di gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen direvisi untuk mengeliminasi referensi Alkitab dan teologi mereka. Ilmu penciptaan yang kurang sektarian kemudian mulai diperkenalkan di sekolah-sekolah umum di Louisiana, Arkansas, dan wilayah lain di Amerika Serikat.[35] [36] Keputusan yang diambil oleh pengadilan pada tahun 1982 dalam kasus McLean melawan Arkansas menerangkan bahwa ilmu penciptaan gagal memenuhi karakteristik esensialnya sebagai sebuah sains. Dari sana kemudian diketahui tujuan utama dari sains ini hanyalah untuk memajukan pandangan agama tertentu.[37] Pada tahun 1987, pengajaran ilmu penciptaan di sekolah-sekolah umum di Amerika Serikat secara efektif telah diakhiri, menyusul adanya keputusan Mahkamah Agung Amerika Serikat dalam perkara Edwards melawan Aguillard .[33] Pengadilan tersebut menegaskan bahwa undang-undang yang mengharuskan pengajaran ilmu penciptaan diajarkan bersamaan dengan pengajaran evolusi (pada saat itu teori evolusi diajarkan di sekolah umum Louisiana) merupakan hal yang inkonstitusional karena satu-satunya tujuan sebenarnya dari undang-undang tersebut adalah untuk kepentingan agama tertentu saja.[34] Dalam menanggapi keputusan ini, draf buku mengenai ilmu penciptaan Of Pandas and People kemudian disunting untuk mengubah referensi penciptaan menjadi perancangan cerdas untuk kemudian diterbitkan pada tahun 1989. Gerakan perancangan cerdas kemudian mempromosikan versi buku yang lebih baru ini. Keharusan mengajarkan "perancangan cerdas" di kelas sains sekolah umum dinyatakan tidak konstitusional dalam kasus pengadilan federal Kitzmiller melawan Distrik Sekolah Wilayah Dover. MasalahIlmu penciptaan ini berakar dari karya kreasionis Bumi muda George McCready Price yang awalnya mendebat penjelasan sains modern tentang sejarah alam, yang hanya berfokus pada geologi dan konsep keseragamannya. Sebagai gantinya, ia memberikan penjelasan empiris alternatif tentang fenomena yang dapat diamati yang tentunya sesuai dengan pandangan literal Alkitab.[1] Karya Price kemudian dibaca oleh Henry M. Morris, seorang insinyur sipil.[1] Morris kemudian dianggap sebagai bapak dari ilmu penciptaan.[38] Morris dan kreasionis berikutnya kemudian memperluas cakupannya dengan melakukan serangan terhadap temuan ilmiah lainnya yang lebih luas yang menunjukkan kekunoan Alam Semesta dan nenek moyang yang sama di antara spesies, termasuk bukti yang terus bertambah dari catatan fosil, teknik penanggalan absolut, dan kosmogoni.[39] Para pendukung ilmu penciptaan ini kemudian merasa prihatin dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung agama dan moral sebagaimana halnya juga dengan penelitian terhadap alam dan hipotesis prediktif.[40][41] Banyak yang berpendapat bahwa penentangan mereka terhadap evolusi sains terutama didasarkan pada agama. Sebagian besar ilmuwan setuju bahwa apa yang diklaim oleh sains selama ini pasti terbatas pada klaim yang sudah berkembang dari pengamatan dan eksperimen alami dan dapat direplikasi dan didukung oleh ilmuwan lain. Hingga saat ini klaim yang dibuat oleh ilmu penciptaan tidak dapat memenuhi kriteria tersebut.[29] Duane Gish, seorang ahli ilmu penciptaan terkemuka, juga mengklaim, "Kami tidak tahu bagaimana pencipta itu dapat menciptakan, proses apa yang sudah Dia gunakan, karena Dia menggunakan sebuah proses yang saat ini tidak berjalan di mana pun di alam semesta ini. Itulah alasannya kenapa kami menyebut ciptaan tersebut sebagai "ciptaan khusus". Kami tidak dapat menemukannya melalui penyelidikan ilmiah apa pun tentang proses kreatif yang digunakan oleh Sang Pencipta." Tetapi dia juga membuat klaim yang sama terhadap teori evolusi sains, dengan mempertahankan bahwa dalam hal asal-usul, evolusi sains merupakan teori keagamaan yang tidak dapat divalidasi oleh sains.[42] Asumsi metafisikIlmu penciptaan menimbulkan asumsi metafisik yang apriori yang menyimpulkan bahwa ada Pencipta kehidupan yang asal-usulnya masih dalam penelitian. Ilmu penciptaan dalam agama Kristen sendiri berpendapat bahwa deskripsi dari penciptaan itu telah disebutkan oleh Alkitab. Diketahui bahwa Alkitab tidak pernah salah dalam menjelaskan hal ini, dan oleh karena itu bukti ilmiah empiris harus sesuai dengan deskripsi itu. Penganut ilmu ini memandang penting untuk melarang semua penjelasan supernatural dalam sains sebagai sebuah komitmen indoktrinasi untuk mengecualikan makhluk dan mujizat tertinggi. Mereka mengklaim ini sebagai faktor pendorong dalam kaitannya sains mampu menerima Darwinisme, sebuah istilah yang digunakan dalam ilmu penciptaan untuk merujuk pada biologi evolusioner yang juga sering digunakan sebagai penghinaan. Para kritikus membantah ilmu ini, dan beranggapan bahwa ilmu penciptaan lebih bersifat relijius daripada ilmiah karena ilmu ini berakar dari keyakinan pada naskah agama dan bukan sebagai hasil dari penerapan metode ilmiah .[43] Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat (NAS) telah menyatakan dengan tegas, "Evolusi meliputi semua fenomena biologis. Menghiraukan hal tersebut atau memasukkannya sebagai bentuk dogma berarti menghilangkan konsep organisasi yang paling mendasar dari ilmu biologi. Tidak ada konsep biologis lain yang telah diuji secara lebih luas dan menyeluruh daripada riwayat evolusi organisme." [21] Antropolog Eugenie Scott membuat catatan, "Antievolusionisme didorong oleh perlawanan agama terhadap evolusi. Walaupun para antievolusionis ini hanya berbasa-basi pada masalah-masalah ilmiah yang diduga ada hubungannya dengan evolusi. Ketakutan akan efek evolusi bagi agama mereka merupakan sebuah motivasi bagi mereka untuk melawan teori evolusi." [21] Penganut ilmu penciptaan percaya bahwa teori-teori ilmiah tentang asal usul Alam Semesta, Bumi, dan kehidupan berakar pada anggapan apriori tentang naturalisme metodologis dan keseragaman. Anggapan ini semuanya ditolak oleh mereka.[21] Di beberapa bidang ilmu pengetahuan seperti kimia, meteorologi atau kedokteran, para penganut ilmu penciptaan tidak secara langsung melawan penerapan asumsi naturalistik atau keseragaman, melainkan memilih untuk membuang teori-teori ilmiah yang mereka nilai bertentangan dengan keyakinan agama mereka, dan itu bertentangan dengan teori-teori yang menyatakan bahwa mereka berkonsetrasi pada upaya mereka.[12][21] Kritik tokoh agamaBanyak gereja Kristen aliran arus utama [44][45] turut mengkritik ilmu penciptaan ini atas dasar ilmu teologi. Mereka berkata bahwa iman saja harus menjadi dasar yang cukup untuk mempercayai kebenaran penciptaan. Ada pula yang berkata bahwa upaya untuk membuktikan kisah penciptaan di kitab Kejadian atas dasar teori ilmiah pada dasarnya adalah sia-sia karena akal tersebut memiliki status yang lebih rendah daripada iman, dan karenanya teori tersebut tidak dapat digunakan untuk membuktikannya.[46] Kebanyakan ahli teologi Kristen, termasuk Kekristenan Liberal, menganggap narasi penciptaan menurut kitab Kejadian merupakan karya yang lebih bersifat lebih puitis dan alegoris dibanding sejarah literal. Banyak pula gereja Kristen—termasuk Gereja Ortodoks Timur, Katolik Roma,[47] Anglikan dan beberapa denominasi yang lebih bebas seperti gereja Lutheran, Metodis, Kongregasionalis, dan Presbiterian —telah menolak ilmu penciptaan secara mentah-mentah atau memiliki pandangan ambivalen terhadap ilmu ini. Interpretasi non-literal dari kitab Kejadian ini seringkali dihubungkan dengan pendapat dari Santo Agustinus. Evolusi teistik dan kreasionisme evolusi adalah ilmu teologi yang menyatukan kepercayaan akan pencipta dengan evolusi biologis. Para ahli memiliki pendapat yang berbeda, namun meyakini akan adanya pencipta tetapi pencipta ini telah menggunakan kekuatan alami dari evolusi untuk mengembangkan rancangan ilahi.[48] Tokoh agama tertentu yang mengakui evolusi teistik dan kreasionisme evolusioner telah menantang persepsi yang berkembang bahwa pemahaman akan adanya pencipta tidak sejalan dengan teori evolusi.[49][50] Juru bicara dari Gereja Katolik secara khusus mengkritik ilmu penciptaan yang alkitabiah karena hanya mengandalkan interpretasi literal dari teks Alkitab sebagai dasar untuk menjelaskan fakta ilmiah.[50] Kritik ilmiahAkademi Sains Nasional Amerika Serikat berkata, "klaim dari ilmu penciptaan itu tidak memiliki dukungan empiris dan tidak dapat diuji secara bermakna" dan bahwa "ilmu penciptaan itu sebenarnya tidak termasuk sains dan tidak boleh diajarkan sebagaimana halnya sains di dalam kelas sains." [29] Menurut tulisan Joyce Arthur untuk majalah Skeptic, "gerakan 'sains' penciptaan memperoleh banyak kekuatannya melalui penggunaan distorsi dan taktik yang tidak etis secara ilmiah" dan "secara serius telah salah menginterpretasikan teori evolusi." [51] Para ahli pernah mempertimbangkan hipotesis yang diajukan oleh penganut ilmu penciptaan, namun kemudian menolak hipotesis tersebut karena bukti-bukti yang tidak cukup. Selanjutnya, klaim hipotesis ilmu penciptaan tidak merujuk pada sebab alamiah dan tidak dapat diuji secara bermakna, hal itulah yang membuat hipotesisnya tidak memenuhi syarat sebagai hipotesis yang ilmiah. Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1987 memutuskan bahwa kreasionisme adalah agama, bukan sains, dan tidak dapat diajarkan di ruang pembelajaran publik.[52] Kebanyakan penganut ajaran Kristen arus utama menyimpulkan bahwa konsep evolusi tidak bertentangan dengan deskripsi mereka tentang penciptaan dan asal usul manusia. Keberatan para ahli terhadap ilmu penciptaan dirangkum dalam poin berikut ini:
Karena adanya klaim "kemunculan tiba-tiba" spesies sebagai tindakan ajaib dari ilmu penciptaan, maka ilmu penciptaan tidak cocok dijadikan sebagai sebuah ilmu sains, mengingat adanya beberapa alat dan metode yang dituntut oleh sains, dan tidak dapat dianggap ilmiah seperti istilah "sains" yang didefinisikan pada masa kini.[57] Para ilmuwan dan penulis sains umumnya mencirikan ilmu penciptaan ini sebagai pseudosains .[13][14] [58] [59] Kritik historis, filosofis, dan sosiologisMenurut sejarah, perdebatan apakah kreasionisme sesuai dengan ilmu sains dimulai dari tahun 1874, tahun dimana sejarawan sains John William Draper menerbitkan bukunya yang berjudul History of the Conflict between Religion and Science . Di dalam buku itu, Draper menceritakan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sebagai perang terhadap agama. Presentasi sejarah ini disebarkan lebih lanjut oleh pengikutnya seperti Andrew Dickson White dalam bukunya yang terdiri dari dua jilid A History of the Warfare of Science with Theology in Christendom (1896). Kesimpulan mereka telah dibantah oleh ahli lainnya.[60] Di Amerika Serikat, para pendukung ilmu penciptaan berfokus pada sistem sekolah umum pemerintah, yang dilarang oleh Klausul Pendirian untuk mengajarkan agama tertentu. Komunitas sejarah berpendapat bahwa terjemahan Alkitab mengandung banyak kesalahan terjemahan dan kesalahan penulisan, itulah sebabnya tafsiran literal Alkitab oleh ilmu penciptaan bisa saling bertentangan. [61] [62] Hubungan ilmu penciptaanBiologiDalam kaitannya dengan sains biologi, argumen kreasionis berpusat pada gagasan yang berasal dari kitab Kejadian yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh Tuhan, dalam jumlah yang terbatas "jenis yang diciptakan", bukan melalui sebuah evolusi biologis, yakni dari satu nenek moyang yang sama. Kreasionis berpendapat bahwa setiap spesiasi yang dapat diamati saat ini diturunkan dari jenis yang diciptakan, secara jelas diturunkan melalui perkawinan sedarah, mutasi yang menyebabkan kerusakan, dan mekanisme genetik lainnya. Ahli biologi evolusioner dan kreasionis memiliki pandangan yang sama tentang evolusi mikro, namun para penganut ilmu penciptaan tetap menolak fakta bahwa proses makroevolusi dapat menjelaskan nenek moyang yang sama di antara organisme yang jauh melampaui tingkat spesies umum.[39] Ahli ilmu penciptaan berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris untuk spesies tumbuhan atau hewan baru, dan menyangkal bukti fosil yang pernah ditemukan yang mendokumentasikan proses tersebut.[63] Argumen populer yang menentang teori evolusi kemudian berubah sejak penerbitan buku Henry M. Morris yang membahas masalah ini dengan judul Scientific Creationism (1974). Akan tetapi beberapa tema yang konsisten tetap ada: bahwa mata rantai yang hilang atau celah dalam catatan fosil adalah salah satu bukti yang menentang teori evolusi; bahwa peningkatan kompleksitas organisme dari waktu ke waktu melalui evolusi tidak mungkin terjadi. Hal ini dikarenakan hukum peningkatan entropi; bahwa tidak mungkin mekanisme seleksi alam dapat menjelaskan nenek moyang yang sama; dan bahwa teori evolusi tidak dapat diuji. Asal usul manusia secara khusus diperdebatkan; sisa-sisa fosil nenek moyang hominid tidak dianggap oleh para pendukung kreasionis biologi sebagai bukti untuk peristiwa spesiasi yang telah melibatkan Homo sapiens .[64] Kreasionis juga menambahkan bahwa hominid awal, adalah salah satu di antara kera, atau manusia.[65] Richard Dawkins menyebutkan evolusi sebagai "sebuah teori tentang perubahan yang bertahap selama jutaan tahun, yang dimulai dengan sesuatu yang sangat sederhana dan berkembang secara perlahan, gradiennya meningkat ke arah kompleksitas yang lebih besar," dan menekankan bahwa catatan fosil yang ditemukan saat ini sudah sepenuhnya sesuai dengan proses itu. Ahli biologi menekankan bahwa adanya kesenjangan transisional antar fosil yang ditemukan tersebut memang sebelumnya sudah diharapkan, dan bahwa keberadaan celah yang demikian tidak dapat digunakan untuk menyangkal evolusi, malah sebaliknya bukti fosil yang dapat digunakan untuk menyangkal teori adalah fosil-fosil yang ditemukan dan yang sama sekali tidak konsisten dengan apa yang dapat diprediksi atau diantisipasi oleh model evolusi. Salah satu contoh yang diberikan oleh Dawkins adalah, "Jika ditemukan satu ekor kuda nil atau kelinci di Prakambrium, hal itu dapat benar-benar meledakkan evolusi. Tidak ada yang pernah menemukan hal itu." [66] GeologiGeologi air bahGeologi air bah adalah sebuah konsep yang didasari dari keyakinan bahwa sebagian besar catatan geologis Bumi dibentuk oleh air bah yang dijelaskan dalam kisah Bahtera Nuh . Fosil dan bahan bakar fosil yang ada saat ini diyakini terbentuk akibat materi hewan dan tumbuhan yang terkubur dengan cepat selama banjir besar ini. Sementara itu ngarai bawah laut dijelaskan terbentuk selama limpasan cepat dari tanah yang terjadi pada akhir banjir besar. Lapisan sedimen juga diklaim sebagian besar terbentuk selama atau setelah air bah Nuh [67] dan orogeni .[68] Geologi air bah adalah varian dari bencana alam dan dikontraskan dengan ilmu geologi karena menolak prinsip-prinsip geologi standar seperti uniformitarianisme dan penanggalan radiometrik. Pada satu kesempatan, Creation Research Society pun berpendapat bahwa "uniformitarianisme hanyalah angan-angan." [69] Ahli geologi membuat kesimpulan bahwa tidak ada bukti untuk air bah sebesar itu yang diamati pada lapisan batuan yang diawetkan [3]. Selain itu ahli geologi memberikan alasan karena banjir seperti itu secara fisik tidak mungkin, mengingat apa yang bisa dilihat dari tata letak daratan pada saat ini. Misalnya, karena Gunung Everest saat ini memiliki ketinggian sekitar 8,8 kilometer dan luas permukaan bumi adalah 510.065.600 km 2, volume air yang dibutuhkan untuk menutupi Gunung Everest hingga kedalaman 15 hasta (6,8 m), seperti yang ditunjukkan oleh kitab Kejadian pasal 7 ayat 20, akan menjadi 4,6 miliar kilometer kubik. Bila diukur, jumlah uap air yang dapat diendapkan di atmosfer telah memberikan hasil yang menunjukkan adanya kondensasi semua uap air dalam kolom atmosfer bumi, hal ini akan menghasilkan air dengan kedalaman hanya berkisar antara nol dan 70mm, tergantung pada tanggal dan lokasi kolom.[70] Walau demikian, masih ada beberapa ahli yang tetap meyakini geologi air bah, dan dalam beberapa tahun terakhir model kreasionis baru telah diperkenalkan seperti bencana lempeng tektonik dan orogeni bencana .[67][71] Penanggalan radiometrikAhli ilmu penciptaan membuat sebuah eksperimen, yang menurut mereka telah menunjukkan bahwa 1,5 miliar tahun peluruhan nuklir terjadi dalam waktu yang singkat. Dari sanalah mereka menyimpulkan telah terjadi sebuah peristiwa "percepatan miliaran kali lipat peluruhan nuklir". Hal ini merupakan sebuah penyimpangan dari prinsip sains yang menyatakan bahwa laju peluruhan radioisotop adalah konstan, secara umum hal ini terkait dengan fisika nuklir, dan secara khusus pada penanggalan radiometrik.[72] Para ahli menunjukkan banyak masalah dalam eksperimen kreasionis tersebut, ditambah fakta bahwa hasil penelitian tersebut belum dipublikasikan oleh jurnal ilmiah terpercaya mana pun, dan fakta bahwa ilmuwan kreasionis yang melakukan penelitian tersebut tidak terlatih dalam geokronologi eksperimental.[73][74] Kreasionis juga dikritik karena telah mempublikasikan secara luas hasil penelitian mereka dan mengklaimnya sebagai penelitian yang sukses walaupun mereka sendiri mengakui terdapat masalah yang belum diatasi oleh hipotesis mereka.[75] Peluruhan isotop yang bernilai konstan didukung oleh beragam bukti sains. Bukti ini termasuk kesesuaian perkiraan tanggal yang diambil dari isotop radioaktif yang berbeda. Ada juga kesesuaian dengan teknik penanggalan non-radiometrik seperti dendrochronology, penanggalan inti es, dan catatan sejarah. Walau para ilmuwan pernah mencatat adanya sedikit peningkatan dalam tingkat peluruhan untuk isotop yang mengalami tekanan ekstrem, perbedaan tersebut terlalu kecil untuk memengaruhi perkiraan tanggal secara signifikan. Tetapnya tingkat peluruhan ini juga diatur oleh prinsip pertama dalam mekanika kuantum, di mana setiap laju penyimpangan akan memerlukan perubahan dalam konstanta fundamental. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, perubahan dalam konstanta fundamental tidak selalu dapat mempengaruhi elemen yang berbeda, dan perbandingan antar elemen yang menghasilkan skala waktu kronologis unik selanjutnya dapat memberikan perkiraan waktu yang tidak tetap.[76] Untuk menyanggah klaim penganut Bumi muda tentang tingkat peluruhan konstan yang disebut dapat memengaruhi penanggalan radiometrik, Roger C. Wiens, seorang fisikawan yang merupakan ahli dalam penanggalan isotop menyatakan: Astronomi dan kosmologiKosmologi kreasionisBeragam hal telah diupayakan ahli ilmu penciptaan untuk membangun argumen kosmologi yang konsisten dengan Bumi muda daripada umur kosmologis alam semesta yang sudah terstandarisasi, karena mereka meyakini bahwa kitab Kejadian menceritakan penciptaan alam semesta dan juga bumi. Tantangan utama bagi kosmologi bumi muda salah satunya adalah bahwa jarak dari kecepatan cahaya yang diketahui saat ini ("masalah cahaya bintang"). Diketahui bahwa cahaya membutuhkan waktu selama jutaan atau miliaran tahun untuk melakukan perjalanan ke Bumi. Ide kreasionis yang lebih tua, yang diusulkan oleh astronom kreasionis Barry Setterfield, adalah bahwa telah terjadi peluruhan kecepatan cahaya dalam sejarah Semesta.[77] Baru-baru ini, fisikawan kreasionis Russell Humphreys telah mengajukan sebuah hipotesis yang disebut "kosmologi lubang putih". Dalam hipotesis tersebut dinyatakan bahwa Alam Semesta mulai meluas dari lubang putih sejak kurang dari 10.000 tahun yang lalu. Hipotesis ini kemudian mengklaim bahwa usia alam semesta hanyalah ilusi dan hasil dari efek relativistik. [78] Kosmologi Humphreys didukung oleh organisasi kreasionis seperti Answers in Genesis; namun karena prediksinya bertentangan dengan pengamatan saat ini, hipotesis ini tidak dapat diterima oleh komunitas ilmiah.[79][80] PlanetologiBerbagai klaim juga dibuat oleh para penganut ilmu penciptaan mengenai dugaan usia Tata Surya yang hanya berusia ribuan tahun. Hal ini berbeda dengan usia Tata Surya yang diterima secara ilmiah dan dikatakan telah mencapai usia 4,6 miliar tahun.[81] Secara umum dikatakan bahwa jumlah komet di Tata Surya jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan berdasarkan usianya. Kaum Kreasionis Bumi Muda menolak keberadaan sabuk Kuiper dan awan Oort.[82][83] Mereka juga berpendapat bahwa resesi Bulan dari Bumi tidak sesuai dengan Bulan atau Bumi yang berusia miliaran tahun.[84] Klaim ini telah dibantah oleh para ahli planetologi.[85][86] Dalam merespon fakta yang menunjukkan bahwa planet Mars pernah mengalami iklim yang lebih basah daripada iklim saat ini, penganut ilmu penciptaan mengusulkan teori lain mengenai air bah. Air bah dianggap tidak hanya mempengaruhi bumi melainkan juga planet Mars dan planet-planet lain. Wayne Spencer dan Russel Humphreys termasuk astronom kreasionis yang mendukung klaim ini.[87] Masalah selanjutnya bagi kreasionis adalah bukti adanya kawah tumbukan di hampir semua objek Tata Surya. Bukti ini selalu konsisten dengan penjelasan ilmiah tentang asal usul tata surya. Penganut paham Bumi muda dianggap tidak pernah mampu menjelaskannya.[88] Kreasionis Harold Slusher dan Richard Mandock, bersama dengan Glenn Morton (yang kemudian menolak klaim ini[89]) menegaskan bahwa kawah tumbukan di Bulan sesuai dengan aliran dari batu itu sendiri,[90] dan karenanya tidak dapat lebih dari beberapa ribu tahun.[91] Beberapa astronom kreasionis mengklaim ada dua fase yang berbeda, yakni bombardir meteorit Tata Surya yang terjadi selama "minggu penciptaan" dan yang terjadi selama Air Bah. Adapun kreasionis lainnya menganggap hal ini tidak didukung oleh bukti dan memerlukan penelitian lebih lanjut.[92][93] Lihat pula
Referensi
Pranala luarMuseum kreasionis terkenal di Amerika Serikat:
|