Disfungsi seksual
Disfungsi seksual adalah kesulitan yang dialami oleh seorang individu atau pasangan selama tahap aktivitas seksual normal, termasuk kesenangan fisik, hasrat, preferensi, rangsangan atau orgasme. Menurut DSM-5, disfungsi seksual mengharuskan seseorang merasakan tekanan ekstrem dan antarpribadi minimal selama enam bulan (tidak termasuk zat atau disfungsi seksual yang disebabkan oleh obat).[1] Istilah kelainan seksual mungkin tidak hanya merujuk pada disfungsi seksual fisik saja, namun juga parafilia; hal ini terkadang disebut sebagai kelainan preferensi seksual. Disfungsi seksual dapat berdampak besar pada persepsi kualitas kehidupan seksual seseorang.[2] Sejarah seksual yang menyeluruh dan penilaian kesehatan umum dan masalah seksual lainnya (jika ada) sangatlah penting. Menilai kinerja kecemasan, rasa bersalah, stres dan khawatir merupakan bagian yang terintegrasi dari manajemen optimal disfungsi seksual. Banyak disfungsi seksual yang didefinisikan didasarkan pada siklus respons seksual manusia, yang diusulkan oleh William H. Masters dan Virginia E. Johnson, dan kemudian dimodifikasi oleh Helen Singer Kaplan.[3][4] TipeGangguan disfungsi seksual dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori: gangguan hasrat seksual, gangguan gairah, gangguan orgasme dan gangguan nyeri. Disfungsi seksual di antara pria dan wanita secara khusus dipelajari di bidang andrologi dan ginekologi.[5] PenyebabAda banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami disfungsi seksual. Hal ini mungkin diakibatkan dari penyebab emosional atau fisik. Faktor emosional diantaranya termasuk masalah interpersonal atau psikologis, yang dapat menjadi hasil dari depresi, ketakutan atau rasa bersalah seksual, trauma seksual masa lalu, dan gangguan seksual, di antara lainnya.[6] Disfungsi seksual sangat umum di antara individu yang memiliki gangguan kecemasan. Kecemasan biasa dapat menyebabkan disfungsi ereksi pada pria tanpa masalah kejiwaan, tetapi gangguan yang dapat didiagnosis secara klinis seperti gangguan panik umumnya menyebabkan penghindaran hubungan seksual dan ejakulasi dini.[7] Nyeri saat berhubungan intim sering kali merupakan komorbiditas gangguan kecemasan di kalangan wanita.[8] Faktor fisik yang dapat menyebabkan disfungsi seksual termasuk penggunaan obat-obatan, seperti alkohol, nikotin, narkotika, stimulan, obat antihipertensi, antihistamin, dan beberapa obat psikoterapi.[9] Bagi wanita, hampir semua perubahan fisiologis yang memengaruhi sistem reproduksi—sindrom pramenstruasi, kehamilan dan periode postpartum, menopause—dapat memiliki efek buruk pada libido.[9] Disfungsi dasar panggul juga merupakan penyebab fisik dan mendasar dari banyak disfungsi seksual.[10][11][12] Menurut Emily Wentzell, budaya Amerika memiliki sentimen anti-penuaan yang telah menyebabkan disfungsi seksual menjadi "penyakit yang membutuhkan perawatan" dan tidak melihatnya sebagai bagian alami dari proses penuaan tersebut. Tidak semua budaya mencari pengobatan akan hal tersebut; misalnya, populasi pria yang tinggal di Meksiko sering menerima disfungsi ereksi sebagai bagian normal dari seksualitas mereka yang semakin matang.[13] Lihat pulaReferensiApa lagi yang penting untuk diketahui tentang kesehatan seksual, baca blog.
Pranala luar
|