Gatha (Zoroastrianisme)
Gatha adalah 17 kidung berbahasa Avesta yang secara tradisional diyakini telah disusun oleh nabi Zarathustra. Kidung-kidung tersebut membentuk inti dari tata peribadatan Zoroastrianisme (Yasna). Gatha diatur dalam lima cara atau metrum yang berbeda.[1] Istilah gāθā (𐬔𐬁𐬚𐬁 "kidung", juga berarti "cara, metrum") berkerabat dengan gāthā (गाथा) dalam bahasa Sanskerta, keduanya diturunkan dari kata *gaHtʰáH dalam bahasa Proto-Indo-Iran, memiliki akar kata *gaH-, berarti "menyanyi".[2] SusunanGatha ditulis berupa syair, berjenis metrum dalam sifat puisi keagamaan Iran Kuno yang sangat singkat. 17 kidung Gatha terdiri dari 238 stanza, sekitar 1300 baris atau jumlah keseluruhan 6000 kata. Kidung-kidung tersebut kemudian dimasukkan ke dalam 72 bab Yasna (bab: ha atau had, dari ha'iti dalam bahasa Avesta, berarti "memotong"), yang pada gilirannya merupakan kumpulan naskah tata cara peribadatan utama dalam ringkasan yang lebih besar daripada Avesta. 17 kidung dikenal dengan nomor bab dalam Yasna, dan dibagi menjadi lima bagian utama:
Dengan pengecualian Ahunavaiti, yang dinamai menurut doa Ahuna Vairya (Yasna 27, bukan dalam Gatha), nama-nama Gatha mencerminkan kata pertama dari kidung pertama di dalamnya. Metrum kidung secara awalnya terkait dengan himpunan metrum tristubh-jagati Weda.[3] Nyanyian metrum ini dibacakan, bukan dinyanyikan. Urutan berurutan dari Gatha secara susunan terganggu oleh Yasna Haptanghaiti ("tujuh bab Yasna", bab 35–41, secara linguistik setua Gatha tetapi dalam bentuk prosa) dan oleh dua kidung kecil lainnya dalam kidung Yasna 42 dan 52. BahasaBahasa Gatha, lebih dikenal sebagai bahasa Avesta, termasuk dalam rumpun bahasa Iran yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Ketergantungan pada bahasa Sanskerta Weda merupakan kelemahan utama dalam menafsirkan Gatha, karena kedua bahasa tersebut, meskipun berasal dari leluhur yang sama (Proto-Indo-Iran), tetapi telah berkembang secara terpisah di tempat yang jauh. Terjemahan dan penafsiran yang ditulis oleh Pemerintah Kekaisaran Sasaniyah, yaitu Zend telah digunakan untuk menafsirkan Gatha, tetapi pada abad ke-3 bahasa Avesta hampir punah, dan ketergantungan pada naskah abad pertengahan sering tidak disarankan karena penafsiran yang sering bersifat dugaan. Sementara beberapa ahli berpendapat bahwa penafsiran menggunakan naskah-naskah yang lebih muda tidak disarankan (Geldner, Humbach), yang lain berpendapat bahwa pandangan seperti itu terlalu skeptis (Spiegel, Darmesteter).[4] Terjemahan ke dalam bahasa Persia Pertengahan jarang menawarkan titik awal yang tepat untuk pendekatan ilmiah terperinci terhadap Gatha, tetapi perbandingan tegas dari baris tunggal dan glosa masing-masing dengan bahasa Gatha yang asli biasanya mengungkapkan alur pemikiran penerjemah. Hal tersebut jelas mencerminkan penafsiran Gatha oleh para imam dari periode Sasaniyah.[5] ReferensiCatatan kaki
Daftar pustaka
Pustaka lanjutanPilihan terjemahan yang tersedia daring:
Pranala luarWikisource memiliki teks asli yang berkaitan dengan artikel ini:
|