Bahasa Ibrani AlkitabBahasa Ibrani Alkitab (bentuk jamak: Bahasa Ibrani Alkitabiah; עִבְרִית מִקְרָאִית, ⓘ atau לְשׁוֹן הַמִּקְרָא, ⓘ), atau yang juga dikenal sebagai Bahasa Ibrani Klasik, adalah sebuah bentuk kuno dari bahasa Ibrani, sebuah bahasa dalam rumpun Kanaan yang merupakan cabang dari rumpun bahasa Semit dan dituturkan oleh bangsa Israel pada wilayah yang dikenal sebagai Tanah Israel, kira-kira di sebelah barat dari sungai Yordania dan di sebelah timur Laut Mediterania. Istilah ivrit (Ibrani) tidak digunakan sebagai untuk menamai bahasa dalam Alkitab,[6] dan digantikan dengan istilah yang disebut sebagai שְֹפַת כְּנַעַן (sefat kena'an, terjemahan: Bahasa dari Kanaan) atau יְהוּדִית (Yehudit, terjemahan: orang Yahudi).[6] Sementara itu, istilah ibrit digunakan pada teks Alkitab dalam bahasa Yunani Kuno dan Ibrani Mishnaik.[6] Bahasa Ibrani Alkitab diperkirakan berasal dari abad ke-10 sebelum Masehi dengan ditemukannya sebuah prasasti tertua yang mendukung keberadaan bahasa tersebut.[7] Bahasa Ibrani Alkitab terus dituturkan oleh bangsa Ibrani hingga Pengepungan Yerusalem berlangsung pada tahun 70 Masehi, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa tersebut dituturkan melebihi masa Bait Allah Kedua.[8] Bahasa tersebut kemudian berkembang menjadi bahasa Ibrani Mishnaik dan dituturkan hingga akhir abad ke-5 Masehi. Bahasa Ibrani Alkitab dituangkan dalam Alkitab Ibrani yang melambangkan strata mendalam dan tahapan-tahapan dari bahasa Ibrani dan struktur konsonanta Semitnya, dan juga penambahan struktur vokalisasi pada Abad Pertengahan oleh Kaum Masorah. Terdapat beberapa bukti dari variasi dialekal, termasuk perbedaan antara Bahasa Ibrani Alkitab yang dituturkan di wilayah utara (Kerajaan Israel) dengan wilayah selatan (Kerajaan Yehuda). Teks konsonanta dituliskan kedalam bentuk prasasti dan Kitab. Sistem penulisan semacam itu mengalami perubahan sistem tulis pada masa Bait Allah Kedua, sehingga beberapa bagian karya tulis yang lebih awal (seperti Kitab Amos, Yesaya, Hosea and Mikha) yang berasal dari akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-7 sebelum Masehi menunjukkan tanda-tanda penulisan sebelum perubahan dilakukan. Bahasa Ibrani Alkitab telah dituliskan kedalam beberapa sistem penulisan. Dari kisaran abad ke-12 hingga abad ke-6 sebelim Masehi, bangsa Ibrani menggunakan alfabet Paleo-Ibrani. Penggunaan alfabet ini kemudian digantikan oleh aksara turunan Abjad Samaria oleh orang Samaria hingga hari ini. Meskipun demikian, alfabet Aram Imperium juga turut menggantikan alfabet Paleo-Ibrani setelah terjadinya pemindahan bangsa Ibrani ke Babilonia, dan alfabet tersebut menjadi sumber dari Alfabet bahasa Ibrani Modern. Semua dari sistem penulisan diatas tidak benar-benar dapat melambangkan semua fonem bahasa Ibrani Alkitab dikarenakan kurangnya huruf yang tersedia. Meskipun begitu, terjemahan ataupun alih-aksara dalam bahasa Yunani maupun bahasa Latin dapat memuat fonem yang ada. Aksara-aksara ini awalnya hanya melambangkan konsonan, akan tetapi beberapa diantaranya dapat memiliki penanda vokal dalam beberapa kata maupun huruf yang dikenal sebagai matres lectionis dalam istilah Latin. Pada masa Abad Pertengahan, berbagai macam diakritik bermunculan untuk melambangkan vokal. Meskipun begitu, dari sekian jenis, hanya vokalisasi Tiberian yang digunakan secara luas hingga saat ini. Bahasa Ibrani Alkitab memiliki berbagai macam konsonan emfatis yang fonetik artikuloris pastinya masih diperdebatkan, fonem emfatis tersebut kemungkinan merupakan konsonan sembur ataupun konsonan yang terfaringalisasi. Bahasa Ibrani periode awal memiliki tiga konsonan yang tidak memiliki huruf perlambangan dalam sistem penulisan Ibrani, tetapi fonem tersebut mengalami penyatuan dengan konsonan lain seiring berjalannya waktu. Konsonan letup yang ada menghasilkan alofoni konsonan frikatif karena adanya pengaruh dari bahasa Aram, sehingga konsonan tersebut pada akhirnya menjadi konsonan fonemik. Konsonan faringal dan celah-suara mengalami pelemahan pada beberapa dialek regional, seperti yang dapat dilihat pada kebudayaan membaca masyarakat Ibrani Samaria. Sistem vokal dari bahasa Ibrani Alkitab mengalami perubahan seiring dengan waktu, hal ini menyebabkan penerjemahan dan alih aksara beberapa sastra dan kitab dalam bahasa Yunani Kuno, Latin, sistem vokalisasi abad pertengahan, dan kebudayaan literatur modern menjadi berbeda satu sama lainnya. Bahasa Ibrani Alkitab memiliki morfologi Semit umum dengan morfologi tak berkelanjutan, sehingga memungkinkan akar kata rumpun bahasa Semitnya disusun menggunakan beberapa pola untuk menghasilkan sebuah kata. Bahasa Ibrani Alkitab memiliki dua penggolongan gender (maskulin, dan feminim), tiga nominalia (tunggal, jamak, dan ganda—untuk kasus yang sangat jarang terjadi). Verba ditandai dengan adanya diatesis dan modus dan memiliki dua konjungsi yang mungkin ditandai dengan adanya aspek dan/atau kala (masih menjadi perdebatan). Unsur aspek dan kala pada verba juga dipengaruhi oleh konjungsi ו, yang seringkali disebut sebagai struktur konsekutif wau. Tidak seperti bahasa Ibrani Modern, susunan kata dasar pada bahasa Ibrani Alkitab adalah predikat-subjek-objek (PSO), sementara verba berubah dan diinfleksikan menurut numeralia, gender, dan persona dari subjek. Akhiran pronomina juga dapat ditambahkan pada verba (untuk mengindikasikan objek) atau nomina (untuk mengindikasikan posesi), dan nomina memiliki tingkatan konstruktif istimewa untuk digunakan dalam penyusunan posesi. Nomenklatur
Sumber tertulis tertua menyebut bahasa Ibrani Alkitabiah menurut nama negeri di mana bahasa itu digunakan yaitu: שפת כנען sefat kena'an, artinya "bahasa Kanaan" (lihat Yesaya 19:18).[10] Selain itu juga tercatat disebut sebagai יהודית Yehudit, artinya "bahasa Yehuda" atau "bahasa Yudea" (misalnya, 2 Raja-raja 18:26,28).[10] Dalam periode Helenistik, tulisan-tulisan Yunani menggunakan istilah Hebraios, Hebraïsti (Yosefus, Antiquities I, 1:2, dll.), dan dalam Ibrani Mishnah didapati istilah עברית ivrit, artinya "(bahasa) Ibrani dan לשון עברית "bahasa Ibrani" (Mishnah Gittin 9:8, dll.).[10] Asal usul istilah ini tidak jelas; sejumlah usulan asal mulanya meliputi nama tokoh Alkitab Eber, etnonim Ḫabiru, Ḫapiru, dan ˁApiru yang ditemukan dalam sumber-sumber dari Mesir dan Timur Dekat, serta turunan atau derivasi dari akar kata עבר "melewati", "menyeberangi", yang mengacu pada penyeberangan melewati sungai Yordan.[10][11] Orang Yahudi juga menyebut bahasa Ibrani sebagai לשון הקדש "Bahasa Kudus" (Inggris: "the Holy Tongue") dalam Ibrani Mishnah.[10] Istilah Bahasa Ibrani Klasik dapat meliputi semua dialek Ibrani sebelum Abad Pertengahan, termasuk Ibrani Mishnah, atau dapat dibatasi pada bahasa Ibrani yang sezaman dengan Alkitab Ibrani. Istilah Bahasa Ibrani Alkitabiah merujuk kepada dialek-dialek sebelum Mishnah (kadang kala tidak memasukkan bahasa Ibrani yang dipakai dalam karya-karya non-Alkitab dari antara Naskah Laut Mati). Istilah Bahasa Ibrani Alkitabiah juga dapat meliputi atau tidak meliputi teks-teks di luar Alkitab, seperti prasasti-prasasti (misalnya: Inskripsi Siloam), dan umumnya juga meliputi tradisi vokalisasi di kemudian hari untuk teks konsonantal Alkitab Ibrani, di mana yang paling umum adalah vokalisasi Tiberias dari awal Abad Pertengahan. SejarahCatatan arkeologi mengenai prasejarah bahasa Ibrani Alkitabiah jauh lebih lengkap daripada catatan bahasa Ibrani Alkitabiah itu sendiri.[12] Materi terkait bahasa Semit Barat Laut Awal (ENWS; Inggris: Early Northwest Semitic) memiliki bukti keberadaan dari tahun 2350 SM sampai 1200 SM, yaitu akhir Zaman Perunggu.[12] Bahasa-bahasa Semit Barat laut, termasuk bahasa Ibrani, jelas terdiferensiasi selama Zaman Besi (1200–540 SM), meskipun pada tahapan paling awalnya bahasa Ibrani Alkitabiah tidak sangat berbeda dari bahasa-bahasa Ugarit dan Kanaan yang didapati dalam Surat-surat Amarna.[13] Bahasa Ibrani berkembang selama paruh kedua milenium kedua SM di antara sungai Yordan dan Laut Tengah, daerah yang dikenal sebagai Kanaan.[10] Suku-suku Israel mendirikan suatu kerajaan di Kanaan pada permulaan milennium pertama SM, yang kemudian terpecah menjadi kerajaan Israel di utara dan kerajaan Yehuda di selatan setelahs pertikaian terkait pergantian tahta.[14] Tulisan bahasa Ibrani tertua saat ini ditemukan di Khirbet Qeiyafa dan bertarikh abad ke-10 SM.[7][8] Kerajaan Israel direbut oleh orang Asyur pada tahun 722 SM.[14] Kerajaan Yehuda ditaklukkan oleh orang Babel pada tahun 586 SM, kalangan bangsawan dibuang ke Babel dan Bait Salomo dihancurkan.[14][15] Kemudian orang Persia menjadikan Yehuda (Yudea) sebuah provinsi dan mengizinkan orang buangan Yahudi pulang dan membangun Bait Suci kembali.[14] Menurut Gemara, bahasa Ibrani pada periode ini mirip dengan bahasa Aram Kerajaan;[16][17][18] dalam Pesahim, Tractate 87b, Hanina bar Hama mengatakan bahwa Allah mengirimkan orang-orang buangan Yahudi ke Babel karena "bahasa [Babilonia] itu seperti Leshon Hakodesh". Bahasa Aram menjadi bahasa umum di Israel utara, di Galilea dan Samaria.[15] Bahasa Ibrani tetap digunakan di Yehuda; tetapi orang-orang buangan membawa pulang pengaruh bahasa Aram dan memakai bahasa itu untuk berkomunikasi dengan suku bangsa lain selama periode Persia.[15] Aleksander Agung menguasai Yehuda pada tahun 332 SM, memulai periode dominasi Helenistik (Yunani).[15] Selama periode Helenistik Yudea menjadi merdeka di bawah dinasti Hashmonayim, tetapi kemudian orang Romawi mengakhiri kemerdekaan mereka, menjadikan Herodes Agung gubernur mereka.[14] Pemberontakan orang Yahudi melawan orang Romawi sampai kehancuran Bait Kedua pada tahun 70 M, dan Perang Bar Kokhba kedua pada tahun 132–135 menyebabkan keberangkatan sejumlah besar penduduk Yahudi dari Yudea.[14] Bahasa Ibrani Alkitabiah setelah periode Bait Suci Kedua berkembang menjadi bahasa Ibrani Mishnah, yang berhenti menjadi bahasa percakapan dan berkembang menjadi bahasa sastra sekitar tahun 200 M.[19] Bahasa Ibrani terus digunakan sebagai bahasa sastra dan liturgis dalam bentuk bahasa Ibrani Abad Pertengahan, lalu bahasa Ibrani memulai proses revival pada abad ke-19, berpuncak dengan dijadikannya bahasa Ibrani Modern sebagai bahasa resmi Israel. Saat ini, bahasa Ibrani Klasik umumnya diajarkan di sekolah-sekolah publik di Israel, sedangkan bentuk-bentuk bahasa Ibrani Alkitabiah kadang-kadang digunakan dalam sastra Ibrani Modern, sebanyak konstruksi arkaik dan alkiabiah digunakan dalam sastra Inggris Modern. Mengingat bahasa Ibrani Modern memuat banyak unsur-unsur alkitabiah, bahasa Ibrani Alkitabiah cukup mudah dibaca oleh para pemakai bahasa Ibrani Modern.[20] Sumber utama materi bahasa Ibrani Alkitabiah adalah Alkitab Ibrani.[13][21] Materi epigrafi dari wilayah Israel ditulis dalam suatu bentuk bahasa Ibrani yang disebut Inscriptional Hebrew, meskipun buktinya tidak banyak.[21][22] Menurut Waltke & O'Connor, Inscriptional Hebrew "tidak jauh berbeda dari bahasa Ibrani yang terlestarikan dalam teks Masoret."[22] Iklim lembap Israel menyebabkan cepatnya kerusakan dokumen papirus dan perkamen, berlawanan dengan lingkungan kering di Mesir, sehingga pelestarian Alkitab Ibrani lebih dikarenakan tekad para jurutulis dalam membuat salinan-salinan.[23] Tidak ditemukan naskah Alkitab Ibrani sebelum tahun 400 SM, meskipun dua gulungan perak (gulungan Ketef Hinnom) dari abad ke-7 atau ke-6 SM yang memuat suatu versi Berkat Imamat.[23][24][25] Huruf hidup dan tanda-tanda kantilasi ditambahkan pada lapisan konsonantal yang lebih tua pada Alkitab antara tahun 600 M dan awal abad ke-10.[26][nb 1] Para cendekiawan yang melestarikan pelafalan Alkitab dikenal sebagai kaum Masoret. Sistem yang dikembangkan dan terlestarikan terbaik serta satu-satunya yang masih digunakan dalam keagamaan adalah vokalisasi Tiberias, tetapi baik vokalisasi Babilonia dan Palestina juga ada bukti keberadaannya.[26] Sistem Palestinian terlestarikan terutama dalam piyyutim, yang memuat kutipan-kutipan Alkitab.[26] Klasifikasi
Bahasa Ibrani Alkitabiah merupakan suatu bahasa Semit Barat Laut dari subgrup Kanaan.[29][30] Karena bahasa Ibrani Alkitabiah berkembang dari bahasa Proto-Semit, maka mengalami sejumlah penggabungan atau peleburan konsonantal yang paralel dengan bahasa-bahasa Kanaan lainnya.[27][31][32][nb 2] Tidak ada bukti bahwa peleburan ini terjadi setelah adaptasi abjad Ibrani.[33][nb 3] Sebagai suatu bahasa Semit Barat Laut, bahasa Ibrani menunjukkan pergeseran */w/ inisial menjadi /j/, suatu sistem kata ganti orang independen yang mirip dengan bahasa-bahasa Semit Barat Laut lainnya (dengan kata ganti orang ketiga tidak pernah memuat /ʃ/), bentuk-bentuk purba/arkaik, seperti /naħnu/ "kita" atau "kami", akhiran untuk kata ganti orang pertama tunggal -i atau -ya, dan /n/ umumnya mendahului akhiran-akhiran kata ganti orang (pronominal suffixes).[31] Akhiran-akhiran semacam itu dijumpai dalam bahasa-bahasa Semit Barat Laut pada milennium kedua SM, tetapi kemudian menghilang hampir seluruhnya.[31] Mimation tidak dijumpai dalam kata-kata benda tunggal/singular, tetapi sering dipertahankan dalam bentuk jamak/plural, sebagaimana dalam bahasa Ibrani.[31] Bahasa-bahasa Semit Barat Laut membentuk suatu keberlangsungan (continuum) dialek pada Zaman Besi (1200–540 SM), dengan bahasa Fenisia dan Aram pada masing-masing ujungnya.[31][34] Bahasa Ibrani digolongkan bersama bahasa Fenisia dalam subgrup Kanaan, yang juga meliputi bahasa Amon, Edom, dan Moab.[31] Bahasa Moab dapat dianggap sebagai suatu dialek bahasa Ibrani, meskipun memiliki ciri-ciri khusus bahasa Aram.[34][35] Meskipun Ugaritik menunjukkan afinitas kuat dalam bahasa Ibrani untuk struktur puisi, kosakata, dan sejumlah gramatika, tetapi tidak mempunyai sejumlah ciri Kanaan (seperti pergeseran pelafalan Kanaan dan pergeseran */ð/ > /z/), serta kemiripannya lebih mungkin dihasilkan baik dari kontak maupun pelestarian archaisme.[36] Bahasa Ibrani mengalami pergeseran Kanaan, di mana Proto-Semit /aː/ cenderung bergeser menjadi /oː/, mungkin ketika mendapat penekanan.[31][37] Bahasa Ibrani seperti bahasa-bahasa Kanaan juga mengalami pergeseran */ð/ > /z/, */θʼ/ dan */ɬʼ/ > /sʼ/, reduksi diftong meluas dan asimilasi penuh /n/ non-final ke konsonan berikutnya jika kata terakhir, yaitu בת /bat/ dari *bant.[31] Ada pula bukti adanya aturan asimilasi /y/ dengan konsonan coronal sesudahnya dalam posisi pre-tonic, yang sama-sama didapati dalam bahasa Ibrani, Fenisia dan Aram.[38] Kata-kata khas bahasa Kanaan dalam bahasa Ibrani antara lain: גג "atap" שלחן "meja" חלון "jendela" ישן "(barang) tua" זקן "(orang) tua" dan גרש "mengusir".[31] Ciri-ciri morfologis bahasa Kanaan dalam bahasa Ibrani antara lain penanda jamak maskulin -ם, kata ganti orang pertama tunggal אנכי, kata ganti interogatif מי, kata sandang definit ה- (muncul dalam milenium pertama SM), dan penanda kata kerja feminim jamak orang ketiga ת-.[31] EraBahasa Ibrani Alkitabiah yang dilestarikan dalam Alkitab Ibrani tersusun dari sejumlah lapisan linguistik. Kerangka konsonan teks adalah yang paling tua, sedangkan vokalisasi dan kantilasi adalah penambahan di kemudian hari dalam tahapan perkembangan bahasa.[21] Tambahan-tambahan ini terjadi setelah tahun 600 M; bahasa Ibrani sudah berhenti menjadi bahasa percakapan sekitar tahun 200 M.[39] Bahasa Ibrani Alkitabiah yang dicerminkan dalam teks Alkitab dan prasasti-prasasti di luar Alkitab dapati dibagi menurut era. Bentuk tertua bahasa Ibrani Alkitabiah, yaitu bahasa Ibrani Arkhaik, ditemukan dalam bagian puisi Alkitab serta sejumlah prasasti bertarikh sekitar tahun 1000 SM, pada awal Periode Kerajaan.[40][41] Tahap ini juga dikenal sebagai bahasa Ibrani Kuno atau Paleo-Hebrew, dan merupakan lapisan tertua bahasa Ibrani Alkitabiah. Artifak tertua bahasa Ibrani Arkhaik yang dapat dikenali adalah berbagai bagian Tanakh, antara lain Nyanyian Musa (Keluaran 15) dan Nyanyian Debora (Hakim-hakim 5).[42] Puisi Alkitabiah menggunakan sejumlah item leksikal khas, misalnya חזה untuk prosa ראה 'melihat', כביר untuk גדול 'agung'.[43] Ortografi
Tulisan bahasa Ibrani tertua yang pernah ditemukan telah digali di Khirbet Qeiyafa, bertarikh abad ke-10 SM.[7] Ostrakon pecahan tembikar berbentuk trapesium berukuran 15 cm x 16.5 cm (5.9 in x 6.5 in) itu memuat lima baris tulisan dengan tinta dalam huruf-huruf abjad Proto-Kanaan (bentuk kuno abjad Fenisia).[7][8] Lempengan atau "tablet" itu ditulis dari kiri ke kanan, menunjukkan bahwa saat itu tulisan Ibrani masih dalam tahap pembentukan (formatif).[8] Suku-suku Israel yang menempati tanah Israel mengadopsi huruf-huruf Fenisia sekitar abad ke-12 SM, sebagaimana ditemukan dalam Kalender Gezer (sekitar abad ke-10 SM).[48][49] Abjad ini berkembang menjadi abjad Ibrani Kuno (Paleo-Hebrew) pada abad ke-10 atau ke-9 SM.[50][51][52] Abjad Ibrani Kuno mempunyai perbedaan utama dengan abjad Fenisia dalam hal "pelengkungan ke kiri goresan ke bawah pada aksara-aksara "berkaki panjang"... penggunaan konsisten huruf "Waw" dengan atas melengkung ke dalam (konkaf), [dan] "Taw" berbentuk "x"."[50][nb 4] Inkripsi tertua dalam abjad Ibrani Kuno bertarikh sekitar pertengahan abad ke-9 SM, yang paling terkenal adalah Prasasti Mesa (Mesha Stele) yang ditulis dalam bahasa Moab (yang dapat dianggap sebagai suatu dialek bahasa Ibrani).[24][35] Abjad Ibrani purba digunakan terus menerus sampai awal abad ke-6 SM, yaitu akhir masa Bait Suci Pertama.[53] Pada masa Bait Suci Kedua, abjad Ibrani Kuno lambat laun tidak dipakai dan sama sekali ditinggalkan di antara orang Yahudi setelah kegagalan pemberontakan Bar Kokhba.[51][54] Orang Samaria masih mempertahankan abjad Ibrani purba, yang berkembang menjadi abjad Samaria modern.[51][54] Menjelang akhir masa Bait Suci Pertama tulisan (skrip) Aram, suatu turunan terpisah abjad Fenisia, menluas di seluruh wilayah, lambat laun menggantikan Ibrani Kuno.[54] Abjad Fenisia tidak lagi memakai lima huruf menjelang abad ke-12 SM, menyisakan dua puluh dua fonem konsonantal bahasa itu.[52] Akibatnya, 22 huruf abjad Ibrani Kuno berjumlah lebih sedikit daripada fonem konsonan Ibrani Alkitabiah; khususnya, huruf-huruf ⟨ח, ע, ש⟩ masing-masing dapat menandai dua fonem berbeda.[55] Setelah suatu pergeseran bunyi, huruf-huruf ח, ע hanya dapat menandai satu fonem, tetapi (kecuali dalam Ibrani Samaria) ש masih menandai dua fonem. Sistem vokalisasi Babilonia kuno menulis suatu superskrip ס di atas ש untuk mengindikasikan nilai /s/, sedangkan kaum Masoret menambahkan shin dot untuk membedakan antara dua variasi huruf itu.[56][57] Abjad Ibrani asli hanya terdiri dari huruf mati (konsonan), tetapi lambat laun huruf-huruf א, ה, ו, י, juga digunakan untuk mengindikasikan huruf hidup (vokal atau vowel), dikenal sebagai matres lectionis ketika digunakan dalam fungsi ini.[52][58] Diyakini bahwa ini merupakan hasil perkembangan fonetik: misalnya, *bayt ('rumah'; 'bait') bergeser menjadi בֵּית dalam keadaan konstruk tetapi mempertahankan ejaannya.[59] Tidak ada contoh ortografi Ibrani awal yang ditemukan, tetapi teks Fenisia yang lebih tua dan bahasa Moab menunjukkan bagaimana penulisan bahasa Ibrani masa Bait Suci Pertama.[58] Sementara tradisi pembacaan Tiberias, Babilonia, dan Palestinia punah, berbagai sistem pelafalan lain berevolusi sejalan waktu, terutama tradisi-tradisi Yaman, Sefardi, Ashkenazi, dan Samaria. Pelafalan Ibrani modern juga digunakan oleh sejumlah orang untuk membaca teks Alkitab. Tradisi pembacaan modern tidak berasal hanya dari sistem Tiberias; misalnya, tradisi Sefardim yang membedakan qamatz gadol dan qatan adalah pre-Tiberian (sebelum Tiberias).[60] Namun, sistem ortografi satu-satunya yang digunakan untuk menandai huruf-huruf hidup adalah vokalisasi Tiberias. FonologiFonologi yang direkonstruksi untuk Ibrani Alkitabiah adalah sebagai berikut: Huruf matiHuruf-huruf mati (Consonants) yang terhilang dan tertambahkan selama perjalanan waktu bahasa Ibrani Alkitabiah masing-masing diberi kode warna.
Sifat fonetik sejumlah huruf mati Ibrani Alkitabiah masih diperdebatkan. Apa yang dinamakan "emfatika" ("emphatics") kemungkinan adalah ejektif, tetapi bisa jadi pharyngealized atau velarized.[61][62] Ada yang berpendapat bahwa /s, z, sʼ/ adalah affricated (/ts, dz, tsʼ/).[61] Aslinya, huruf-huruf Ibrani ⟨ח⟩ dan ⟨ע⟩ masing-masing mewakili dua kemungkinan fonem, uvular dan pharyngeal, dengan perbedaan yang tidak ditandai dalam ortografi Ibrani. Namun, fonem uvular /χ/ ח dan /ʁ/ ע bergabung dengan pasangan pharyngeal masing-masing /ħ/ ח dan /ʕ/ ע sekitar tahun 200 SM.
Ini diamati dari pembedaan konsisten fonem-fonem tersebut dalam Taurat Septuaginta (contoh Ishak יצחק = Ἰσαάκ dibandingkan Rahel רחל = Ῥαχήλ), tetapi ini menjadi lebih sporadis pada kitab-kitab kemudian dan umumnya absen dalam Kitab Ezra dan Kitab Nehemia.[63][64] Pelafalan khusus /ś/ sebagai [ɬ] didasarkan pada bukti komparatif (/ɬ/ setara dengan fonem Proto-Semit dan masih terbukti dalam dialek bahasa Arab Selatan modern[57] maupun bentuk pinjaman awal (contoh: balsam < Yunani balsamon < Ibrani baśam). /ɬ/ mulai melebur dengan /s/ dalam Ibrani Alkitabiah Muda, sebagaimana diindikasikan oleh saling bertukarnya ortografi ⟨ש⟩ dan ⟨ס⟩, kemungkinan di bawah pengaruh bahasa Aram, dan ini menjadi aturan dalam Ibrani Mishnah.[46][62] Dalam semua tradisi pembacaan Yahudi /ɬ/ dan /s/ telah sepenuhnya melebur; tetapi dalam Ibrani Samaria /ɬ/ malah melebur dengan /ʃ/.[46] Huruf hidupSistem huruf hidup (vowel system) bahasa Ibrani Alkitabiah telah berubah banyak menurut jalannya waktu. Huruf-huruf hidup (vowels) berikut direkonstruksi untuk tahapan paling awal bahasa Ibrani, untuk yang dibuktikan dalam Secunda, untuk berbagai tradisi vokalisasi (Tiberias serta variasi Babilonia dan Palestina), juga untuk tradisi Samaria, dengan huruf-huruf hidup yang hilang dalam sejumlah tradisi diberi kode berwarna.
Reduksi suku-suku kata short open stressedContoh:
Sistem Babilonia dan Palestina hanya memiliki satu fonem huruf hidup tereduksi /ə/ seperti Secunda, meskipun dalam Ibrani Palestina dikembangkan pelafalan [ɛ].[66][73][77] Namun, tradisi Tiberias memiliki tiga huruf hidup tereduksi /ă ɔ̆ ɛ̆/ di mana /ɛ̆/ dipertanyakan fonemisitasnya.[78][79][nb 7] /ă/ di bawah suatu huruf non-guttural dilafalkan sebagai tiruan sangat pendek (ultrashort copy) huruf hidup setelahnya sebelum suatu guttural, misalnya וּבָקְעָה [uvɔqɔ̆ˈʕɔ], dan sebagai [ĭ] mendahului /j/, misalnya תְדֵמְּיוּ֫נִי [θăðamːĭˈjuni], tetapi selalu dilafalkan sebagai [ă] di bawah guttural, misalnya שָחֲחו, חֲיִי.[80][81] Ketika direduksi, */a i u/ etimologis menjadi /ă ɛ̆⁓ă ɔ̆/ di bawah guttural (misalnya אֲמרתם 'kalian [mp.] berkata' (waktu lampau) bandingkan אָמר 'dia [laki-laki] berkata' (waktu lampau)), dan umumnya /ă/ under non-gutturals, tetapi */u/ > /ɔ̆/ (dan jarang */i/ > /ɛ̆/) masih dapat terjadi, khususnya setelah stop (atau pasangan spirantized-nya) dan /sʼ ʃ/ (misalnya דֳּמִי /dɔ̆ˈmi/).[82][83] Ibrani Samaria dan Qumran memiliki huruf hidup penuh bukannya huruf hidup tereduksi seperti pada Ibrani Tiberias.[84]
PenekananBahasa Ibrani purba (Proto-Ibrani; Proto-Hebrew) umumnya mempunyai penekanan (stress) pada satu suku kata sebelum suku kata terakhir (dalam bahasa Inggris: penultimate stress).[85] [nb 8] Penekanan akhir (ultimate stress) pada tradisi-tradisi bahasa Ibrani di kemudian hari biasanya dihasilkan dari hilangnya huruf-huruf hidup pada akhir kata (final vowel) dalam banyak kata, melestarikan lokasi penekanan proto-Semit.[nb 9] Ada bukti bahwa Ibrani Qumran memiliki suatu pola penekanan serupa dengan Ibrani Samaria.[84] Catatan
Referensi
Daftar pustaka
Pranala luarWikisumber memiliki naskah asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|