Apam Napat
Apam Napat adalah dewa panteon bangsa Indo-Iran purba yang terkait dengan air. Namanya disebutkan dalam Weda bernama Apām Napāt, dan di agama Zoroastrianisme bernama Apąm Napāt, masing-masing berarti "anak air" dalam bahasa Sanskerta dan Avesta. Napāt (berarti "cucu" atau "keturunan") berkerabat dengan nepos dalam bahasa Latin dan nephew dalam bahasa Inggris.[a] Dalam Regweda, Apam Napat digambarkan sebagai pencipta segala sesuatu.[3] Dalam Weda, sering terlihat bahwa Apām Napāt digunakan sebagai gelar, bukan nama diri. Nama itu paling sering diterapkan pada Agni, dewa api, dan kadang-kadang merujuk kepada Sawitri, dewa matahari. Sebuah korespondensi hipotesis juga telah diajukan oleh Boyce[4] antara tradisi Veda dan Avestik berkenaan dengan Apam Napat, dan Baruna, yang juga disebut sebagai "Anak dari Perairan", dan dianggap sebagai dewa laut.[4][5] Dalam tradisi Iran Kuno, dia juga disebut Burz ("yang tinggi", bahasa Persia: برز) dan merupakan seorang yazad.[4] PeranDalam Yasht 19 pada kitab Avesta, Apąm Napāt muncul sebagai pencipta umat manusia. Namun, karena dalam Zoroastrianisme, Ahura Mazdā dihormati sebagai pencipta tertinggi, fungsi Apąm Napāt ini menjadi berkurang. Inilah salah satu alasan Apąm Napāt tidak lagi disembah secara luas, meskipun dia masih dihormati setiap hari melalui ritual Zoroaster. Status dewa pencipta juga terlihat dalam himne untuk menghormati Apām Napāt dalam kitab Weda.[3] Selain Mithra, Apąm Napāt Apąm Napāt menjaga ketertiban dalam masyarakat, serta Khwarenah, yang dengan aturan yang sah dipertahankan di antara bangsa Iran Purba. Tugasnya yaitu menyalurkan air dari laut ke seluruh wilayah.[5][6] Api dan airDalam satu himne Weda, Apām Napāt digambarkan muncul dari air, berwarna keemasan, dan "berselubung kilat", yang telah diduga merujuk api.[3] Dewa umum bersama dengan Agni, yang digambarkan beberapa kali bersembunyi atau berada di air,[7][8][9] dan perbandingan dengan kata-kata dalam bahasa Indo-Eropa lainnya yang berkerabat, menyebabkan beberapa orang berspekulasi dan meyakini tentang keberadaan satu kesatuan kepercayaan Proto-Indo-Eropa yang menampilkan dewa api yang lahir dari air.[10] Naskah lain menyebutkan kata yang mirip atau berkerabat dengan nama itu antara lain puisi Norwegia abad kesembilan yang menggunakan nama sǣvar niþr, berarti "cucu putra laut" sebagai kenning untuk api, dan puisi Armenia kuno menjelaskan tanaman buluh di tengah laut yang secara tiba-tiba terbakar, dan muncul pahlawan bernama Vahagn, dengan rambut berapi-api dan mata yang menyala seperti matahari. Dugaan mitos asli tanpa apiApakah api merupakan bagian asli dari sifat Apam Napat masih menjadi bahan perdebatan, terutama karena hubungan sifat ini tidak ada dalam versi-versi dalam bahasa-bahasa Iran Kuno. Hermann Oldenberg percaya Apam Napat awalnya adalah dewa air terpisah yang kemudian dikaitkan dengan Agni, sebagian karena kepercayaan India kuno bahwa air mengandung api di dalam dirinya sendiri,[5] api muncul untuk "masuk ke dalam" air ketika dipadamkan olehnya.[11][4] Hubungan dengan Sawitri dapat dipahami sebagai hal yang sama yang berasal dari gambar matahari terbenam yang tenggelam ke laut. Teori lain menjelaskan hubungan antara api dan air melalui kilat disebutkan sebagai "kilatan api lahir dari awan pembawa hujan".[12] Dugaan 'gas rawa'Berdasarkan perkiraan bahwa gambar api-dari-air ini terinspirasi oleh gas alam rembesan yang menyala,[13][14] berbagai upaya telah dilakukan untuk menghubungkan nama "Apam Napat" dengan kata "nafta", yang diserap dari bahasa Iran Kuno ke bahasa Yunani. Namun, hanya ada sedikit bukti untuk hubungan antara api suci dalam agama Iran Kuno dengan minyak bumi atau gas alam, meskipun catatan tentang tiupan 3 api suci ke laut dari punggung lembu Srishok yang tidak terpadamkan dan terus terbakar di atas air[15] belum dipastikan keabsahannya, khususnya dalam kaitannya dengan deposit hidrokarbon di bagian barat daya Laut Kaspia, yang saat ini dieksploitasi oleh ladang gas Absheron dekat Baku, Azerbaijan. Asal usul dari kata "nafta" telah diklaim kemungkinan berhubungan dengan napṭu dalam bahasa Akkadia, berarti "minyak bumi".[16] Lihat pulaCatatan
ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
|